PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK

Gambar 39 Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB Jatim Sumber: BPS, 2014

5.4 Tenaga Kerja dan Pendapatan dari Sektor Tebu

5.4.1 Tenaga Kerja pada PG dengan Kapasitas Giling 5.563 TCD

Kategori 2 PG “X” merupakan salah satu PG yang berada di bawah naungan PTPN XI. PG “X” termasuk PG dengan kapasitas giling sedang masuk dalam kategori 2, yakni 5.563 TCD. Semakin besar kapasitas giling dari suatu PG, maka jumlah karyawan yang dibutuhkan juga semakin banyak. Pada Tabel 28 pada tahun 2012, total jumlah karyawan yang bekerja di PG “X” sebanyak 1.866 orang, sedangkan pada tahun 2013 total jumlah karyawan sebanyak 1.751 orang. Perbandingan jumlah tenaga kerja antara tahun 2013 dengan 2012 adalah 93,84. Penurunan jumlah karyawan di PG “X” disebabkan penurunan dalam produksi gula akibat rendemen yang turun. Rendemen pada tahun 2012 sebesar 8,03 dan rendemen pada tahun 2013 sebesar 6,98. Tenaga Tebang orang tahun 2012 dan tahun 2013 sebanyak 3000 TK Keterangan: 1. Karyawan tetap: a. Full DMG LMG Dalam Musim Giling 1 Tahun Penuh b. Full LMG Luar Musim GilingKaryawan Kampanye 2. Karyawan Tidak tetap a. PKWT Perjanjian Kontrak Waktu tertentu b. Tenaga Borongan Terkait dengan jumlah Tenaga c. Tenaga Out Sourching yaitu Tidak terkait dengan produk terkait Misalnya; Cleaning Service dan petugas Pencatat Truck d. Karyawan borongan Stapelan yaitu karyawan kuli panggul 2 2.5 3 3.5 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 P er se n Kontribusi Sub Sektor Perkebunan terhadap PDRB ADHB Jatim Tabel 28 Jumlah Tenaga Kerja di PG kelas 2 di Kabupaten Jember, Jawa Timur No Uraian Tahun 2013 2012 3:4 1 2 3 4 5 1 Karyawan tetap: a. Golongan IIIA-IVD b. Golongan IA-IID 40 437 37 460 108.11 95.00 2 Karyawan Kampanye L 254 290 87.59 Karyawan Musiman ex Kampanye 3 Karyawan PKWT 12 Bln 4 Karyawan PKWT. LMGDMG 31 32 5 Karyawan PKWT LMG 6 Karyawan PKWT DMG 611 658 92.86 7 Karyawan Honorer LMGDMG 2 2 100.00 8 Karyawan Honorer LMG 9 Karyawan Honorer DMG 10 Karyawan Borongan L 296 307 96.42 11 Karyawan Borongan Stapelan L 80 80 100.00 TOTAL 1.751 1.866 93,84 Sumber: PG “X”, 2014

5.4.2 Tenaga Kerja di PG dengan Kapasitas Giling 2.944 TCD Kategori 2

Total jumlah tenaga kerja pada PG “X” tahun 2010 berjumlah 442 orang Tabel 29, tahun 2011 berjumlah 400 orang, tahun 2012 berjumlah 376 orang dan pada tahun 2013 berjumlah 1.540 orang. Tenaga kerja yang terdapat pada PG “Y” juga seperti tenaga kerja yang terdapat pada PG “X”. Terdiri dari karyawan tetap dan musiman. Tabel 29 Jumlah Tenaga Kerja PG “Y” di Kabupaten Bondowoso, Jawa timur Tahun 2013 dengan Kapasitas Giling 2.944 TCD masuk kelas 3 No Tahun Tenaga Kerja 2010 2011 2012 2013 1. Tetap KampanyeWaktu Giling 285 265 236 235 2. Musiman 157 135 140 105 3. Tebang - - - 1200 Total 442 400 376 1.540 Sumber: PG “Y” 2013 Jika dirata-rata seluruh PG di Jawa Timur memiliki kurang lebih 3000 TK pada tiap PG, maka jumlah tenaga kerja TMA untuk seluruh PG di Jawa Timur 32 PG adalah 96.000 TK yang terserap dalam satu musim giling. Berdasarkan data tenaga kerja yang terserap di sektor perkebunan pada tahun 2012 sebesar 4.394.068 TK Disbun Jatim, 2014. Tenaga kerja yang terserap di sektor perkebunan tebu jika dibandingkan dengan penyerapan TK di sektor perkebunan pada tahun 2012 sebesar 4.394.068, maka menyumbang sekitar 2,18.

5.4.3 Upah tenaga kerja Tebang Muat Angkut TMA

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suharto, yakni pemilik lahan tebu di wilayah PG Pradjekan, Bondowoso pada tahun 2014. Maka terdapat beberapa perhitungan dalam menentukan jumlah upah dari tiap-tiap tenaga TMA dan jumlah truk yang dibutuhkan. Point-point khusus dalam pengupahan: 1. Model TMA yang ada adalah borongan. Di mana harus MBS 2. Satu ku upahnya berkisar Rp.3.900,- sampai Rp.5.000,- jadi 1 ton upahnya Rp.39.000,-Rp.50.000,- 3. Satu ha ada  1000 ha, jadi upahnya Rp.3.900.000,- sampai Rp.5.000.000,- 4. TMA untuk 1 ha menghasilkan 20 ku, sehingga borongannya 8 juta. Sistem TMA biasanya borongan. Tergantung jarak atau rayon tanaman tebu ke PG. 5. Waktu yang dihabiskan untuk menebang 1 ha  1 minggu 6. Upah TK saat ini Rp.5800kuha tahun 2014. 7. Satu ha membutuhkan 2 truk untuk mengangkut tebu ke PG dalam 1 hari. 8. Kerja mulai jam 6 pagi sampai jam 4 sore. Jika tempatnya jauh, kerja mulai subuh sampai sore dan kemudian mempersiapkan untuk hari besoknya. Tebu yang Manis Bersih Segar MBS. Tidak kotor dan bebas dari daun kering.

5.4.4 Perhitungan pembayaran upah:

Perhitungan dalam pembayaran upah tenaga TMA di perkebunan tebu di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur dalam 1 ha perkebunan tebu adalah: a. Satu ha hitungannya menghasilkan  1000 kuha tebu atau sama dengan 100 ton tebu b. Satu truk mampu mengangkut 70 ku atau sama dengan7 ton per hari c. Dalam 1 ha membutuhkan 14 truk 1000 ku70 ku=14.28 truk d. 1 truk  6 orang TK e. Jika diborongkan selesai dalam 2 minggu, maka 1 hari menggunakan 2 truk. Dua truk 7 hari = 14 truk f. 70 ku upah TK Rp.5 ribuku=Rp. 350 ribu g. Upah TK per hari yaitu Rp.350 ribu6 TK= 58.000TKhari Sumber: Pak Suharto, 12 januari2015. Ket: mengenai TMA pada musim giling 2014 Jika seorang TK TMA bekerja di 1 tempat dengan luaasa 1 ha, maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya selama 2 minggu. Total upah yang diterima selama 2 minggu adalah Rp.812.000,- Rp.58.00014 hari. Jika dirata-rata tiap pekerja bekerja sedikitnya pada 2 tempat dengan luasan 1 ha maka total upah yang diterima sebesar Rp.1.624.000,-. Pendapatan petani perkebunan per kapita tahun 2012 sebesar Rp.2.110.000,- Jadi kontribusi upah TK sektor perkebunan tebu terhadap pendapatan perkebunan per kapita adalah 76,96. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Model dan Dinamika Pengembangan Agroindustri Gula Tebu

Pengembangan model agroindustri gula tebu di Jawa Timur bertujuan untuk mengetahui prilaku produksi GKP dalam memenuhi target penyediaan gula secara nasional, produksi PDT, profit petani, profit PG, PAD dan kaitannya dengan perekonomian wilayah. Untuk menjelaskan perilaku model, disusun pula sub model-sub model yang terdiri dari 5 lima sub model. Model yang telah dibuat juga perlu dilakukan validasi. Validasi terhadap model penting dilakukan untuk menguji apakah model yang telah disusun merupakan perwakilan dari realitas yang ada. Berikut ini adalah validasi model dan perilaku model yang menyusun model pengembangan agroindustri gula tebu.

