Perilaku Sub model Bahan Baku

Gambar 45 Keuntungan profit PG kondisi aktual tahun 2010-2025 Selama periode analisis terjadi peningkatan baik penerimaan, biaya produksi dan keuntungan PG dalam memproduksi gula. Pada tahun 2010 profit PG sebesar Rp. 1,140 milyar dan tahun 2025 meningkat menjadi 2,513 milyar. Peningkatannya mengikuti pola exponential growthselama periode simulasi. Walaupun terdapat peningkatan biaya dalam memproduksi gula, tapi peningkatan penerimaan dari gula lebih tinggi. Hal ini disebabkan produksi gula yang terus meningkat produksinya mengikuti pola exponential growth dan produktivitas tebu yang tinggi.

6.1.6 Perilaku sub model Perekonomian Wilayah

Perekonomian wilayah yang dianalisis adalah perekonomian wilayah di Jawa Timur yang merupakan proxy dari penambahan PDRB Jatim dan penerimaan dari nilai output yang didapat dari gula q dikalikan harga gula p. Nilai output yang diperoleh tersebut yang digunakan sebagai pembanding pada tahun-tahun yang akan datang. Diharapkan output dari tebu mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa perekonomian bekerja secara penuh, dimana distribusi pendapatan dapat merata dari output yang diproduksi dan penyerapan tenaga kerja terjadi. Perekonomian wilayah pada Gambar 46 menunjukkan pola exponential growth, hal ini disebabkan penerimaan yang berasal dari PG dari gula yang dihasilkan dan penerimaan dari petani juga mengalami peningkatan. Dimana penerimaan PG dari gula pada tahun 2010 sebesar Rp. 1,140 milyar dan pada tahun 2025 meningkat dua kali lipat menjadi Rp. 2,513 milyar. Jika dirunut lagi, penerimaan dari gula selama periode simulasi mengalami peningkatan karena ditunjang oleh peningkatan output yakni produksi GKP q selama periode simulasi. 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000 2,200 2,400 2,600 Mi ly ar Ru p iah Profit PG Aktual Gambar 46 Perekonomian wilayah Jatim kondisi aktual pada tahun 2010-2025 Pada tahun 2010 penerimaan dari gula pada perekonomian wilayah sebesar Rp.3,042 trilyun dan pada tahun 2025 perimaan dari gula pada perekonomian wilayah sebesar Rp.1,130 trilyun.

6.2 Model Pengembangan Agroindustri Gula Tebu pada kondisi Aktual

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa model pengembangan agroindustri gula tebu bertujuan untuk menganalisis : a jumlah produksi GKP, dimana Jatim sebagai bagian penghasil gula terbesar di Indonesia diharapkan memenuhi target pemenuhan produksi gula dari pemerintah pusat dalam rangka pencapaian program swasembada gula nasional, b produksi PDT sebagai langkah menuju zero waste dan sumber penerimaan bagi PG, petani dan perekonomian daerah, c keuntungan profit PG, jika profit PG bertambah maka diharapkan PG bisa mengembangkan usaha atau melakukan perbaikan pada mesin sehingga bisa meningkatkan gula yang diproduksi, d pendapatan profit petani, diharapkan petani juga mengalami peningkatan kesejahteraan sehingga petani semakin bersemangat dalam mengelola dan meningkatkan kualitas perkebunan tebu miliknya, e perekonomian wilayah, sumbangan peningkatan penerimaan dari gula tebu diharapkan dapat meningkatkan perekonomian wilayah. Adapun jumlah PG yang ada di Jatim berjumlah 31 PG. Sebanyak 30 PG adalah milih BUMN dan hanya 1 PG yakni PG Kebon Agung yang berada di Malang merupakan milik swasta. Selama ini kinerja industri gula BUMN masih belum optimal, baik ditinjau dari aspek produksi maupun biaya Kementrian BUMN, 2011. Sebagai gambaran, pada tahun 2009 dengan luas tebu sekitar 63,19, BUMN hanya memberikan kontribusi produksi gula 54,77. 300 400 500 600 700 800 900 1,000 1,100 1,200 T ri ly u n Ru p ia h Perekonomian Wilayah kondisi aktual Gambar 47 Produksi GKP dan PDT Jatim kondisi aktual tahun 2010-2025 Gambar 47 menunjukkan bahwa grafik produksi GKP dan PDT memiliki kecenderungan yang terus meningkat dengan pola exponential growth. Walaupun produksi GKP lebih kecil secara keseluruhan dibandingkan produksi PDT, hal tersebut bukan merupakan suatu masalah karena bukan dibandingkan antara produksi GKP dengan PDT tetapi untuk menunjukkan bahwa pola produksi GKP dan PDT menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Sesuai dengan penelitian Almazan 1990, bahwa GKP jumlahnya sekitar 8 dari tebu giling, sehingga GKP yang berasal dari tebu jumlahnya lebih sedikit dibanding PDT total yang berasal dari ampas, tetes dan blotong. Peningkatan produksi GKP Gambar 47 disumbang oleh peningkatan luas areal tebu di Jatim yang secara total terus mengalami peningkatan hingga tahun 2018. Selain itu produktivitas tebu yang cukup tinggi, dimana produktivitas tebu TS sebesar 90.63 tonha dan produktivitas TR sebesar 85.71 tonha. Begitupula dengan produk samping yang dihasilkan, memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Peningkatan produk samping disumbang juga oleh jumlah tebu yang dihasilkan. Dimana peningkatan jumlah tebu di Jatim ditopang oleh luas areal tebu dan produktivitas tebu yang tinggi. Dari 3 tiga produk samping, yakni tetes molasses, ampas bagases dan blotong filter cake dihasilkan dari sisa pengolahan tebu ketika menjadi gula dengan prosentase tertentu. Hasil kinerja sistem pada kondisi aktual pada produksi GKP menunjukkan bahwa pada tahun 2010 produksi gula sebesar 1,014 juta ton, dengan kebutuhan sebesar 0,47 juta ton, maka Jawa Timur dalam kondisi surplus gula sebesar 0,54 juta ton dan bisa memenuhi kebutuhan provinsi lain Disbun Jawa Timur, 2011. Tetapi dalam rangka pencapaian swasembada gula, pemerintah pusat memberikan target bagi Jawa Timur untuk meningkatkan produksi gula sebesar 1,65 juta ton. Sehingga target swasembada yang dicanangkan oleh pemerintah pusat jika dijalankan secara business as usual tidak akan tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pendukung terhadap pencapaian kebijakan swasembada GKP. 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 Ri b u T o n Produksi GKP Jatim Kondisi Aktual By Product Kondisi Aktual