Daya Dukung Development model for regional conservation of coastal and small islands case study of Weda Bay

29 tetapi juga dapat digunakan dalam memperkirakan nilai daya dukung dari aspek sosial, misalnya penilaian terhadap terjadinya perubahan prilaku sosial sumberdaya alam dan lingkungan adalah penting untuk menentukan bentuk- bentuk pengelolaan terhadap sumberdaya tersebut terutama dalam tujuan menjaga, mengendalikan, dan juga melestarikan lingkungan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa daya dukung didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan untuk menyerap bahan, energi danatau komponen lainnya yang memasuki atau dibuang kedalamnya. Daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang dapat dibuang kedalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi. WTO 1992 bahwa daya dukung adalah tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan terdiri dari : 1. Daya Dukung Ekologis adalah tingkat maksimum baik jumlah maupun volume pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasi oleh suatu kawasan atau zona sebelum terjadi penurunan kualitas ekologis. 2. Daya Dukung Fisik adalah jumlah maksimum pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diabsorpsi oleh suatu kawasan atau zona tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas fisik. 3. Daya Dukung Sosial adalah tingkat kenyamanan dan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan atau zona akibat adanya pengguna lain dalam waktu bersamaan. 4. Daya Dukung Ekonomi adalah tingkat skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumberdaya yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara berkesinambungan. 30 31 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada 4 wilayah kecamatan di kawasan Teluk Weda Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara Bulan Juni – Oktober 2012. Pemilihan lokasi stasiun mengacu pada Bengen 2000 dimana pemilihan lokasi stasiun didasarkan atas pertimbangan: • Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan harus mewakili wilayah kajian, dan juga harus dapat mengindikasikan atau mewakili setiap zona yang terdapat di wilayah kajian. • Pengamatan secara konseptual berdasarkan keterwakilan lokasi kajian. Waktu penelitian dibagi dalam 2 periode waktu yaitu : Periode pertama adalah survei awal untuk sosialisasi rencana penelitian di Teluk Weda dan sekaligus dilakukan pengumpulan data sekunder di lokasi penelitian dan di berbagai instansi terkait lainnya pada Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah dan Pemerintah Provinsi Maluku Utara untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Periode kedua adalah pengambilan data primer dalam bentuk ground- check, penggunaan kuesioner serta wawancara dengan stakeholders. Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Peta lokasi penelitian di Teluk Weda Kabupaten Halmahera Tengah

3.2 Jenis dan sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui metode pengamatan, pengukuran, 32 dan ground check terhadap objek penelitian serta penggunaan kuesioner dan wawancara dengan stakeholders yang terkait dengan materi penelitian, juga dilakukan Focus Discussion Group FGD untuk mengetahui persepsi dari nilai konservasi dan partisipasi dalam penzonasian. Adapun data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari Bakosurtanal, Dishidros TNI-AL, Bappeda, Balitbangda, BPS dan instansi terkait, monografi desa dan kecamatan, hasil penelitian, laporan LSM, stakeholders, serta data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Kebutuhan data penelitian disajikan pada Tabel 6. Data ekologi meliputi komponen fisik, kimia biologi yang diperuntukkan sebagai kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Weda. Data ekonomi meliputi data-data yang terkait dengan kegiatan pembangunan yaitu perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata bahari dan pantai. Data sosial meliputi jumlah penduduk, penyebaran, jenis kelamin, mobilitas penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Data kelembagaan meliputi kelembagaan formal dan non formal. Kelembagaan formal merupakan kewenangan yang dimiliki oleh instansi terkait sesuai undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Sedangkan kelembagaan informal adalah adat istiadat yang berlaku di suatu daerah yang masih di pakai sampai saat ini. Tabel 6 Kebutuhan Data Penelitian No Kategori Jenis Data Sumber Keterangan 1. Data Biogeofisik a Fisika, kimia, oseangografi kecepatan arus, pasang-surut, gelombang, temperatur perairan, kecerahan perairan, kedalaman perairan, material dasar perairan, salinitas perairan, pH, phosphat, dan nitrat. Ground Check Data Primer b Fisiografi bentang alam, topografi dan hidrologi Instansi Terkait Data Sekunder c Iklim temperatur udara, arah angin, curah hujan, dan kelembaban BMG Kota Ternate Data Sekunder d Ekosistem pulau-pulau kecil, mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria Ground Check Data Primer

2. Data Pemanfaatan Lahan

a Pemanfaatan lahan darat pemukiman, pemerintahan, industri, dan pariwisata Ground Check Data Primer b Pemanfaatan lahan perairan pelabuhan pertambangan, pelabuhan umum, pelabuhan perikanan, perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri perikanan, dan pariwisata Ground Check Data Primer

3. Data Sosial-Budaya, Ekonomi, dan Kelembagaan

a Demografi jumlah penduduk, kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, rasio jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencarian BPS Kabupaten Halmahera Tengah Data Sekunder b Infrastruktur sarana dan prasarana pemukiman, pemerintahan, perekonomian, transportasi dan perbankan Bappeda Kabupaten Halmahera Tengah Data Sekunder