6.1.1 Validasi Model

Uji terhadap validasi model meliputi uji validitas struktur dan uji validitas kinerja atau output. Uji terhadap kestabilan struktur dilakukan langsung oleh perangkat lunak untuk menguji konsistensi dimensi. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, tidak terdapat inkonsistensi dalam penggunaan dimensi. Sedangkan uji pada validitas kinerja model dengan menggunakan RMSPE, AME dan AVE dengan batas maksimum 5. Tabel 30 Hasil uji validasi kinerja model pengembangan agroindustri gula tebu di Jawa Timur Kriteria Variabel Produksi GKP Tetes Luas Areal Perekonomian Wilayah RSMPE Root Mean Square Percentage Error 3,86 2,96 2,57 1,70 AME Absolute Mean Error 0,77 0,88 1,70 0,65 AVE Absolute Variance Error 1,56 1,79 3,52 3,29 Berdasarkan hasil pengolahan data validitas kinerja model pada Tabel 30 dengan menggunakan RMSPE, AME dan AVE, masing-masing variabel menunjukkan angka tidak lebih dari batas maksimum yaitu 5. Variabel yang diuji adalah Produksi GKP, Tetes, Luas Areal dan Perekonomian Wilayah PDRB Jawa Timur selama tahun 2010-2013. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai RMSPE, AME dan AVE untuk produksi GKP masing-masing sebesar 3,86, 0,77, dan 1,56. Tetes masing-masing 2,96, 0,88 dan 1,76. Luas Areal masing-masing 2,57, 1,70 dan 3,52 dan Perekonomian Wilayah 1,70, 0,65 dan 3,29.

6.1.2 Perilaku Sub model Bahan Baku

Ketersediaan tebu sebagai bahan baku utama, sangat diperlukan dalam sub model bahan baku Tabel 39. Bahan baku yang cukup sangat menentukan dalam produksi GKP dan PDT pada nantinya. Adapun produksi tebu dipengaruhi oleh luas areal dan produktivitas tebu. Berdasarkan pengusahaannya, luas areal dan produktivitas tebu dibagi 2 dua yakni tebu rakyat TR dan tebu sendiri TS. TR adalah tebu yang diusahakan oleh rakyat dalam penanaman dan pengelolaannya, sedangkan TS adalah tebu yang penanaman dan pengelolaannya diusahakan oleh PG. Lahan TR menyumbang 81,37 sedangkan TS 9,78 terhadap lahan tebu di Jatim. Baik TR dan TS juga menggilingkan tebunya ke PG ketika musim gilingpanen tiba. Gambar 39 Luas Areal perkebunan tebu kondisi aktual tahun 2010-2025 Gambar 39 menunjukkan pertumbuhan luas areal tebu total dengan pola exponential growth, dimana luas areal tebu total menunjukkan peningkatan sampai tahun 2018 dan menunjukkan pola yang menurun pada tahun berikutnya tahun 2019 dan stabil pertumbuhan luas areal tebu sampai tahun 2025 pada luas areal total dan luas areal TR. Sedangkan pertumbuhan luas areal TS tidak menunjukkan peningkatan yang tajam, karena luas lahan tebu di Jatim didominasi oleh TR dalam pengusahaannya. Peningkatan luas areal tebu disumbang oleh lahan TR dengan pertumbuhan 4,22 per tahun. Sedangkan TS mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun lebih rendah dari TR sebesar 0,42. Adanya target pertumbuhan pada luas areal TR sebesar 230.000 ha dan TS sebesar 158.200 ha. Kedua target tersebut menjadi goal lahan dalam sub model bahan baku. Pembatasan lahan dilakukan karena, pertumbuhan lahan tebu tidak dapat terus menerus terjadi. Adanya kendala persaingan dengan penyediaan lahan bagi tanaman lain, dan pertumbuhan penduduk yang membutuhkan tempat tinggal. Goal lahan tersebut akan menyebabkan pertumbuhan lahan akan tetap pada periode tertentu. Pada Gambar 39 pada tahun 2019 lahan TR pertumbuhannya tetap sampai tahun 2025. Sedangkan pada lahan TS masih terus mengalami pertumbuhan dengan angka yang sangat kecil 0,42 per tahun. Hal ini dikarenakan lahan TR sudah mencapai goal yang ditetapkan, sedangkan lahan TS pertumbuhannya masih belum mencapai goal yang ditetapkan. Pada tahun 2025 total luas lahan di Jatim sebesar 252.511ha. 20,000 70,000 120,000 170,000 220,000 270,000 320,000 Ha Luas Areal TR Luas Areal TS Luas Areal Total Pola peningkatan luas areal TS menunjukkan pola exponential growth karena sampai tahun 2025 masih mengalami peningkatan sebesar 252.511 ha, sedangkan luas areal TR peningkatannya menunjukkan pola exponential growth, karena dari tahun 2019 sampai tahun 2025 tidak mengalami peningkatan lagi atau tetap. Peningkatan luas areal tebu di Jawa Timur tidak dapat dilepaskan dari peran serta lembaga serta pihak-pihak yang terkait. Baik pemerintah daerah, pemerintah pusat dan petani tebu. Kondisi yang mendukung peningkatan luas areal tersebut: 1. Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Kementrian Kehutanan melakukan pelepasan ex HPK Hutan Produksi yang dapat di Konversi, melalui tahap permohonan, persetujuan dan SK Pelepasan Menhut. 2. Mengadakan APL Alih Fungsi Lahan. APL untuk wilayah Jawa Timur berada di Banyuwangi 12.000ha dan Pulau Madura 70.000 ha. 3. Menjaga agar kondisi gula kondusif, sebagai contoh peningkatan areal tebu selama 5 tahun berturut-turut tahun 2009-tahun 2013 merupakan hasil dari kebijakan pemangku kepentingan yang mendukung pertumbuhan industri GKP, seperti Gubernur Jatim yang menolak impor raw sugar dan menolak menutup sejumlah pabrik Disbun jatim, 2014. Hal ini memotivasi petani tebu TR mengusahakan  90 tanaman tebu Jatim. 4. Menjaga agar harga gula petani diatas HPP. Fakta historis: Produktivitas dan produksi gula serta perkembangan area tebu sangat dipengaruhi oleh harga relatif gula keuntungan petani tebu Tohariswan, 2013. Jika petani tebu merasa apa yang diusahakannya mendatangkan hasil, maka pada masa yang akan datang, petani tebu akan mengusahakan tanaman tebu Disbun Jatim, 2014. Gambar 40 Produksi Tebu Jatim kondisi aktual tahun 2010-2025 Pada gambar 40 menunjukkan produksi tebu di Jatim. Total produksi tebu pada tahun 2010 sebesar 16,62 juta ton dengan produksi TR sebesar 14,71 juta ton dan produksi TS sebesar 1,91 juta ton. Pola pertumbuhan produksi tebu menunjukkan pola exponential growth, yaitu meningkat sampai tahun 2018 sampai 2025. Pada tahun 2025 produksi tebu diperkirakan mencapai 24,99 juta ton, dimana sebesar 22,81 juta ton diproduksi oleh TR dan 2,17 juta diproduksi oleh TS. Luas areal tebu secara total tahun 2025 masih mengalami kenaikan. 1,000 6,000 11,000 16,000 21,000 26,000 31,000 Ri b u T o n Produksi TR Produksi TS Produksi Tebu Jatim