Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

21 Diantara ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berada dalam kondisi kritis adalah estuaria, mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Ekosistem dan sumberdaya tersebut berperan penting sebagai penyedia makanan, tempat perlindungan dan tempat berkembangbiak berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota lainnya. Salah satu upaya perlindungan yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan suatu kawasan di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan konservasi yang antara lain bertujuan untuk melindungi habitat-habitat kritis, mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya, melindungi keanekaragaman hayati dan melindungi proses-proses ekologi. Kawasan konservasi yang didefinisikan sebagai suatu kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang mencakup daerah intertidal, subtidal dan kolom air di atasnya, dengan beragam flora dan fauna yang berasosiasi didalamnya yang memiliki nilai ekologis, ekonomis, sosial dan budaya. Kawasan konservasi di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil memiliki peran utama sebagai berikut Agardy 1997; Barr et al. 1997 : a. Melindungi keanekaragaman hayati serta sturktur, fungsi dan integritas ekosistem. Kawasan konservasi dapat berkontribusi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati pada semua tingkat tropik dari ekosistem, melindungi hubungan jaringan makanan, dan proses-proses ekologi dalam suatu ekosistem. b. Meningkatkan hasil perikanan. Kawasan koservasi dapat melindungi daerah pemijahan, pembesaran dan mencari makanan, meningkatkan kapasitas reproduksi dan stok sumberdaya ikan. c. Menyediakan tempat rekreasi dan pariwisata. Kawasan konservasi dapat menyediakan tempat untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata alam yang bernilai ekologis dan estetika. Perlindungan terhadap tempat-tempat khusus bagi kepentingan rekreasi dan pariwisata seperti pengaturan dermaga perahukapal, tempat berjangkar dan jalur pelayaran akan membantu mengamankan kekayaan dan keragaman daerah rekreasi dan pariwisata yang tersedia di daerah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. d. Memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang ekosistem. Kawasan konservasi dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap ekosistem pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, menyediakan tempat yang relatif tidak terganggu untuk observasi dan monitoring jangka panjang, dan berperan penting bagi pendidikan masyarakat berkaitan dengan pentingnya konservasi laut dan dampak aktifitas manusia terhadap keanekaragaman hayati laut. e. Memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir, laut dan pulau- pulau kecil. Kawasan konservasi dapat membantu masyarakat pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dalam mempertahankan basis ekonominya melalui pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan secara optimal dan berkelanjutan. Sasaran utama penetapan kawasan konservasi pesisir, laut dan pulau-pulau kecil adalah untuk mengkonservasi ekosistem dan sumberdaya alam, agar proses- proses ekologis di suatu ekosistem dapat terus berlangsung dantetap 22 dipertahankan produksi bahan makanan dan jasa-jasa lingkungan bagi kepentingan manusia secara berkelanjutan Agardy 1997. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut di atas, maka penetapan kawasan konservasi di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil harus ditujukan untuk Kelleher and Kenchington 1992; Jones 1994; Barr et al. 1997; Salm et al. 2000: Melindungi habitat-habitat kritis Mempertahankan keanekaragaman hayati Mengkonservasi sumberdaya ikan Melindungi garis pantai Melindungi lokasi-lokasi yang bernilai sejarah dan budaya Menyediakan lokasi rekreasi dan pariwisata alam Merekolonosasi daerah-daerah yang tereksploitasi Mempromosikan pembangunan kelautan berkelanjutan Dalam rencana pengalokasian kawasan konservasi, diperlukan sedikitnya 4 empat tahapan dalam proses pemilihan lokasi Agardy 1997 : 1. Identifikasi habitat atau lingkungan kritis; distribusi sumberdaya ikan ekologis dan ekonomis penting, dan bila memungkinkan lokasi proses-proses ekologis kritis, dan dilanjutkan dengan memetakan informasi-informasi tersebut dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. 2. Teliti tingkat pemanfaatan sumberdaya dan identifikasi sumber-sumber degradasi di kawasan; petakan konflik pemanfaatan sumberdaya, berbagai ancaman langsung over-eksploitasi dan tidak langsung pencemaran terhadap ekosistem dan sumberdaya. 3. Tentukan lokasi dimana perlu dilakukan konservasi lokasi yang diidentifikasi oleh pengambil kebijakan menjadi prioritas untuk dilindungi. 4. Kaji kelayakan suatu kawasan prioritas yang dapat dijadikan kawasan konservasi, berdasarkan proses perencanaan lokasi. Secara umum terdapat 2 dua kategori ukuran kawasan konservasi, yakni : kategori disagregasi sekelompok kawasan konservasi yang berukuran kecil, dan kategori agregasi satu kawasan konservasi yang berukuran besar. Setiap kategori ukuran memiliki keunggulan tersendiri. Kawasan konservasi yang berukuran kecil dapat mendukung kehidupan lebih banyak jenis biota dengan relung yang berbeda-beda, serta tidak merusak semua kawasan konservasi secara bersamaan bila terdapat bencana. Kawasan konservasi yang berukuran besar menuntut adanya zonasi kawasan untuk mendukung pengelolaan yang efektif bagi berbagai pemanfaatan secara berkelanjutan. Teluk yang akan menjadi prioritas dalam penyusunan perencanaan kawasan konservasi dapat dilakukan dengan mengikuti kriteria yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, Permen KP RI Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau –Pulau Kecil, Permen KP RI Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Akreditasi Terhadap Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau –Pulau Kecil, Permen KP RI Nomor 17 Tahun 2008 Tentang 23 Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau –Pulau Kecil, dan Permen KP RI Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan, dan Permen KP RI Nomor 30 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan, serta Kepmen KP RI Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang. Pengelolaan zona dalam kawasan konservasi didasarkan pada luasnya berbagai pemanfaatan sumberdaya kawasan. Aktifitas di dalam setiap zona ditentukan oleh tujuan konservasi, sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengelolaan. Zona-zona tertentu menuntut pengelolaan yang intensif, sementara zona lainnya tidak perlu. Sistem zonasi pada kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari : a zona inti; b zona pemanfaatan terbatas; danatau c zona lainnya sesuai dengan peruntukan kawasan. Zona inti wajib dimiliki oleh setiap jenis kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Setiap jenis kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dapat memiliki satu atau lebih zonasi sesuai dengan luasan dan karakter biofisik serta sosial ekonomi dan budaya kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Zona inti antara lain diperuntukkan : a. perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi biota laut; b. perlindungan ekosistem pesisir yang unik danatau rentan terhadap perubahan; c. perlindungan situs budayaadat tradisional; d. penelitian; danatau e. pendidikan Zona pemanfaatan terbatas antara lain diperuntukkan : a. perlindungan habitat dan populasi ikan; b. pariwisata dan rekreasi; c. penelitian dan pengembangan; danatau d. pendidikan. Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain zona rehabilitasi. Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan Kepmen KP RI Nomor 17 Tahun 2008, adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Tujuan ditetapkannya konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yaitu untuk memberikan acuan atau pedoman dalam melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya. Sasaran pengaturan kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ditujukan untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Penzonasian kawasan konservasi disajikan pada Tabel 5. 24 Tabel 5 Penzonasian Kawasan Konservasi Kawasan Zona Sub Zona Penjelasan Kawasan Konservasi Konservasi A Konservasi Perairan Wilayah yang mempunyai cirri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan danatau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengeloalan wilayah tersebut secara berkelanjutan A1 Taman Nasional Perairan Kawasan konservasi perairan yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan berkelanjutan, wisata perairan dan rekreasi A2 Taman Wisata Perairan Kawasan konservasi perairan dengan tujuan dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi A3 Suaka Alam Perairan Kawasan konservasi perairan dengan ciri khas tertentu untuk perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya A4 Suaka Perikanan Kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan cirri tertentu sebagai tempat berlindungberkembang biak jenis sumberdaya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan Konservasi B Koservasi Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai cirri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan danatau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah tersebut secara berkelanjutan B1 Suaka Pesisir Merupakan wilayah pesisir yang menjadi tempat hidup dan perkembangbiakan habitat. Mempunyai keterwakilan ekosistem di wilayah pesisir yang masih asli, luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin kelangsungan habitat, danatau mempunyai kondisi fisik wilayah mampu mengurangi dampak bencana 25 Tabel 5 Lanjutan Kawasan Zona Sub Zona Penjelasan Kawasan Konservasi B2 Suaka Pulau Kecil Merupakan pulau kecil yang menjadi tempat hidup dan perkembangbiakan habitat, mempunyai keterwakilan ekosistem di pulau kecil yang masih asli danatau alami, luas wilayah pulau kecil yang cukup untuk menjamin kelangsungan habitat, danatau mempunyai kondisi fisik wilayah pulau kecil yang mampu mengurangi dampak bencana B3 Taman Pesisir Merupakan wilayah pesisir yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, dan kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi B4 Taman Pulau Kecil Merupakan wilayah pulau kecil yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, dan kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi Konservasi C Konservasi Maritim Wilayah konservasi dengan situs budaya atau tempat kapal tenggelam C1 Daerah Perlindungan Adat Maritim C2 Daerah Perlindungan Budaya Maritim Sumber : Permen KP RI Nomor 17 Tahun 2008 Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri dari 4 jenis yaitu: a. suaka pesisir b. suaka pulau kecil c. taman pesisir d. taman pulau kecil Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai suaka pesisir memiliki kriteria sebagai berikut : a. merupakan wilayah pesisir yang menjadi tempat hidup dan berkembangbiaknya habitat suatu jenis atau sumberdaya alam hayati yang khas, unik, langka dan dikhawatirkan akan punah, danatau merupakan tempat 26 hidup bagi jenis-jenis biota migrasi tertentu yang keberadaannya memerlukan upaya perlindungan, danatau pelestarian; b. mempunyai keterwakilan dari satu atau beberapa ekosistem di wilayah pesisir yang masih asli danatau alami; c. mempunyai luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin kelangsungan habitat jenis sumberdaya ikan yang perlu dilakukan upaya konservasi dan dapat dikelola secara efektif; dan d. mempunyai kondisi fisik wilayah pesisir yang rentan terhadap perubahan danatau mampu mengurangi dampak bencana. Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai suaka pulau kecil memiliki kriteria sebagai berikut : a. merupakan pulau kecil yang menjadi tempat hidup dan berkembangbiaknya habitat suatu jenis atau beberapa sumberdaya alam hayati yang khas, unik, langka, dan dikhawatirkan akan punah, dan atau merupakan tempat kehidupan bagi jenis-jenis biota migrasi tertentu yang keberadaannya memerlukan upaya perlindungan, danatau pelestarian; b. mempunyai keterwakilan dari satu atau beberapa ekosistem di pulau kecil yang masih asli danatau alami; c. mempunyai luas wilayah pulau kecil yang cukup untuk menjamin kelangsungan habitat jenis sumberdaya ikan yang perlu dilakukan upaya konservasi dan dapat dikelola secara efektif; dan d. mempunyai kondisi fisik wilayah pulau kecil yang rentan terhadap perubahan danatau mampu mengurangi dampak bencana. Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai taman pesisir memiliki kriteria sebagai berikut : a. merupakan wilayah pesisir yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, formasi geologi, danatau gejala alam yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari dan rekreasi; b. mempunyai luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik serta pengelolaan pesisir yang berklanjutan; dan c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi. Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai taman pulau kecil memiliki kriteria sebagai berikut : a. merupakan pulau kecil yang mempunyai daya tarik sumberdaya alam hayati, formasi geologi, danatau gejala alam yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari dan rekreasi; b. mempunyai luas wilayah pulau kecilgugusan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik serta pengelolaan pulau kecil yang berkelanjutan; dan c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan wisata bahari dan rekreasi. Identifikasi dan pemilihan lokasi potensial untuk kawasan konservasi di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil menuntut penerapan kriteria. Kriteria berfungsi 27 untuk mengkaji kelayakan suatu lokasi bagi kawasan konservasi. Penerapan kriteria sangat membantu dalam mengidentifikasi dan memilih lokasi perlindungan secara obyektif, yaitu secara mendasar terdiri atas kelompok kriteria ekologi, sosial dan ekonomi Salm et al. 2000. Kriteria ekologi adalah nilai suatu ekosistem dan jenis biota di pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dapat dilihat pada criteria sebagai berikut : a. Keanekaragaman hayati : didasarkan pada keragaman atau kekayaan ekosistem, habitat, komunitas dan jenis biota. Lokasi yang sangat beragam, harus memperoleh nilai paling tinggi. b. Kealamian : didasarkan pada tingkat degradasi. Lokasi yang terdegradasi mempunyai nilai yang rendah, misalnya bagi perikanan atau wisata, dan sedikit berkontribusi dalam proses-proses biologis. c. Ketergantungan : didasarkan pada tingkat ketergantungan spesies pada lokasi, atau tingkat dimana ekosistem tergantung pada proses-proses ekologis yang berlangsung di lokasi. d. Keterwakilan : didasarkan pada tingkat dimana lokasi mewakili suatu tipe habitat, proses ekologis, komunitas biologi, ciri geologi atau karakteristik alam lainnya. e. Keunikan : didasarkan keberadaan suatu spesies endemic atau yang hampir punah. f. Integritas : didasarkan pada tingkat dimana lokasi merupakan suatu unit fungsional dari entitas ekologi. g. Produktifitas : didasarkan pada tingkat dimana proses-proses produktif di lokasi memberikan manfaat atau keuntungan bagi biota atau manusia. h. Kerentanan : didasarkan pada kepekaan lokasi terhadap degradasi baik oleh penagruh alam atau akibat aktiftas manusia. Kriteria sosial adalah manfaat sosial dan budaya