67
oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan gkg atau promil
o oo
. Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0,5
o oo
, perairan payau antara 0,5
o oo
– 30
o oo
, dan perairan laut 30
o oo
- 40
o oo
. Pada perairan hipersaline, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40
o oo
- 80
o oo
. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai.
b. pH
Mackereth et al. 1989 in Effendi 2003 mengemukakan bahwa pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH 5, alkalinitas
dapat mencapai nol 0. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat
asam pH rendah bersifat korosif.
pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banya ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah.
Amonium bersifat tidak toksik innocuous. Namun pada suasana alkalis pH tinggi lebih banyak ditemukan amonia yang tak terionisasi unionized dan
bersifat toksik. Amonia yang terionisasi ini lebih mudah terserap ke dalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengn amonium Tebbut 1992 in Effendi 2003.
Pengukuran pH di perairan Teluk Weda berkisar antara 8-9 dengan rata-rata pH sebesar 8,25, ini berarti proses biokimia perairan berlangsung dengan baik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7
– 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Toksisitas logam
memperlihatkan peningkatan pada pH rendah Novotny and Olem 1994 in Effendi 2003.
c. Oksigen Terlarut DO atau Disolved Oxygen
Oksigen terlarut Dissolved Oxygen = DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut Salmin 2000.
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 mlliter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang
terlarut diperairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian altitude serta
semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil Jeffries and Mills 1996 in Effendi 2003.
Kandungan oksigen terlarut DO minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun toksik. Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme Swingle 1968 in Salmin 2005. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang
dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 Huet 1970 in Salmin 2005.
68
Kandungan oksigen terlarut di perairan Teluk Weda berkisar antara 3,38- 5,07 ppm dengan rata-rata 4,32 ppm, ini menunjukkan bahwa dengan kandungakn
oksigen terlarut yang demikian dapat dilakukan kegiatan wisata bahari dan kegiatan budidaya keramba jaring apung dan rumput laut. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 51 tahun 2004 yang menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk
kepentingan wisata bahari dan biota laut KLH 2004.
4.4 Kondisi Ekologi
Kondisi ekologi Teluk Weda adalah kondisi yang memberikan nilai tersendiri terhadap keadaan biofisik suatu daerah yang memiliki potensi
sumberdaya alam dan lingkungan yang dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat manusia yang berada di sekitar teluk. Nilai ekologi Teluk
Weda terdiri dari parameter kualitas perairan, kondisi iklim, ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil estuaria, mangrove, lamun, terumbu karang, ikan dan biota
lainnya yang saling terkait dan mempengaruhi ekominawisata di Teluk Weda.
Mangrove sebagai vegetasi yang tumbuh dilingkungan estuaria pantai yang dapat ditemui di garis pantai tropika dan subtropika yang biasa memiliki fungsi-
fungsi sosial ekonomi dan lingkungan FAO 2003. Hutan mangrove yang terbentuk tergantung pada kondisi yang mendukung, yaitu faktor biotik dan
abiotik. Faktor abiotik utama yang mempengaruhi hutan mangrove adalah iklim temperatur, angin dan badai, curah hujan, zona-zona kehidupan dan edafis
geomorfologi mangrove, salinitas, faktor-faktor lainnya, yang menyusun ekosistem, yaitu flora dan fauna mangrove, hubungan antara mangrove, dan
inplikasi pengelolaannya Kustanti 2011.
Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Teluk Weda adalah Achantus ilicifolius, Aegiceras comiculatum, Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera
cylindrical, Bruguiera gymnorhizza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Hibiscus tiliaceus, Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa,
Nypa fruticans, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Sonneratia casiolaris, Terminalia cattapa, Xylocarpus
granatum, Xylocarpus molluccensis. Mustari 2009, DKP Halteng 2011 dan Dinas Kehutanan Halteng 2012.
Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi Angiospermae yang telah beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di air laut. Dalam bahasa Inggris disebut
seagrass . Istilah seagrass hendaknya jangan dikelirukan dengan seaweed yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai rumput laut yang
sebenarnya merupakan tumbuhan tingkat rendah dan dikenal juga sebagai alga laut. Padang lamun merupakan komponen makroalgae yang ditemukan pada
lokasi ini cukup produktif.
Tumbuhnya tanaman lamun umumnya membentuk holdplast pada batuan yang terdapat di sekitar pantai dan terumbu karang di perairan pantai. Sebaran
lamun di daerah Teluk Weda sangat terbatas dan keberadaannya jauh dari garis pantai daerah yang selalu tergenang. Spesies lamun yang diterdapat di daerah ini
adalah : Enhallus acoroides, Thallasia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila minor, Syiringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata dan Halodule uninervis.
Contoh lamun yang ditemukan disajikan pada Gambar 14.