83
Nama yang resmi digunakan secara nasional yaitu Pulau Mesa, sedangkan nama yang digunakan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat adalah
Pulau Mintu yang berasal dari Bahasa Weda yang memiliki arti Pulau Tempat Kelelawar. Sejarah penamaan pulau ini didasarkan pada kondisi pulau dimana di
pulau ini banyak terdapat kelelawar, sehingga masyarakat setempat menyebutnya Pulau Mintu. Jenis pantai di Pulau Mesa yaitu pantai pasir putih. Vegetasi yang
dominan yaitu pohon bakau jenis Api-Api.
3 Pulau Tumnya
Pulau Tumnya secara administratif wilayahnya termasuk ke dalam Desa Mesa, Kecamatan Weda Utara. Secara astronomis Pulau Mesa terletak pada
128º17.24.0 BT dan 0º23.42.0 LU. Pulau Tumnya terletak di Kecamatan Weda Utara dengan luas pulau 0.20 Ha. Pulau Tumnya dapat ditempuh dengan kapal
motor tempel selama kurang lebih 420 menit dari Pelabuhan Weda kecepatan rata-rata 6-7 knot dan kondisi arus agak berombak.
Nama yang resmi digunakan baik secara nasional maupun oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat adalah Pulau Tumnya yang berasal dari Bahasa
Weda yang memiliki arti pulau kecil tempat menyelam. Sejarah penamaan pulau ini didasarkan pada kondisi pulau dimana di pulau ini banyak terdapat karang,
sehingga masyarakat setempat menyebutnya Pulau Tumnya. Jenis pantai di Pulau Tumnya yaitu pantai pasir putih. Vegetasi pulau ini yaitu semak.
5.1.2 Ekosistem mangrove
Kecamatan Weda Utara memiliki distribusi hutan mangrove yang tidak merata serta terputus-putus di wilayah pesisirnya. Hasil kajian diperoleh 6
Famili Verbenaceae, Acanthaceae, Sonneratiaceae, Meliaceae, Rhizophoraceae dan Areaceae dengan 11 jenis yang mendominasi yaitu Avicennia alba, Acanthus
ilicifolius, Bruguiera gymnorrhiza, B. sexangula, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Sonneratia alba, Ceriops decandra dan
Xylocarpus granatum. Ketebalan hutan mangrove berkisar antara 80
–200 m. Zona hutan mangrove yang terbentuk umumnya di zona depan ditumbuhi Rhizophora
sp dan Sonneratia sp, zona tengah oleh Bruguiera sp dan Ceriops sp, sedangkan zona belakang oleh Achantus sp, Xylocarpus sp dan Nypa sp. Jenis substrat terdiri
dari pasir berlumpur, lumpur, dan pasir bercampur pecahan karang. Fauna yang ditemukan terdiri dari fauna lautan berupa gastropoda bia kodok dan siput dan
fauna daratan yaitu burung elang, burung bangau, burung bidadari.
Kondisi hutan mangrove dibeberapa stasiun Pulau Gume, Pulau Tete, Tanjung Kife masih sangat bagus namun di desa Sagea kondisinya sudah rusak,
hal ini karena hutan mangrove selain dijadikan sebagai kayu bakar, lahannya juga dikonversi menjadi jalan penghubung antara desa sehingga banyak sekali
mangrove yang telah rusak. Tingkat pemanfaatan hutan mangrove di Tanjung Kife Desa Waleh masih sangat bagus karena masyarakat hanya melakukan
penebangan sebagai kayu bakar setiap satu tahun yaitu saat bulan puasa dan pengambilan ini hanya sebagian masyarakat saja yang melakukannya.
84
Gambar 15 Distribusi kelas ukuran spesies mangrove di Desa Sagea
Gambar 16 Distribusi kelas ukuran spesies mangrove di Pulau Gume
Gambar 17 Distribusi kelas ukuran spesies mangrove di Pulau Tete
Gambar 18 Distribusi kelas ukuran spesies mangrove di Tanjung Kife
85
Gambar 19 Distribusi kelas ukuran spesies mangrove di Tanjung Seves Berdasarkan Gambar 15, 16, 17, 18 dan 19 tersebut terlihat bahwa
komunitas vegetasi hutan mangrove di Kecamatan Weda Utara terdiri dari 10 spesies dengan total 1.822 individu, dengan kategori pohon sebanyak 306
individu, 404 individu dikategori anakan serta 1.131 kategori semaian. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa regenerasi hutan mangrove
sangat tinggi karena dari 1.822 individu kategori pertumbuhan pohon 16,79, kategori anakan 22,17 dan kategori semaian 62,07. Jumlah individu mangrove
terbanyak di Tanjung Kife sebanyak 531 individu dan terendah di Desa Sagea sebanyak 249 individu. Rendahnya jumlah individu di desa Sagea karena tingkat
pemanfaatan terhadap hutan mangrove di daerah ini sangatlah tinggi, yaitu mangrove selain dijadikan sebagai kayu bakar juga lahannya dikonversi menjadi
lahan pertanian dan jalan.