pesisir dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut : a. Penerimaan sosial : didasarkan pada tingkat dukungan masyarakat lokal. b. Kesehatan masyarakat : didasarkan pada tingkat dimana penetapan kawasan konservasi dapat membantu mengurangi pencemaran atau penyakit yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat. c. Rekreasi : didasarkan pada tingkat dimana lokasi dapat digunakan untuk rekreasi bagi penduduk sekitar. d. Budaya : didasarkan pada nilai sejarah, agama, seni atau nilai budaya lain dari lokasi. e. Estetika : didasarkan pada nilai keindahan dari lokasi. f. Konflik kepentingan : didasarkan pada tingkat dimana kawasan konservasi dapat berpengaruh pada aktifitas masyarakat lokal. g. Keamanan : didasarkan pada tingkat bahaya dari lokasi bagi manusia karena adanya arus kuat, ombak besar dan hambatan lainnya. h. Aksesibilitas : didasarkan pada kemudahan mencapai lokasi baik dari darat maupun laut. i. Kepedulian masyarakat : didasarkan pada tingkat dimana monitoring, penelitian, pendidikan atau pelatihan di dalam lokasi dapat berkontribusi pada pengetahuan, apresiasi nilai-nilai lingkungan dan tujuan konservasi. j. Konflik dan kompatibilitas : didasarkan pada tingkat dimana lokasi dapat membantu menyelesaikan konflik antara kepentingan sumberdaya alam dan 28 aktifitas manusia, atau tingkat dimana kompatibilitas antara sumberdaya alam dan manusia dapat dicapai. Kriteria ekonomi adalah manfaat ekonomi pesisir dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut : a. Spesies penting : didasarkan pada tingkat dimana spesies penting komersial tergantung pada lokasi. b. Kepentingan perikanan : didasarkan pada jumlah nelayan yang tergantung pada lokasi dan ukuran hasil perikanan. c. Bentuk ancaman : didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia. d. Manfaat ekonomi : didasarkan pada tingkat dimana perlindungan lokasi akan berpengaruh pada ekonomi lokal dalam jangka panjang. e. Pariwisata : didasarkan pada nilai keberadaan atau potensi lokasi untuk pengembangan pariwisata.

2.9 Daya Dukung

Daya dukung carrying capacity didefinisikan sebagai intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus menerus tanpa merusak alam Pearce and Kirk 1986. Kapasitas lingkungan adalah satu konsep kunci pada ide dari pengembangan yang berkelanjutan GESAMP 2001, oleh karenanya harus tertuju pada beberapa inisiatif mendisain untuk meningkatkan pengembangan berkelanjutan. Pengertian Kapasitas lingkungan kapasitas asimilasi adalah “satu hak milik dari lingkungan dan kemampuan untuk mengakomodasi satu aktivitas tertentu tanpa mengakibatkan dampak yang tidak dapat diterima”. Kapasitas lingkungan atau daya dukung lingkungan dapat menaksir dampak kumulatif atau dampak kombinasi dan tingkatan yang layak acceptable level dari perubahan lingkungan yang sesuai dengan tujuan manajemen lingkungan. Dengan mengestimasi kapasitas total, maka pemanfaatan lingkungan yang berbeda-beda akuakultur, pemanfaatan lain dan komponen-komponen ekosistem alami dapat dialokasikan. Kapasitas lingkungan merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Menurut Bengen 2002, konsep daya dukung didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung pertumbuhan suatu organisme. Konsep ini dikembangkan untuk mencegah kerusakan atau degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Daya dukung dapat dinaikkan kemampuannya oleh manusia dengan memasukkan dan menambahkan ilmu dan teknologi kedalam suatu lingkungan. Namun demikian peningkatan daya dukung lingkungan memiliki batas-batas dimana pada keadaan tertentu cenderung sulit atau tidak ekonomis lagi bahkan tidak mampu lagi dinaikkan kemampuannya karena akan terjadi kerusakan pada sumberdaya atau ekosistem. Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak bijaksana justru akan menghancurkan daya dukung lingkungan. Di alam dikenal the law of limiting factors, yang menyatakan adanya batas minimum dan maksimum dalam alam. Diluar batas toleransi ini, maka akan terjadi kerusakan dari sumberdaya alam dan ekosistem ini bahkan berpeluang untuk terjadinya kehancuran sumberdaya dan ekosistem tersebut. Disamping itu, daya dukung tidak hanya dilakukan dalam penilaian aspek fisik dan ekologisnya saja akan 29 tetapi juga dapat digunakan dalam memperkirakan nilai daya dukung dari aspek sosial, misalnya penilaian terhadap terjadinya perubahan prilaku sosial sumberdaya alam dan lingkungan adalah penting untuk menentukan bentuk- bentuk pengelolaan terhadap sumberdaya tersebut terutama dalam tujuan menjaga, mengendalikan, dan juga melestarikan lingkungan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa daya dukung didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan untuk menyerap bahan, energi danatau komponen lainnya yang memasuki atau dibuang kedalamnya. Daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang dapat dibuang kedalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi. WTO 1992 bahwa daya dukung adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan terdiri dari : 1. Daya Dukung Ekologis adalah tingkat maksimum baik jumlah maupun