Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan GKP dan PDT

-Pola Referinsi Dalam langkah ini diidentifikasi pola historis atau pola hipotesis yang menggambarkan perilaku persoalan problem behavior. Pola historis atau pola hipotesis ini merupakan pola referensi yang diwakili oleh pola perilaku suatu kumpulan variable-variabel yang mencakup beberapa aspek yang berhubungan dengan perilaku persoalan. Pola-pola tersebut diintegrasikan ke dalam suatu susunan fabrikasi sedemikian rupa sehingga dapat merepresentasikan tendensi- tendensi internal yang ada di dalam system. Penggambaran pola referensi tersebut sebagai tendensi internal system adalah sangat penting, karena tendensi itu ditimbulkan oleh suatu kumpulan struktur umpan balik yang terbentuk di dalam system dan mempunyai implikasi-implikasi terpenting untuk analisis kebijaksanaan. -Hipotesis Dinamik Setelah pola referensi dapat didefinisikan, suatu hipotesis awal tentang interaksi- interaksi perilaku yang mendasari pola referensi perlu diajukan. Pada langkah ini, hipotesis dinamik yang diajukan mungkin belum tepat sekali. Beberapa iterasi dari formulasi, perbandingan dengan bukti-bukti empiris, dan reformulasi akan ditempuh untuk sampai kepada suatu hipotesis logis dan shahih secara empiris. -Batas Model Dalam langkah ini batas model akan didefinisikan terlebih dahulu dengan jelas sebelum suatu model dibentuk. Batas model ini memisahkan proses-proses yang menyebabkan adanya tendensi internal yang diungkapkan dalam pola referensi dari proses-proses yang merepresentasikan pengaruh-pengaruh eksogenus. Batas model ini akan menggambarkan cakupan analisis dan akan berdasarkan kepada isu-isu yang ditujukan oleh analisis tersebut dan akan meliputi semua interaksi sebab-akibat yang berhubungan dengan isu itu. 2. Membentuk suatu model computer -Struktur Umpan Balik Model Setelah batas model dapat didefinisikan, suatu struktur lingkar-lingkar umpan balik feedback loops yang berinteraksi akan dibentuk. Struktur umpan balik ini merupakan blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkar-lingkar tertutup. Lingkar umpan balik tersebut menyatakan hubungan sebab akibat variable-variabel yang melingkar, bukan menyatakan hubungan karena adanya korelasi statistik. -Level dan Rate Level menyatakan kondisi system pada setiap saat. Level merupakan hasil akumulasi di dalam sistem, sedangkan rate menyatakan aktivitas sistem. Persamaan suatu variable rate merupakan suatu struktur kebijaksanaan yang menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada informasi yang tersedia di dalam system. Rate inilah satu-satunya variable dalam model yang dapat mempengaruhi level. 3. Pengujian model dan analisis kebijakan Tahap ini dilakukan terhadap model untuk menegakkan keyakinan terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pemahaman terhadap tendensi-tendensi internal sistem. Hal ini diperlukan untuk membandingkannya dengan pola referensi dan secara terus menerus memodifikasi dan memperbaiki struktur model. Sensitivitas model terhadap perubahan nilai parameter-parameter perlu dilakukan pula dalam langkah ini. Bila suatu korespondensi antara model mental sistem, model eksplisitnya, dan pengetahuan empirik tentang sistem telah diperoleh; model yang dibuat dapat diterima sebagai suatu representasi persoalan yang sahih dan dapat digunakan untuk analisis kebijaksanaan. Sejalan dengan pernyataan Sterman 2000, langkah-langkah dalam proses pemodelan; 1 mendefinisikan masalah 2 merumuskan hipotesis dinamis 3perumusan model simulasi 4 pengujian 5 desain kebijakan dan melakukan evaluasi. Menurut Coyle 1996 ada 5 lima pendekatan dalam menganalisis sistem dinamik, yaitu 1 mengenali masalah dan mengetahui mengapa orang yang peduli tentang hal itu, 2 membuat causal loop diagram 3 analisa mengacu pada ide-ide cemerlang dan pet teory pandangan orang yang berpengalaman dalam sistem 4 tahapan jika analisis kualitatif tidak menghasilkan wawasan yang