3. Governed by feed back: adanya interaksi yang kuat antar pelaku-pelakudalam sistem, tindakan yang dilakukan memberikan umpan balik kepada mereka
sendiri. 4. Non linear: dampak jarang sebanding dengan penyebabnya, dan apa yang
terjadi secara lokal pada sistem dekat titik operasi saat ini sering tidak berlaku di daerah yang jauh negara-negara lain dari sistem.
5. History-dependent:hanya mengambil satu jalan sering menghalangi orang lain dalam mengambil dan menentukan di mana anda berakhir analisis jalur.
6. Self-organizing:dinamika sistem muncul secara spontan dari struktur internalnya. Seringkali, kecil, gangguan acak diperkuat dan dibentuk oleh
struktur umpan balik, menghasilkan pola dalam ruang dan waktu dan menciptakan analisis jalur.
7. Adaptive: kemampuan dan aturan-aturan keputusan dalam system yang kompleks berubah dari waktu-ke waktu.
8. Counterintuitive: pada sistem yang kompleks, sebab dan akibat jauh dalam ruang dan waktu, namun kita cenderung berusaha menjelaskannya dengan
mencari penyebab yang mungkin. 9. Policy resistant: dalam system yang kompleks kita memiliki kemampuan
untuk memahaminya, banyak solusi yang tampaknya jelas untuk memecahkan masalah gagal atau justru memperburuk situasi.
10. Characterized by trade-offs: waktu delay dalam jalur umpan balik berarti respon jangka panjang dari sistem untuk intervensi sering berbeda dari respon
jangka pendeknya. Kebijakan leverage yang tinggi sering menyebabkan hal buruk-sebelum-menjadi lebih baik, sementara kebijakan leverage yang rendah
sering menimbulkan perbaikan sementara sebelum masalah menjadi semakin buruk.
2.12 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan agroindustri gula tebu dengan menggunakan sistem dinamik dirangkum dalam Tabel 12.
Tabel 12 Penelitian terdahulu terkait dengan pengembangan agroindustri gula tebu dengan menggunakan sistem dinamik
No PenelitianTopik Metode
Hasil penelitian 1.
Sundari. 2000.
Analisis Dampak
Agroindustri Tebu
Terhadap Peningkatan Pendapatan
Petani Dan
Pengembangan Perekonomian
Wilayah di
Jawa Timur
1. Analisis I-O, 2. Beda rata-rata
uji t, 3. Analisis
diskriminan 1. Analisis keterkaitan ke depan dari
sektor tebu adalah relatif tinggi, yang berarti keterkaitan sektor
tersebut dengan industri hilir yakni
sektor-sektor yang
menggunakan output sektor tebu sebagai input antara cukup tinggi.
Sektor industri gula mempunyai keterkaitan ke belakang yang
tinggi. Ini berarti bahwa sektor industri
gula mempunyai
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sektor lain terutama
sektor tebu untuk digunakan sebagai input antara.
2. Hasil dari analisis uji beda rata- rata uji-t pada taraf nyata 5,
ternyata tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara
pendapatan petani tebu lahan sawah dan lahan kering.
3. Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa ada 3 pola
yang dapat
membedakan usahatani tebu lahan sawah dan
lahan kering, yaitu: Pola I, lebih dicirikan oleh keragaman dalam
hal produktivitas tebu, produksi gula, penerimaan petani dan
pendapatan petani; Pola II, lebih dicirikan oleh keragaman
dalam hal rendemen dan biaya produksi dan tebang angkut;
Pola III lebih dicirikan oleh keragaman dalam hal luas lahan
yang meliputi 13,683 dari total keragamannya.
2. Dibyoseputro. 2012.
Rancang Bangun
Sistem Dinamis
Pengambilan Keputusan Kompleks
Pengembangan Agroindustri
Gula Tebu Indonesia
1. Pemodelan sistem
dinamis 2. Terdiri
dari beberapa sub-
model yaitu: 1 submodel
perkebunan tebu, 2 sub-
model pabrik gula, 3 sub-
model permintaan
konsumen dan distribusi, dan
4 sub-model kebijakan
1. Hasil simulasi menunjukan bahwa
peningkatan produktifitas secara global
dapat tercapai
bila pemangku
penentu kebijakan
mengambil keputusan
kebijakan Pengembangan
Produk Alternatif,
lalu diikuti
keputusan Dukungan
Kebijakan Moneter, dan terakhir
kebijakan Penentuan
Tarif Bea
Masuk. 2. Rencana
kegiatan ini
merupakan peluang usaha yang besar karena dapat
menumbuhkan peluang
penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi yang
tersebar di
berbagai kawasan
dan peluang
pertumbuhan industri