5.1.3 Ekosistem lamun
Lamun yang ditemukan pada lokasi penelitian di Kecamatan Weda Utara berjumlah 8 spesies dari 2 famili, masing-masing famili Potamogetonaceae
ditemukan 6 spesies terdiri dari Halodule pinifolia, H.uninervis, Sryngodium isoetifolium, Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, C.rotundata dan famili
Hydrocaritaceae dengan 2 spesies yaitu Halophila ovalis dan Thalassia hemprichii.
Tabel 37, memperlihatkan bahwa lokasi dengan jumlah spesies terbanyak ditemukan di Seves. Lokasi ini memiliki karakteristik habitat yang bervariasi yang
terdiri dari pasir, pasir berkarang, lumpur bercampur pasir dan bongkahan karang mati. Bervariasinya tipe substrat ini memungkinkan bagi tiap spesies menempati
tipe habitat yang bervariasi tersebut. Takaendengan dan Azkab 2009 mengemukakan bahwa jenis substrat tersebut menjadi indikator kuat tumbuhnya
lamun jenis Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii. Pada lokasi Pulau Tete dan Tanjung Tilope hanya ditemukan jumlah spesies yang sedikit disebabkan
karena habitat yang tidak bervariasi dan hanya terdiri pasir berlumpur serta bongkahan karang, sehingga hanya spesies-spesies tertentu yang mampu hidup
dan ditemukan.
86
5.1.4 Ekosistem terumbu karang
Berdasarkan bentuk pertumbuhan lifeform yang ditemukan di lokasi penelitian, maka bentuk pertumbuhan di Kecamatan Weda Utara memiliki seluruh
bentuk pertumbuhan, seperti yang disajikan pada Tabel 38. Coral massive CM, Coral submassive CS, Dead coral DC dan Rubbles Ru merupakan tutupan
karang yang paling dominan karena dapat ditemukan di semua titik lokasi penelitian. Kondisi yang sama juga terjadi di Pulau Indo Selat Tiworo Kabupaten
Muna Sulawesi Tenggara. Marsuki et al. 2013 mengemukakan bahwa tutupan karang hidup yang terdapat di Pulau Indo didominasi oleh Coral massive CM.
Johan 2003 mengemukakan bahwa jenis karang yang dominan disuatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat tempat karang itu hidup. Pada
daerah rataan terumbu biasanya didominasi karang
–karang yang umumnya berbentuk massive dan submassive.
Kecamatan Weda Utara ditemukan bentuk pertumbuhan lifeform sebagai berikut : Acropora digitate ACD, Acropora submassive ACS, Acropora
tabulate ACT, Coral massive CM, Coral submassive CS, Coral heliopora CHL, Coral millepora CME, Soft coral SC, Sponge SP, Turf algae TA,
Other OT, Algae, Dead coral DC, dan Rubbles.
5.2 Kawasanan Kecamatan Weda dan Weda Tengah 5.2.1 Ekosistem pulau-pulau kecil
Kecamatan Weda dan Weda Tengah membentuk gugus pulau yang terdiri dari 24 dua puluh empat buah pulau yang disajikan pada Tabel 40. Hasil
identifikasi dan inventarisasi pulau-pulau kecil adalah :
1 Pulau Anjing
Pulau Anjing secara administratif wilayahnya termasuk ke dalam Kecamatan Weda. Secara astronomis Pulau Anjing terletak pada 127º52.26.9
Bujur Timur dan 0º18.17.4 Lintang Utara. Pulau Anjing terletak di Kecamatan Weda dengan luas pulau 0.18 Ha. Pulau Anjing dapat ditempuh dengan kapal
motor tempel selama kurang lebih 15 menit dari Pelabuhan Weda kecepatan rata- rata 6-7 knot dan kondisi arus agak berombak.
Nama yang resmi digunakan secara nasional dan Pemerintah Daerah serta masyarakat setempat adalah Pulau Anjing yang berasal dari Bahasa Weda yang
memiliki arti Pulau Tempat Pemeliharaan Anjing. Sejarah penamaan pulau tersebut didasarkan pada kondisi pulau dimana di
pulau tersebut digunakan sebagai tempat pemeliharaan anjing, sehingga masyarakat menyebutnya sebagai Pulau Anjing.
