5.2 Perkembangan Keragaan Produk Derivasi Tebu PDT di Jawa Timur
Berdasarkan pohon industri tebu yang di keluarkan oleh Departemen Pertanian 2005, menyatakan bahwa setiap bagian tebu sebelum maupun setelah
proses giling di dalam PG bisa menghasilkan beberapa produk turunan. Produk turunan tersebut miasalnya: Pucuk tebu bisa diolah menjadi pakan ternakwafer
pucuk tebu. Produk ampas bisa diolah menjadi kertas, papan partikel, papan serat, kampas rem dan bio ethanol. Produk tetes bisa diolah menjadi alkohol, MSG,
bioethanol, asam asetat, ethyl asetat, asam glutamate, dan l-lysine. 5.2.1
Tetes
Data DGI 2014 menunjukkan bahwa jumlah tetes tebu yang dihasilkan dari tebu yang digiling di Jawa Timur pada tahun 2013 sebesar 752.115 liter
atau mengalami peningkatan sebesar 2 persen pertahun dibandingkan tahun 2005 Gambar 28. Hal ini sejalan dengan produksi tebu Jawa Timur yang mengalami
peningkatan selama kurun waktu 4 tahun terakhir.
Tetes yang dihasilkan PG di Jatim, sebagian besar dijual kepada pihak kedua untuk diolah menjadi MSG dan etanol, ada sebagian PG yang mengolah
sendiri tetes yang dihasilkan menjadi alkohol PG Jatiroto-Lumajang-sebelum akhirnya tutup, dan diolah menjadi bioethanol PG Gempolkrep-Mojokerto.
Gambar 28 Jumlah tetes dari tebu yang dihasilkan di Jawa Timur tahun 2005-2013
Sumber: Dewan Gula Indonesia, 2014
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 Tetes 693,0
668,7 824,0
711,0 652,9
741,5 715,1
823,4 752,1
600,000 650,000
700,000 750,000
800,000 850,000
Ju m
la h
t et
es T
o n
Gambar 29 Harga rata-rata penjualan tetes di PT. Karisma Pemasaran Bersama PT. KPBN
Sumber: PT. KPBN, 2014
Harga rata-rata penjualan tetes di PTPN XI lebih tinggi dibandingkan dengan harga penjualan tetes di PTPN X Gambar 29. Selama kurun waktu
2005-2013 harga penjualan tetes tertinggi di PTPN X pada tahun 2009 sebesar Rp.1.382,56 kg, sedangkan harga penjualan tertinggi di PTPN XI pada tahun
2009 yakni sebesar Rp.1.308,91kg. Laju peningkatan harga tetes, baik di PTPN X maupun di PTPN XI mengalami peningkatan sebesar 14 persen per tahun.
Penjualan tetes yang dihasilkan oleh PG-PG yang ada di Jawa Timur ternyata tidak saja dijual di sekitar Jawa Timur saja Tabel 25. Ada yang
penjualan tetesnya sampai Solo-Jawa Tengah. Peruntukannya pun beragam. Tetapi sebagian besar tetes tersebut untuk bahan baku MSG penyedap masakan
farmasi dan kosmetika. Tabel 25 Laporan DO Tetes PG X Tahun 2013 dalam ton
No. DO Nama
Transportir Kwanta
Diambil Sisa
36 PT. Molindo Raya Lawang
Setia Kawan 500
56,58 443,42
28 PT.
Argo Mulya
Jaya Surabaya
Akar Jati 250
95,24 154,76
57 PT. Cheil Jedang Indonesia
Pasuruan Agung Jaya
SBY 500
370,08 129,92
33 PT. Indo Acidatama Solo
Sari Karya
Mas 1000
201,58 798,42
46 PT. Molindo Raya Lawang
Rajawali 1250
376,02 873,98
45 PT. Indo Acidatama Solo
Rajawali 1000
194,90 805,10
41 PT. Ajinex International
Mojokerto Setia Kawan
250 250,00
47 PT. Molindo Raya Lawang
Rajawali 1250
1250,00 59
PT. Molindo Raya Lawang Sari
Karya Mas
1250 1250,00
61 PT. Molindo Raya Lawang
Rajawali 1000
1000,00 58
PT. Indo Acidatama Solo Rajawali
1000 1000,00
49 PT. Indo Acidatama Solo
Agung Jaya SBY
500 488,88
11,12 Jumlah
9250 1294,4
7955,6
Sumber: PG X, 2014
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 R
u p
ia h
K g
Harga Tetes PTPN X Harga Tetes PTPN XI
Berhubung PG “X” tersebut seperti PG-PG lainnya di Jatim tidak mengolah lebih lanjut produk samping yang dihasilkan,maka tetes yang dihasilkan
dijual kepada pihak lain. Harga jual tetes sebesar Rp.1.200liter. Adapun pengambilan tetes pada PG “X” tersebut diambil secara bertahapper hari.
