1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan infeksi menular seksual yang paling sering terjadi, namun sebagian besar infeksi tidak
menunjukkan gejala sama sekali asimptomatik ataupun infeksi ini tidak disadari oleh penderita. Pada wanita pre-pubertas gejala Chlamydia dapat
berupa adanya vaginal discharge dan berbau vaginitis. Pada wanita post pubertas juga dapat dijumpai adanya discharge dan bau yang berasal dari
cerviks yang terinfeksi. Gejala dapat timbul dalam 3 minggu setelah terinfeksi, berupa sakit perut bawah yang menetap, discharge yang mild,
milky, yellow mucus-like discharge dari vaginal, mual dan demam, sakit sewaktu buang air kecil, sakit sewaktu melakukan hubungan seksual, dan
spotting diluar haid. Secara klinis infeksi Chlamydia dapat menyebabkan cervicitis,
endometritis, salphingitis, pelvic inflammatory disease, infertilitas ataupun kehamilan ektopik. Sekitar 5-13 wanita yang terinfeksi Chlamydia akan
mengalami cervicitis. Penegakkan diagnosa adanya infeksi Chlamydia ini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan PCR Polymerase Chain Reaction sebagai baku emas, karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang
sangat tinggi, akan tetapi pemeriksaan ini sangat mahal. Penelitian di India terhadap wanita yang berobat jalan pada poliklinik ginekologi,
mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas dari pemeriksaan PCR terhadap Chlamydia trachomatis masing-masing sebesar 98,4 dan
Universitas Sumatera Utara
97,1 Patel et al., 2010. Pemeriksaan PCR ini di Kota Medan saat ini masih sangat terbatas untuk dilakukan di pelayanan kesehatan rumah
sakit apalagi di puskesmas, karena keterbatasan tenaga dan fasilitas laboratorium serta biayanya yang sangat mahal.
Seperti yang telah disebutkan diatas, data mengenai prevalensi maupun insidensi infeksi Chlamydia pada kelompok perilaku risiko rendah
di Indonesia maupun di Kota Medan khususnya masih sangat terbatas. Prevalensi infeksi Chlamydia pada ibu-ibu yang mendatangi klinik
kesehatan ibu dan anak, ibu hamil, ibu peserta KB sebagai kelompok perilaku risiko rendah, prevalensinya berkisar 3,6 – 12 Depkes, 2004;
Putra, 2010. Bila dibandingkan dengan data hasil penelitian pada ibu hamil yang mengunjungi poliklinik obstetri dan ginekologi di RS Adam
Malik, RS Pirngadi dan Klinik Fertilitas di Medan, angka proporsi pada kelompok perilaku risiko rendah ini ternyata cukup tinggi yaitu 23
PPKRM, 2011. Infeksi Chlamydia yang dikategorikan tinggi ini juga dilaporkan di Manila 23.3, Cebu, Philippines 37 dan India 23 Patel
et al, 2010. Tingginya proporsi infeksi Chlamydia ini menunjukkan adanya
masalah kesehatan masyarakat di Kota Medan. Di satu sisi penegakkan diagnosa infeksi Chlamydia masih sulit karena umumnya bersifat
asimptomatik dan penyakit-penyakit seksual lainnya dapat memberikan gejala yang hampir sama dengan infeksi Chlamydia. Sedangkan
pemeriksaan PCR sebagai baku emas terhadap adanya infeksi Chlamydia masih terbatas karena biaya yang mahal dan keterbatasan tenaga dan
Universitas Sumatera Utara
fasilitas laboratorium. Infeksi Chlamydia ini merupakan infeksi menular seksual, dimana kemungkinan pasangan ibu berpotensi menyebarkan
penyakit ini dan dapat mencetuskan re-infeksi pada ibu jika pasangannya tidak diobati. Infeksi Chlamydia sering tidak disadari oleh penderitanya, ini
menunjukkan suatu fenomena gunung es, bahwa yang tampak di permukaan hanya sedikit tetapi sebenarnya jumlah kasusnya cukup tinggi,
sehingga perlu diidentifikasi faktor-faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan terjadinya infeksi tersebut.
Oleh karena besarnya masalah kesehatan sehubungan infeksi Chlamydia ini, diperlukan suatu penelitian yang komprehensif yang dapat
memberikan informasi lebih lengkap tentang infeksi Chlamydia ini, sehingga dapat menemukan suatu pendekatan diagnostik syndromic
management dan dapat memperkirakan besarnya risiko infeksi Chlamydia pada seorang ibu serta memperkirakan besarnya kemungkinan infeksi
Chlamydia pada suatu wilayah melalui pendekatan analisis spasial. Pada penelitian ini subjek yang akan diteliti adalah ibu yang datang ke rumah
sakit dengan keluhan vaginal discharge. Vaginal discharge merupakan salah satu gejala yang mudah dikenali. Gejala ini juga yang sering
menyebabkan ibu datang untuk berobat.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran besarnya infeksi Chlamydia trachomatis pada ibu yang mengalami vaginal discharge di Kota Medan?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana gambaran faktor-faktor risiko pada ibu-ibu yang mengalami vaginal discharge yang terinfeksi Chlamydia di Kota
Medan? 3. Bagaimana distribusi infeksi Chlamydia serta kaitannya dengan
faktor risiko berdasarkan analisa spasial di Kota Medan? 4. Apakah faktor vaginal discharge dapat digunakan sebagai model
pendekatan syndromic management untuk menegakkan diagnosa infeksi Chlamydia?
5. Faktor-faktor risiko apakah yang berperan dalam model prediksi untuk memperkirakan besarnya infeksi Chlamydia pada ibu dengan
vaginal discharge di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian