Elemen kendala utama sistem pengembangan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil

146 5. Kurangnya pembinaan terhadap nelayan K5 6. Lemahnya sistem kelembagaan di pesisir dan pulau-pulau kecil K6 7. Lemahnya koordinasi antar pihak terkat K7 8. Tingginya kebutuhan ekspor perikanan tangkap K8 9. Peraturan investasi daerah yang kurang mendukung K9 10. Kebijakan pemerintah yang tidak konsisten K10 K5 K7 K8 K2 K6 K3 K10 K9 K4 K1 Gambar 49 Diagram model struktur hirarki dan Grafik hubungan Driver Power DP dan Dependence D elemen kendala utama Diagram dam grafik yang ditampilkan pada Gambar 49, menjelaskan bahwa elemen kendala program sistem pengembangan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil pada level I nelayan kurang berdaya dalam penentuan harga perikanan, lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola SDA pesisir dan pulau-pulau kecil, peraturan investasi daerah yang kurang mendukung dan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten; level II nelayan kurang konsisten menjaga mutu perikanan tangkap; level III tingginya kebutuhan ekspor perikanan tangkap; level IV lemahnya nelayan dapat mengakses modal pada lembaga keuangan dan bank dan lemahnya sistem kelembagaan di pesisir dan pulau-pulau kecil; level V lemahnya koordinasi antar pihak terkait; dan level VI kurangnya pembinaan terhadap nelayan. Perencanaan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Weda diharapkan memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat khususnya nelayan sesuai dengan kapasitas ekonomi yang sesuai dengan daya dukung serta kebijakan sosial ekonomi yang berpihak kepada kelompok yang terpinggirkan. Kebijakan sosial ekonomi perlu direkayasa-ulang, yakni diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan sekaligus untuk menjaga kelestarian sumberdaya sehingga kegiatan sosial ekonomi dapat dipercepat dan dilakukan secara berkelanjutan. Pengembangan masyarakat pesisir dan pulau-pulau harus didasarkan pada pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yang komperehensif, sehingga menuntut 1 perhatian yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai sumberdaya alam yang unik; 2 optimalisasi pemanfaatan serbaneka dari ekosistem pesisir dan laut dengan mengitegrasikan segenap informasi ekologis, ekonomis dan sosial; dan 3 147 peningkatan pendekatan multidisipliner dan koordinasi antar sektoral dalam mengatasi permasalahan yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang kompleks. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat memberikan hasil yang diharapkan, yaitu 1 terpeliharanya kualitas lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil beserta sumberdaya didalamnya, dan 2 membaiknya kondisi sosial ekonomi-budaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Kebijakan pembangunan perlu memberikan keberpihakan kepada masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil agar kelompok masyarakat yang selama ini kurang diperhatikan dapat segera mengejar ketertinggalan dari kelompok masyarakat lainnnya sehingga tujuan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan yang adil bagi segenap bangsa Indonesia dapat diwujudkan Cincin et al. 1998. Lebih lanjut Dahuri et al. 1996 menjelaskan upaya pembinaan nelayan untuk pembangunan nasional dapat dilakukan melalui program: a pembinaan nelayan memerlukan pemahaman yang bersifat menyeluruh terhadap setiap persoalan, terutama kemiskinan nelayan yang terjadi; b pembinaan nelayan memerlukan pendekatan sosial engineering yang tepat, efektif dan efisien; c penetapan jumlah pemanfaat users dan daya dukung lingkungannya sesuai dengan karakteristik sumberdaya dan pemanfaatannya; d penguatan dan pembinaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil; e pengembangan mata pencaharian alternatif; f penanganan penangkapan ikan ilegal, tidak tercatat dan tidak diatur; g dukungan kebijakan pengembangan perikanan tangkap; dan h dukungan kebijakan pengembangan perikanan budidaya. e. Elemen aktifitas yang dibutuhkan dalam pengembangan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil Strukturisasi elemen aktivitas yang dibutuhkan, yang terdiri dari 10 sub elemen, dengan menggunakan teknik ISM dan melalui penilaian V, A, X, dan O akan menghasilkan matriks reachability, struktur model hirarki, dan klasifikasi sub elemen. Sub elemen aktivitas yang dibutuhkan dilambangkan sebagai berikut: 1. Membuat kebijakan yang konsisten A1 2. Memfasilitasi pelaksanaan pendidikan A2 3. Memfasilitasi akses modal pengembangan A3 4. Memfasilitasi penelitian dan pengembangan bekerjasama dengan perguruan tinggi A4 5. Memfasilitasi tersedianya infrastruktur yang memadahi A5 6. Memberikan pengawasan pemanfaatan sumberdaya alam A6 7. Melaksanakan promosi keaneka-ragaman hayati pesisir dan pulau-pulau kecil A7 8. Mendirikan sarana pelayanan A8 9. Melakukan koordinasi antar instansi terkait A9 10. Memfasilitasi penyediaan data dan informasi A10 Diagram dan grafik yang ditampilkan pada Gambar 50, menjelaskan bahwa elemen aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan program sistem pengembangan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil pada level I membuat kebijakan yang konsisten; level II memfasilitasi pelaksanaan pendidikan, memfasilitasi penelitian dan pengembangan bekerjasama dengan perguruan tinggi, memfasilitasi tersedianya infrastruktur yang memadahi, 148 memberikan pengawasan pemanfaatan sumberdaya alam dan melakukan koordinasi antar instansi terkait; dan level III adalah memfasilitasi akses modal pengembangan, melaksanakan promosi keanekaragaman hayati pesisir dan pulau- pulau kecil, mendirikan sarana pelayanan dan memfasilitasi penyediaan data dan informasi. A3 A7 A8 A10 A2 A4 A5 A6 A9 A1 Gambar 50 Diagram model struktur hirarki dan grafik hubungan Driver Power DP dan Dependence D elemen aktivitas Selama ini pengelolaan sumberdaya sering merupakan the missing ingredient dalam mewujudkan partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif. secara sederhana pemberdayaan mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses dan kontrol atas sumber-sumber hidup yang penting. Upaya masyarakat untuk melibatkan diri dalam proses pembangunan melalui power yang dimilikinya merupakan bagian dari pembangunan manusia personalhuman development. Pembangunan manusia merupakan proses pembentukan pengakuan diri self-respect, percaya diri self- confident dan kemandirian self-reliance dapat bekerja sama dan toleran terhadap sesamanya dengan menyadari potensi yang dimilikinya. hal ini dapat terwujud dengan menimba ilmu dan ketrampilan baru, serta aktif berpartisipasi didalam pembangunan ekonomi, sosial dan politik dam komunitas mereka Hanson 2003; Kennish 2002. Terkait dengan hal tersebut tersedianya infrastruktur yang memadahi, akan mengurangi missing ingredient dalam pengelolaan kawasan pesisir dan pulau- pulau kecil di Teluk Weda, Melalui penyediaan infrastruktur yang memadahi, setiap stakeholder yang terlibat memiliki kesempatan untuk menyampaikan aspirasi, merumuskan solusi permasalahan yang ada sekaligus menggagas kegiatan yang diperlukan dalam mengelola kawasan Teluk Weda

5.8 Keberlanjutan

Hasil analisis keberlanjutan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang diperuntukan untuk kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan pendekatan Multi Dimensional Scaling MDS yang merupakan pengembangan dari metode Rapfish digunakan untuk menilai status keberlanjutan perikanan tangkap Pitcher and Preikshot 2001. Analisis keberlanjutan ini 149 mempertimbangkan empat dimensi, yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya dan dimensi kelembagaan. Nilai indeks keberlanjutan pada setiap dimensi keberlanjutan, ditentukan dengan cara memberikan nilai skoring pada masing-masing dimensi yang merupakan hasil pendapat pakar. Nilai skoring indeks berkelanjutan pada setiap dimensi berkisar antara 0-100 dengan kriteria antara lain : nilai indeks terletak antara 0 –24.99 tidak berkelanjutan, nilai indeks terletak antara 25–49.99 kurang berkelanjutan, nilai indeks terletak antara 50 –74.99 cukup berkelanjutan, dan nilai indeks terletak antara 75 –100 berkelanjutan. Analisis keberlanjutan untuk setiap dimensi terdiri dari beberapa atribut yang diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, kemudian diberi bobot menggunakan metode Multi Dimensional Scaling MDS. Analisis dilakukan dengan software Rapfish. Pemberian skor atribut pada masing-masing dimensi disesuaikan dengan kondisi riil pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Teluk Weda.

5.8.1 Status keberlanjutan dimensi ekologi

Dimensi ekologi merupakan dimensi utama dalam menjaga keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan agar dapat dikelola secara berkelanjutannya untuk generasi yang akan datang. Tanpa adanya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, maka akan terjadi degradasi sumberdaya alam dan lingkungan di Teluk yang merupakan habitat bagi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Dimensi ekologi dibutuhkan untuk mewujudkan bagaimana pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil berdampak secara ekologis terhadap keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan serta ekosistem tersebut sehingga kegiatan pemanfaatannya dapat berlangsung secara berkelanjutan pula. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rapfish terhadap sembilan belas atribut dimensi ekologi diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar 61,68 dengan status cukup berkelanjutan. Hasil analisis yang diperoleh menggambarkan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan kawasan untuk kegiatan ekowisata dan minawisata akan berkelanjutan tanpa adanya tekanan degradasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Atribut-atribut yang mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi yang berdampak positif tetap harus dijaga dan ditingkatkan sedangkan atribut yang berdampak negatif harus ditekan. Atribut ekologi yang diperkirakan berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil : 1 Kesesuaian minawisata budidaya rumput laut, 2 daya dukung minawisata budidaya rumput laut, 3 daya dukung minawisata budidaya rumput laut kapasitas perairan, 4 daya dukung budidaya rumput laut kapasitas asimilasi, 5 kesesuaian minawisata keramba jaring apung, 6 daya dukung minawisata keramba jaring apung, 7 daya dukung minawisata keramba jaring apung kapasitas perairan, 8 kesesuaian ekowisata pancing, 9 daya dukung ekowisata pancing, 10 kesesuaian ekowisata selam, 11 daya dukung ekowisata selam, 12 kesesuaian ekowisata snorkeling, 13 daya dukung ekowisata snorkeling, 14 kesesuaian ekowisata pantai, 15 daya dukung ekowisata pantai, 16 kesesuaian ekowisata mangrove, 17 daya dukung ekowisata mangrove, 18 kesesuaian ekowisata lamun, dan 19 daya dukung ekowisata lamun. Adapun