14
Tabel 2 Dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove
Kegiatan Dampak Potensial
Tebang habis
Berubahnya
komposisi tumbuhan; pohon-pohon mangrove akan digantikan oleh spesies-spesies yang nilai komersialnya rendah dan
hutan mangrove yang ditebang habis ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makanan feeding ground dan daerah pengasuhan
nursery ground yang optimal bagi bermacam ikan dan udang stadium muda yang komersial penting
Pengalihan
aliran air tawar, misalnya pada
pembangunan irigasi
Peningkatan salinitas hutan rawa mangrove menyebabkan dominasi
dari spesies-spesies yang lebih toleran terhadap air yang menjadi lebih asin; ikan dan udang dalam stadium larva dan juvenil mungkin tak dapat
mentoleransi peningkatan salinitas, karena mereka lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan
Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat
hara melalui aliran air tawar berkurang
Konversi menjadi lahan
pertanian, perikanan
Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan pertanian,
perikanan, lepas pantai yang memerlukan hutan rawa mangrove sebagai nursery ground larva danatau stadium muda ikan dan udang
Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan
mangrove dikonversi dapat diikat oleh susbtrat hutan mangrove
Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove
Intrusi
garam melalui
saluran-saluran alam
yang bertahan
keberadaannya atau melalui saluran-saluran buatan manusia yang bermuara di laut
Erosi garis pantai yang sebelumnya ditumbuhi mangrove
Kegiatan Dampak Potensial
Pembuangan
sampah cair sewage
Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air, bahkan dapat terjadi
keadaan anoksik dalam air sehingga bahkan organik yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobik yang antara lain
menghasilkan hydrogen sulfida H
2
S dan amonia NH
3
yang keduanya merupakan racun bagi organisme hewan dalam air. Bau H
2
S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi
anaerobik.
Pembuangan sampah padat
Kemungkinan terlapisnya pneumatofora dengan sampah yang akan
mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove.
Perembesan bahan-bahan pencemar dalam sampah padat yang kemudian larut dalam air ke perairan di sekitar pembuangan sampah.
Pencemaran
minyak akibat terjadinya
tumpahan minyak dalam
jumlah besar
Kematian pohon-pohon mangrove akibat terlapisnya pneumatofora oleh lapisan minyak.
Penambangan
dan ekstraksi mineral
Kerusakan total ekosistem hutan mangrove di lokasi penambangan dan
ekstraksi mineral yang dapat mangakibatkan : musnahnya daerah asuhan nursery ground bagi larva dan bentuk-bentuk juvenil ikan dan udang
yang komersial penting di lepas pantai, dan dengan demikian mengancam regenerasi ikan dan udang tersebut.
Di daratan
sekitar hutan mangrove
Pengendapan sedimen yang berlebihan yang dapat mengakibatkan :
terlapisnya pneumatofora oleh sedimen yang pada akhirnya dapat mematikan pohon mangrove.
Sumber : Berwick 1983 dalam Dahuri et al. 2001
15
2.5 Ekosistem Lamun
Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi Angiospermae yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut. Dalam bahasa Inggris disebut
seagrass. Istilah seagrass hendaknya jangan dikelirukan dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai rumput laut yang
sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga sebagai alga laut.
Padang lamun adalah ekosistem perairan dangkal yang didominasi oleh lamun. Pada ekosistem ini banyak ragam biota yang hidup berasosiasi dengan
lamun. Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir dan laut :
1. Produsen detritus dan zat hara. 2. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem
perakaran yang padat dan slaing menyilang. 3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi
beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari.
Selain fungsi peting di atas, padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai : 1. Tempat kegiatan budidaya laut berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram.
2. Tempat rekreasi atau pariwisata. 3. Sumber pupuk hijau.
Lamun mempunyai peran penting ditinjau dari beberapa aspek :
1.
Keanekaragaman hayati : padang lamun memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia diperkirakan memiliki 13 jenis lamun. Selain itu padang
lamun juga merupakan habitat penting untuk berbagai jenis hewan laut, seperti : ikan, moluska, krustacea, ekinodermata, penyu, dugong, dll.
2.
Kualitas air : padang lamun dapat membantu mempertahankan kualitas air.
3.
Perlindungan: padang lamun dapat mengurangi dampak gelombang pada pantai sehingga dapat membantu menstabilkan garis pantai.
4.
Ekonomi: padang lamun menyediakan berbagai sumberdaya yang dapat digunakan untuk menyokong kehidupan masyarakat, seperti untuk makanan,
perikanan, bahan baku obat, dan pariwisata.
Ekosistem padang lamun secara khusus rentan terhadap degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Dampak utama yang
ditimbulkan akibat berbagai kegiatan manusia terhadap ekosistem lamun disajikan pada Tabel 3.
2.6 Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem paling depan yang berhadapan dengan laut adalah terumbu karang. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium
karbonat CaCO
3
, yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu karang hermatipik dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup
bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat Bengen 2002.
16
Tabel 3 Beberapa dampak dari kegiatan manusia terhadap ekosistem lamun
Kegiatan Dampak Potensial
Pengerukan dan pengurugan yang berkaitan dengan
pembangunan pemukiman pinggir laut, pelabuhan, industri,
dan saluran navigasi
Perusakan total padang lamun
Perusakan habitat di lokasi pembuangan hasil pengerukan
Dampak sekunder pada perairan dengan meningkatnya kekeruhan air, dan terlapisnya insang hewan ikan
Pencemaran limbah industri terutama logam berat, dan
senyawa organoklorin
Terjadinya akumulasi logam berat padang lamun melalui proses biological magnification
Pembuangan sampah organik cair sewage
Penurunan kandungan oksigen terlarut
Dapat terjadi eutrofikasi yang mengakibatkan blooming
perifiton yang menempel di daun lamun, dan juga meningkatkan kekeruhan yang dapat menghalangi cahaya
matahari Pencemaran oleh limbah
pertanian
Pencemaran pestisida dapat mematikan hewan yang berasosiasi dengan padang lamun
Pencemaran pupuk dapat mengakibatkan eutrofikasi
Pencemaran minyak
Lapisan minyak pada daun lamun dapat menghalangi proses fotosintesa
Sumber : Bengen 2002 Secara umum terumbu karang terdiri atas 3 tiga tipe yaitu terumbu karang
tepi fringing reef, terumbu karang penghalang barrier reef dan terumbu karang cincin atau atol. Terumbu karang tepi dan penghalang berkembang sepanjang
pantai, namun perbedaannya adalah bahwa terumbu karang penghalang berkembang lebih jauh dari daratan dan berada di perairan yang lebih dalam
dibandingkan dengan terumbu karang tepi. Terumbu karang cincin atau atol merupakan terumbu karang yang muncul dari perairan dalam dan jauh dari
daratan.
Perkembangan terumbu karang dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik lingkungan yang dapat menjadi pembatas bagi karang untuk membentuk terumbu.
Adapun faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu karang adalah sebagai berikut : 1 Suhu air 18
o
C, tapi bagi perkembangan yang optimal diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 36-
40
o
C; 2 Kedalaman perairan 50 m, dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang; 3 Salinitas air yang konstan berkisar antara 30-
36
o oo
; dan 4 Perairan yang cerah, bergelombang besar dan bebas dari sedimen. Terumbu karang merupakan habitat bagi beragam biota dengan komposisi
sebagai berikut : 1 Beraneka ragam avertebrata hewan tak bertulang belakang, terutama karang batu stony coral, juga berbagai krustasea, siput dan kerang-
kerangan, ekinodermata; 2 Beranekaragam ikan, 50-70 ikan karnivora oportunistik, 15 ikan herbivora dan sisanya omnivora; 3 Reptil, umumnya ular
laut dan penyu; dan 4 Ganggang dan rumput laut, algae koralin, algae hijau berkapur dan lamun.
Peran terumbu karang khususnya terumbu karang tepi dan penghalang berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat
yang berasal dari laut. Selain itu, terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, tempat pemijahan
bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya.