Konsep Dana Talangan Model Pengembangan Agroindustri Gula Tebu Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Wilayah Di Jawa Timur

sektor tebu untuk digunakan sebagai input antara. 2. Hasil dari analisis uji beda rata- rata uji-t pada taraf nyata 5, ternyata tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan petani tebu lahan sawah dan lahan kering. 3. Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa ada 3 pola yang dapat membedakan usahatani tebu lahan sawah dan lahan kering, yaitu: Pola I, lebih dicirikan oleh keragaman dalam hal produktivitas tebu, produksi gula, penerimaan petani dan pendapatan petani; Pola II, lebih dicirikan oleh keragaman dalam hal rendemen dan biaya produksi dan tebang angkut; Pola III lebih dicirikan oleh keragaman dalam hal luas lahan yang meliputi 13,683 dari total keragamannya. 2. Dibyoseputro. 2012. Rancang Bangun Sistem Dinamis Pengambilan Keputusan Kompleks Pengembangan Agroindustri Gula Tebu Indonesia 1. Pemodelan sistem dinamis 2. Terdiri dari beberapa sub- model yaitu: 1 submodel perkebunan tebu, 2 sub- model pabrik gula, 3 sub- model permintaan konsumen dan distribusi, dan 4 sub-model kebijakan 1. Hasil simulasi menunjukan bahwa peningkatan produktifitas secara global dapat tercapai bila pemangku penentu kebijakan mengambil keputusan kebijakan Pengembangan Produk Alternatif, lalu diikuti keputusan Dukungan Kebijakan Moneter, dan terakhir kebijakan Penentuan Tarif Bea Masuk. 2. Rencana kegiatan ini merupakan peluang usaha yang besar karena dapat menumbuhkan peluang penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi yang tersebar di berbagai kawasan dan peluang pertumbuhan industri pendukung lain seperti industri pupuk serta sarana produksi lain seperti herbisida, pestisida dan industri transportasi. 3. Dengan mengikuti pola pemeringkatan kebijakan di atas, maka diharapkan pada tahun 2014 dapat dicapai swasembada gula dengan tingkat produksi gula nasional yang terdiri dari kontribusi pabrik gula Kristal putih dibawah naungan BUMN dan swasta serta pabrik gula rafinasi sebesar 5,700,000 ton. 3 Nugrahapsari. 2013. Model swasembada Gula Kristal Putih GKP Nasional dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1. Pemodelan sistem dinamik. 2. Tujuan penelitian untuk 1 mengkaji kemungkinan pencapaian swasembada GKP tanpa kebijakan RIGN, 2 mengkaji dampak kebijakan RIGN terhadap pencapaian swasembada GKP, dan 3 menyusun skenario dan kebijakan alternatif pencapaian swasembada GKP 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi aktual, swasembada GKP tidak akan terwujud hingga akhir periode simulasi 2. Analisis dampak kebijakan RIGN terhadap pencapaian swasembada GKP menunjukkan bahwa skenario peningkatan rendemen memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan skenario peningkatan luas areal dan skenario peningkatan produktivitas tebu 3. Skenario kebijakan alternatif dilakukan dengan menggabungkan antara kebijakan dari sisi penyediaan dan kebutuhan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa gabungan skenario peningkatan rendemen dan pengelolaan penduduk memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan skenario kebijakan alternatif lainnya. 4. Siagian. 1999. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Gula di Indonesia: Pendekatan Fungsi Biaya Multi-Input Multi Output 1. Pendekatan Fungsi Biaya Multi-Input Multi-Output 2. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan industri gula Indonesia dalam menghadapi era liberalisasi perdagangan serta upaya yang harus dilakukan agar dapat dipertahankan eksistensinya Hasil penelitian menggunakan model trans log cost function, dapat disimpulkan bahwa: 1 Elastisitas permintaan harga sendiri dan silang ketiga input: tebu, tenaga kerja dan bahan baku adalah inelastik merupakan input yang penting dan sukar disubstitusikan. 2 Ketiga input dalam industri gula saling berhubungan komplemen sehingga sukar untuk disubstitusikan. 3 Skala ekonomi industri gula Indonesia dalam kondisi increasing returns to scale , ini berarti biaya produksi gula nasional belum efisien. 4 Pabrik gula milik swasta memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pabrik gula milik BUMN. 5 Retno DL. 2010. 1. Menggunakan analisis kelayakan ekonomi. Limbah biomassa padat dari pertanian dan perkebunan merupakan bahan baku yang potensial untuk diolah menjadi salah satu bentuk bioenergi. Bagasse merupakan limbah padat dari pabrik gula 1. Metode yang digunakan yaitu kelayakan ekonomi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagasse tebu mampu menghasilkan bio gas 17,2 L 3. Semakin tinggi kandungan metana, maka semakin besar kandungan energi pada biogas. Secara ekologis pemanfaatan energi terbarukan seperti biogas, selain bisa menghemat BBM juga mengurangi efek rumah kaca, terutama emisi gas karbon dioksida CO2. 6 Janda, K. Kristaufek and Zilberman. 2012. Biofuels: policies and Impacts 1. CGE, 2. Untuk mengetahui dampak biofuel 1. Biofuels merupakan bagian penting pada sektor pertanian dan energy 2. Model dari penggunaan lahan pada ekonomi untuk bahan baku nabati dipengaruhi oleh konsentrasi kebijakan dan tekhnologi produksi dan dampak lingkungan pada produksi dan konsumsi. 3. Regulasiperaturan yang berkaitan dengan biofuel yakni mandate, taxes dan subsidi. Kesuksesan dan kegagalan dari biofuels ini tergantung pada tekhnologi, lingkungan, produksi, distribusi dan manajemen biaya jika dibandingkan dengan sistem dinamik lainnya. 4. Untuk masa yang akan datang perlu diperhatikan kuantitas untuk bahan makanan, biofuels dan bahan bakar fosil. 5. Bahan bakar nabati generasi 1 1G dari biofuel tidak ekonomis karena tidak adanya insentif kebijakan fiscal dan tingginya harga minyak 7. Patill G, Yarnal G and Puranik V. 2008. System Dynamics Modelling Approach for Energy management in a Sugar Industry Sistem Dinamik 1. Menghitung profit, ampas untuk bahan bakar, biaya, ekspor dan pembelian. 2. Membagi 3 sub model, yakni penggilingan tebu, kapasitas boiler, dan biaya. 3. SD Sistem dinamik merupakan rangkaian untuk menilai perilaku dari sistem secara terus menerus. Pendekatan SD mengambil pandangan sebab akibat pada dunia nyata, menggunakan data kuantitatif untuk mengetahui prilaku dinamis dari sebuah sistem sosio-tekhnis dan reaksi pada kebijakan. 4. Manjemen energy pada ampas menjadi co generation tidak hanya mengubah ampas menjadi bahan bakar untuk proses menjadi gula. Kebijakan: 1. Ketersediaan ampas secara keberlanjutan untuk penyediaan energi seperti untuk ekspor pada grid stasiun listrik 2. Adanya monitoring pada harga agar bisa bersaing. 8. Chan A, Hoffman R, Mc Innis B. 2004. The Role of Systems Modeling for Sustainable Developmrnt Policy Analisis: the case of bio ethanol ecology and society Sistem Dinamik 1. Bioethanol dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, tapi tekhnologinya belum bisa sesuai dengan target Kyoto. Bahan baku ethanol dari by- products Canada. 2. Diperlukan perubahan penting mengenai rencana transisi dari penggunaan fossil berdasar BBM pada alternative yang bisa diperbaruhi. 3. Dalam upaya penggunaan alternatif sistem dinamik biofuels yang dapat diperbaruhi, diperlukan perubahan dalam perilaku konsumen, dipengaruhi oleh insentif atau mandate dari regulasiaturan. Walaupun analisis menyimpulkan bahwa keberlanjutan penggunaaan bahan baku minyak BBM memungkinkan, tapi juga dibutuhkan transisi alternative seperti hidrogrn, sebagaimana tingkat produksi minyak pada skala global diperkirakan akan turun pada beberapa decade. 4. Kuantitas yang cukup dari biomassa sebagai upaya mengurangi emisi GHG di Canada tidak dapat diperoleh tanpa pengurangan dalam jumlah besar thd produksi tanaman pertanian untuk makanan. 5. Canada sebagai eksportir tanaman pertanian untuk