cukup untuk memecahkan masalah, maka proses bekerja hasil pada stadium 4, kontraksi pada simulasi model 5 analisis berdasarkan analisis kuantitatif. Sterman 2000 menyebutkan bahwa pola umum perilaku dasar dinamika system adalah exponential growth, goal seeking dan oscillation. Masing-masing bentuk tersebut berasal dari struktur umpan balik yang sederhana, di mana growth diperoleh dari umpan balik yang positif, goal seeking dari umpan balik negatif, dan oscillation dari umpan balik negatif dengan delay waktu. Bentuk umum tersebut seperti pada Gambar 9. Gambar 9 Pola umum perilaku dinamika sistem Sumber: Sterman 2000 Sterman 2000 menyebutkan bahwa alam dan manusia memiliki tingkat kompleksitas dinamis. Dinamika muncul dari interaksi antara agen dari waktu ke waktu.Sistem yang kompleks berada dalam ketidakseimbangan dan berkembang. Banyak tindakan yang dilakukan menghasilkan konsekuensi yang tidak dapat diubah. Keberadaan masa lalu tidak bisa dibandingkan dengan baik untuk keadaan sekarang. Dinamika system adalah metode untuk mendapatkan informasi yang berguna dalam kompleksitas dinamis dan kebijakan yang resisten. Kompleksitas dinamis timbul karena sistem adalah: 1. Dynamics: perubahan seringkali terjadi dalam skala waktu dan perbedaan skala seringkali berinteraksi. 2. Tightly coupled: pelaku-pelaku dalam sistem berinteraksi dengan kuat satu sama lain begitu juga dengan lingkungannya. 3. Governed by feed back: adanya interaksi yang kuat antar pelaku-pelakudalam sistem, tindakan yang dilakukan memberikan umpan balik kepada mereka sendiri. 4. Non linear: dampak jarang sebanding dengan penyebabnya, dan apa yang terjadi secara lokal pada sistem dekat titik operasi saat ini sering tidak berlaku di daerah yang jauh negara-negara lain dari sistem. 5. History-dependent:hanya mengambil satu jalan sering menghalangi orang lain dalam mengambil dan menentukan di mana anda berakhir analisis jalur. 6. Self-organizing:dinamika sistem muncul secara spontan dari struktur internalnya. Seringkali, kecil, gangguan acak diperkuat dan dibentuk oleh struktur umpan balik, menghasilkan pola dalam ruang dan waktu dan menciptakan analisis jalur. 7. Adaptive: kemampuan dan aturan-aturan keputusan dalam system yang kompleks berubah dari waktu-ke waktu. 8. Counterintuitive: pada sistem yang kompleks, sebab dan akibat jauh dalam ruang dan waktu, namun kita cenderung berusaha menjelaskannya dengan mencari penyebab yang mungkin. 9. Policy resistant: dalam system yang kompleks kita memiliki kemampuan untuk memahaminya, banyak solusi yang tampaknya jelas untuk memecahkan masalah gagal atau justru memperburuk situasi. 10. Characterized by trade-offs: waktu delay dalam jalur umpan balik berarti respon jangka panjang dari sistem untuk intervensi sering berbeda dari respon jangka pendeknya. Kebijakan leverage yang tinggi sering menyebabkan hal buruk-sebelum-menjadi lebih baik, sementara kebijakan leverage yang rendah sering menimbulkan perbaikan sementara sebelum masalah menjadi semakin buruk.

2.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan agroindustri gula tebu dengan menggunakan sistem dinamik dirangkum dalam Tabel 12. Tabel 12 Penelitian terdahulu terkait dengan pengembangan agroindustri gula tebu dengan menggunakan sistem dinamik No PenelitianTopik Metode Hasil penelitian 1. Sundari. 2000. Analisis Dampak Agroindustri Tebu Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Dan Pengembangan Perekonomian Wilayah di Jawa Timur 1. Analisis I-O, 2. Beda rata-rata uji t, 3. Analisis diskriminan 1. Analisis keterkaitan ke depan dari sektor tebu adalah relatif tinggi, yang berarti keterkaitan sektor tersebut dengan industri hilir yakni sektor-sektor yang menggunakan output sektor tebu sebagai input antara cukup tinggi. Sektor industri gula mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi. Ini berarti bahwa sektor industri gula mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sektor lain terutama