Periode Industri Terkelola 1971-1988

investasi baik pada usaha tani, pabrik gula dan produk derivatnya, serta investasi pemerintah Deptan, 2005. Berbagai produk dapat dihasilkan dari kegiatan budidaya tebu dan selama pengolahan tebu di pabrik gula PG, mulai dari pucuk cane top, serasah trash, ampas bagasse, tetes molasse, blotong filter cake, abu ketel boiler ash dan gas buang flue gas. Selama ini sebagian kecil pucuk dan serasah dimanfaatkan untuk pakan ternak. Ampas dibakar kembali untuk menghasilkan energi untuk keperluan proses di PG. Beberapa PG yang mengalami kekurangan ampas juga menggunakan serasah trash untuk bahan bakar. Tetes menjadi bahan baku produk proses fermentasi, seperti alkohol, spiritus, mono sodium glutamat MSG, ragi roti dan protein sel tunggal PST. Blotong dan abu ketel dikembalikan ke lahan sebagai sumber bahan organik dan pupuk Toharisman dan Kurniawan, 2012. Produk pengolahan hasil ikutan tebu semakin bernilai ekonomi tinggidan bahkan bisa lebih tinggi dari pada produk utamanya gula Toharisman dan Kurniawan, 2012. Diversifikasi produk turunan ini tidak hanya terkait dengan diversifikasi risiko dan pendapatan, melainkan juga bisa menjadi sandaran kinerja perusahaan gula Toasa, 2009. Ke depan, kinerja keuangan PG akan lebih banyak ditopang oleh pengembangan pasar produk hilir tebu non gula. Pemanfaatan produk hilir non gula bisa berkontribusi 60 persen terhadap total pendapatan PG Subiyono, 2013. Selama ini tanaman tebu lebih difokuskan untuk diproses menjadi produk gula tebu dengan skala besar dibuat pabrik-pabrik gula sebagai tempat produksi gula tebu. Kemudian banyak manfaat untuk memenuhi kebutuhanbanyak hal dari mulai pakan ternak. Dengan memanfaatkan tanaman tebu untuk dio lah selain menjadi gula maka produktivitas perusahaan dalam pengolahan tebu akan meningkat, secara tidak langsunghal ini akan meningkatkan produktivitas perusahaansecara umum dan akan meningkatkan keuntunganperusahaan. Ditegaskan oleh penelitian Malian 2004 untuk meningkatkan daya saing industri gula nasional, setiap PG perlu melakukan diversifikasi produk gula dan produk turunannya. Begitu pula penelitian Cahyani 2008, menggunakan metode SWOT bahwa pemanfaatan hasil samping produk gula sebagai salah satu upaya daya saing dan strategi pengembangan agribisnis gula di Indonesia. Penelitian Siagian 1999 memaparkan bahwa biaya produksi gula nasional belum efisien, di mana biaya memproduksi gula dan tetes secara bersama-sama lebih murah daripada biaya memproduksi gula atau tetes saja, dengan demikian untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi gula nasional diperlukan peningkatan skala usaha dan diversifikasi produk dari pabrik gula yaitu gula dan tetes. Penelitian Dibyoseputro 2012 menggambarkan bahwa pelaku usaha agroindustri gula tebu mengharapkan pengembangan produk alternatif sebagai upaya meningkatkan kinerja agroindustri gula tebu di masa depan dan sebagai upaya meningkatkan daya saing baik di tingkat domestik maupun internasional. Sedangkan mengenai pengembangan kinerja agroindustri gula tebu dilaporkan bahwa kinerja agroindustri gula tebu dapat tercapai secara optimal apabila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan pengembangan produk alternatif sebagai kebijakan utama. Kajian Toharisman dan Kurniawan 2012 tebu merupakan sumber biomassa yang sangat besar yang tersebar ke dalam berbagai komponen tanaman. Pada saat tebu dipanen, sesungguhnya kurang dari 50 komponen tebu yang dibawa ke PG untuk digiling. Selebihnya merupakan bahan-bahan yang tertinggal di kebun. Pada saat tebu dicacah, digiling, dan diperah akan tersisa sepah yang disebut ampas. Ampas mengandung 45-50 air, 45-50 serat, dan 1-3 gula. Ampas dipakai kembali oleh PG sebagai bahan bakar ketel. Abu ampas yang tertinggal disebut abu ketel. Nira hasil perahan tebu yang telah dipisahkan dari ampas dimurnikan lebih lanjut. Pemisahan nira kotor dan nira jernih akan menghasilkan padatan hasil filtrasi yang disebut blotong. Nira jernih kemudian dikristalkan menjadi gula pasir, sedangkan sisa nira yang tidak berbentuk Kristal keluar sebagai tetes. Beberapa hasil ikutan lain koproduk dihasilkan dari proses pabrikasi, seperti gas karbondioksida yang dikeluarkan dari asap cerobong ketel, serta limbah cair yang selama ini digunakan sebagai sumber irigasi. Menjelaskan CO 2 selama ini jarang dilakukan PG-PG di Indonesia dan terbuang ke atmosfir. Di negara-negara maju, CO 2 diserap dengan menggunakan CO 2 scrubber dan dipakai sebagai dekolorisasi nira atau dry ice. Kajian Tedjowahjono 1989 menekankan bahwa jumlah limbah industri gula mencapai sekitar 50 dari total tebu giling. Tebu Nira Kotor Bagasse Ampas Nira Bersih Filter Cake Blotong Pemasakan Nira Kental Molases Tetes Gula Pasir Penggilingan Pemurnian Kristalisasi Pemas aka n Gambar 5 Alur proses tebu menjadi gula Sumber: Toharisman dan Kurniawan, 2012 Martini 2008 menjelaskan bahwa batang tanaman tebu merupakan sumber gula. Namun demikian rendeman kandungan gula yang dihasilkan hanya berkisar 10-15 persen. Sisa pengolahan batang tebu adalah: