Oksigen Terlarut DO atau Disolved Oxygen

68 Kandungan oksigen terlarut di perairan Teluk Weda berkisar antara 3,38- 5,07 ppm dengan rata-rata 4,32 ppm, ini menunjukkan bahwa dengan kandungakn oksigen terlarut yang demikian dapat dilakukan kegiatan wisata bahari dan kegiatan budidaya keramba jaring apung dan rumput laut. Hal ini sesuai dengan Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 51 tahun 2004 yang menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut KLH 2004.

4.4 Kondisi Ekologi

Kondisi ekologi Teluk Weda adalah kondisi yang memberikan nilai tersendiri terhadap keadaan biofisik suatu daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat manusia yang berada di sekitar teluk. Nilai ekologi Teluk Weda terdiri dari parameter kualitas perairan, kondisi iklim, ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil estuaria, mangrove, lamun, terumbu karang, ikan dan biota lainnya yang saling terkait dan mempengaruhi ekominawisata di Teluk Weda. Mangrove sebagai vegetasi yang tumbuh dilingkungan estuaria pantai yang dapat ditemui di garis pantai tropika dan subtropika yang biasa memiliki fungsi- fungsi sosial ekonomi dan lingkungan FAO 2003. Hutan mangrove yang terbentuk tergantung pada kondisi yang mendukung, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik utama yang mempengaruhi hutan mangrove adalah iklim temperatur, angin dan badai, curah hujan, zona-zona kehidupan dan edafis geomorfologi mangrove, salinitas, faktor-faktor lainnya, yang menyusun ekosistem, yaitu flora dan fauna mangrove, hubungan antara mangrove, dan inplikasi pengelolaannya Kustanti 2011. Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Teluk Weda adalah Achantus ilicifolius, Aegiceras comiculatum, Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera cylindrical, Bruguiera gymnorhizza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Hibiscus tiliaceus, Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Sonneratia casiolaris, Terminalia cattapa, Xylocarpus granatum, Xylocarpus molluccensis. Mustari 2009, DKP Halteng 2011 dan Dinas Kehutanan Halteng 2012. Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi Angiospermae yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut. Dalam bahasa Inggris disebut seagrass . Istilah seagrass hendaknya jangan dikelirukan dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai rumput laut yang sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga sebagai alga laut. Padang lamun merupakan komponen makroalgae yang ditemukan pada lokasi ini cukup produktif. Tumbuhnya tanaman lamun umumnya membentuk holdplast pada batuan yang terdapat di sekitar pantai dan terumbu karang di perairan pantai. Sebaran lamun di daerah Teluk Weda sangat terbatas dan keberadaannya jauh dari garis pantai daerah yang selalu tergenang. Spesies lamun yang diterdapat di daerah ini adalah : Enhallus acoroides, Thallasia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila minor, Syiringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata dan Halodule uninervis. Contoh lamun yang ditemukan disajikan pada Gambar 14. 69 Terumbu karang adalah ekosistem paling depan yang berhadapan dengan laut. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat CaCO 3 , yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu karang hermatipik dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari alga berkapur serta organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat. Fungsi ekologis terumbu karang yaitu sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang dan arus, sebagai habitat berbagai biota laut, sebagai lokasi wisata dan masih banyak fungsi lainnya. Distribusi terumbu karang di Teluk Weda menyebar di beberapa lokasi yaitu di kecamatan Weda Utara, Weda Tengah, Weda dan Weda Selatan Batasan lokasi penelitian dan kecamatan Patani, Patani Utara, Patani Barat serta Kecamatan Pulau Gebe. Gambar 10 Beberapa jenis lamun yang ditemukan

4.5 Kondisi Ekonomi

Daerah Halmahera Tengah merupakan daerah pantai karena sekitar 80 wilayahnya berada di daerah pantai sedangkan 20 lainnya di daerah pegunungan. Namun demikian, kontributor terbesar ada di pertambangan non migas dengan pertambangan yang dieksploitasi adalah nikel. Mata pencaharian masyarakat di daerah adalah nelayan, petani, PNS, pengusaha, pedagang, buruh tambang, dan lain-lain. Potensi sumberdaya darat di daerah ini umumnya mencakup hasil hutan, perkebunan, pertanian dan pertambangan. Sedangkan potensi sumberdaya laut yaitu perikanan, biota laut dan rumput laut. Infrastruktur perikanan yang dapat menunjang perikanan tangkap dapat dilihat dengan adanya PPI DKP Halteng, namun belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh nelayan untuk mendaratkan ikan dan melakukan pelelangan, hal ini terjadi karena nelayan langsung membawa hasil tangkapannya ke pasar dan di jual di desa setempat. Fasilitas perikanan disajikan pada Gambar 15. Produksi dan nilai produksi di Kabupaten Halmahera Tengah sejak tahun 2004-2011 terjadi peningkatan, namun peningkatannya tidak secara tajam. Data produksi dan nilai produksi perikanan Halmahera Tengah disajikan pada Tabel 23 dan 24.