Periode Industri Terpimpin 1959-1965

investasi baik pada usaha tani, pabrik gula dan produk derivatnya, serta investasi pemerintah Deptan, 2005. Berbagai produk dapat dihasilkan dari kegiatan budidaya tebu dan selama pengolahan tebu di pabrik gula PG, mulai dari pucuk cane top, serasah trash, ampas bagasse, tetes molasse, blotong filter cake, abu ketel boiler ash dan gas buang flue gas. Selama ini sebagian kecil pucuk dan serasah dimanfaatkan untuk pakan ternak. Ampas dibakar kembali untuk menghasilkan energi untuk keperluan proses di PG. Beberapa PG yang mengalami kekurangan ampas juga menggunakan serasah trash untuk bahan bakar. Tetes menjadi bahan baku produk proses fermentasi, seperti alkohol, spiritus, mono sodium glutamat MSG, ragi roti dan protein sel tunggal PST. Blotong dan abu ketel dikembalikan ke lahan sebagai sumber bahan organik dan pupuk Toharisman dan Kurniawan, 2012. Produk pengolahan hasil ikutan tebu semakin bernilai ekonomi tinggidan bahkan bisa lebih tinggi dari pada produk utamanya gula Toharisman dan Kurniawan, 2012. Diversifikasi produk turunan ini tidak hanya terkait dengan diversifikasi risiko dan pendapatan, melainkan juga bisa menjadi sandaran kinerja perusahaan gula Toasa, 2009. Ke depan, kinerja keuangan PG akan lebih banyak ditopang oleh pengembangan pasar produk hilir tebu non gula. Pemanfaatan produk hilir non gula bisa berkontribusi 60 persen terhadap total pendapatan PG Subiyono, 2013. Selama ini tanaman tebu lebih difokuskan untuk diproses menjadi produk gula tebu dengan skala besar dibuat pabrik-pabrik gula sebagai tempat produksi gula tebu. Kemudian banyak manfaat untuk memenuhi kebutuhanbanyak hal dari mulai pakan ternak. Dengan memanfaatkan tanaman tebu untuk dio lah selain menjadi gula maka produktivitas perusahaan dalam pengolahan tebu akan meningkat, secara tidak langsunghal ini akan meningkatkan produktivitas perusahaansecara umum dan akan meningkatkan keuntunganperusahaan. Ditegaskan oleh penelitian Malian 2004 untuk meningkatkan daya saing industri gula nasional, setiap PG perlu melakukan diversifikasi produk gula dan produk turunannya. Begitu pula penelitian Cahyani 2008, menggunakan metode SWOT bahwa pemanfaatan hasil samping produk gula sebagai salah satu upaya daya saing dan strategi pengembangan agribisnis gula di Indonesia. Penelitian Siagian 1999 memaparkan bahwa biaya produksi gula nasional belum efisien, di mana biaya memproduksi gula dan tetes secara bersama-sama lebih murah daripada biaya memproduksi gula atau tetes saja, dengan demikian untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi gula nasional diperlukan peningkatan skala usaha dan diversifikasi produk dari pabrik gula yaitu gula dan tetes. Penelitian Dibyoseputro 2012 menggambarkan bahwa pelaku usaha agroindustri gula tebu mengharapkan pengembangan produk alternatif sebagai upaya meningkatkan kinerja agroindustri gula tebu di masa depan dan sebagai upaya meningkatkan daya saing baik di tingkat domestik maupun internasional. Sedangkan mengenai pengembangan kinerja agroindustri gula tebu dilaporkan bahwa kinerja agroindustri gula tebu dapat tercapai secara optimal apabila pemangku penentu kebijakan memutuskan kebijakan pengembangan produk alternatif sebagai kebijakan utama. Kajian Toharisman dan Kurniawan 2012 tebu merupakan sumber biomassa yang sangat besar yang tersebar ke dalam berbagai komponen tanaman.