Jenis pantai di Pulau Anjing yaitu pantai tanahkarang. Pulau ini merupakan pulau karang. Sekeliling pulau terdapat vegetasi mangrove, ada lamun dan terumbu
karang yang masih dalam kondisi baik. Pulau ini berbentuk seperti bukit sangat kecil yang ditumbuhi semak sehingga merupakan pulau curam. Perairan sekitar
pulau banyak terdapat ikan dan menjadi daerah penangkapan nelayan bila musim gelombang.
87
Tabel 40 Ekosistem pulau-pulau kecil di kawasan Weda dan Weda Tengah
No Nama Pulau
Posisi Luas
Lintang Bujur
M
2
Ha
1 P. Anjing
0º18’17.4 127º52’26.9 1809.01
0.18 2
P. Bajo 0º21’29.8 127º54’19.9
8689.11 0.87
3 P. BelingsiliBelilsili
0º21’2.9 127º54’9.8 12303.61
1.23 4
P. Fanaf Leyap 0º23’10.0 127º54’28.7
11440.74 1.14
5 P. Gengon
0º18’19.3 127º52’23.3 459.67
0.05 6
P. Gengsili 0º23’23.3 127º54’19.2
9055.57 0.91
7 P. Golisilengnya
0º23’1.2 127º54’11.3 69673.31
6.97 8
P. Imam P. Kuleyevo 0º19’54.4 127º53’7.5 108626.56
10.86 9
P. Leksileng 0º23’17.6 127º54’17.6
25936.07 2.59
10 P. MdiliPado 0º20’42.4 127º53’20.3
17725.05 1.77
11 P. Mutyel 0º21’35.0 127º54’11.9
26990.59 2.70
12 P. Nenas 0º23’54.6 127º54’44.3
17341.20 1.73
13 P. Pieng 0º22’40.5 127º54’11.0
913.90 0.09
14 P. Sabubu 0º21’13.6 127º53’8.2
2417.21 0.24
15 P. Sang 0º23’48.0 127º54’47.4
10002.94 1.00
16 P. Saridaun 0º22’18.4 127º54’21.1
297.01 0.03
17 P. Selweme 0º22’42.3 127º54’6.2
9645.97 0.96
18 P. Sueng Sili 0º22’51.7 127º54’14.8
12415.90 1.24
19 P. Suengmnya 0º22’50.0 127º54’20.4
1348.43 0.13
20 P. Tengtong 0º21’8.8 127º54’13.8
14310.99 1.43
21 P. Tilang Mdi Batu 0º20’22.0 127º54’2.6
587.46 0.06
22 P. Ustel 0º21’37.8 127º54’5.3
20459.19 2.05
23 P. Yagi 0º18’14.1 127º52’28.3
6074.07 0.61
24 P. Yefi 0º21’21.3 127º53’35.4 1027638.27 102.76
2 Pulau Bajo
Pulau Bajo secara administrative wilayahnya termasuk ke dalam Kecamatan Weda. Secara astronomis Pulau Bajo terletak 127º54.19.9 BT dan 0º21.29.8 LU.
Pulau Bajo terletak di Kecamatan Weda dengan luas pulau 0.87. Pulau ini terletak agak sedikit ke arah luar dari pulau-pulau yang lainnya. Pulau Bajo berjajar
dengan dua pulau lainnya yaitu Pulau Mutyel dan Pulau Ustel. Pulau Bajo dapat ditempuh dengan kapal motor tempel selama kurang lebih 25 menit dari
Pelabuhan Weda kecepatan rata-rata 6-7 knot dan kondisi arus agak berombak.
Nama yang resmi digunakan secara nasional dan Pemerintah Daerah serta masyarakat setempat adalah Pulau Bajo yang berasal dari Bahasa Weda yang
memiliki arti Pulau Tempat Singgah Orang Bajo. Sejarah penamaan pulau tersebut didasarkan pada kondisi pulau dimana di pulau tersebut dulunya
digunakan sebagai tempat persinggahan orang Bajo, sehingga masyarakat menyebutnya sebagai Pulau Bajo.
Jenis pantai di Pulau Bajo yaitu pantai berpasir dan tanahkarang. Vegetasi yang dominan yaitu pohon bakau yang tumbuh di sekeliling pulau. Pada bagian
daratannya terdapat vegetasi semak dan pohon-pohon yang berukuran cukup