Gambar 30 Jumlah Ampas yang dihasilkan oleh PG “X”
Sumber: PG “X”, 2011
5.2.2 Ampas
Ampas yang dihasilkan oleh salah satu PG yang berada di Jawa Timur di jelaskan dengan Gambar 30.
PG “X” termasuk salah satu PG yang mempunyai kapasitas giling 6.500 Ton Cane Day TCD, yaitu kemampuan dalam menggiling
tebu per hari. Ampas dari PG “X” mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan ampas yang dihasilkan tergantung dari jumlah tebu yang digiling.
Produksi ampas yang dihasilkan, terbesar dihasilkan pada tahun 2007 dengan jumlah 822.316.475 ton ampas, yang mengalami kenaikan sebesar 17,29 persen
dari tahun 2005. Tren peningkatan ampas periode 2005-2013 sebesar 2,30 persen per tahun.
5.2.3 Blotong
Blotong merupakan produk ikutan yang sebagian besar diolah menjadi biokompos pupuk Gambar 31. Warna blotong biasanya abu-abu tua atau
kehitaman. Jumlah blotong terbanyak dihasilkan pada tahun 2007 dengan jumlah blotong 524.512 ton, dengan kenaikan sebesar 22,95 persen. Sedangkan tren
peningkatan jumlah blotong yang dihasilkan pada periode 2005-2013 sebesar 0,80 persen per tahun.
600,000,000 650,000,000
700,000,000 750,000,000
800,000,000 850,000,000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013
T on
Ampas
Gambar 31 Jumlah Blotong yang dihasilkan PG di Jawa Timur Sumber: Dewan Gula Indonesia, 2013 Data diolah
Beberapa PG menggunakan blotong sebagai pupuk pada kebun tebu milik sendiri, tapi ada juga yang mengolahnya menjadi pupuk dalam cair dan dijual ke
pasaran. Sebagian besar masih belum mengolah kembali blotong yang dihasilkan.
Gambar 32 Jumlah Biokompos dan Ampas yang dihasilkan Tahun 2005-2013 di Jawa Timur
Sumber: Dewan Gula Indonesia, 2014 Data diolah
Jumlah biokompos dan ampas Gambar 32 yang dihasilkan dari tebu yang diproduksi di Jawa Timur tahun 2005-2013, di mana besarannya berdasarkan
kriteria dari Subiyono 2013. Data menunjukkan bahwa jumlah ampas tertinggi dicapai pada tahun 2013 dengan jumlah tebu sebesar 17,496 juta ton, ampas
yang dihasilkan 5, 248 juta ton dan dengan peningkatan sebesar 12 persen. Ampas yang dihasilkan pada tahun 2005-2013 memiliki tren yang meningkat
sebesar 2,16 persen per tahun.
- 100,000
200,000 300,000
400,000 500,000
600,000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011 2012
2013 T
o n
Blotong
- 1,000,000
2,000,000 3,000,000
4,000,000 5,000,000
6,000,000
2005 2006
2007 2008
2009 2011
2010 2012
2013 T
o n
Biokompos ampas
Biokompos yang dihasilkan oleh PG-PG yang ada di Jawa Timur, kebanyakan diolah kembali dalam bentuk pupuk cair ataupun dibiarkan begitu
saja dalam bentuk asli dan digunakan secara langsung untuk pupuk pada areal milik swastaPG. Biokompos paling banyak dihasilkan pada tahun 2013 dengan
jumlah biokompos sebesar 5.248.934 ton dan terjadi peningkatan biokompos yang dihasilkan sebesar 12 persen. Dalam kurun waktu 2005-2013 biokompos
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 2,16 persen pertahun.
Peningkatan pada produksi ampas maupun biokompos yang sejalan dengan tebu yang dihasilkan menunjukkan bahwa tebu mempunyai peran yang
sangat penting baik sebagai bahan baku utama gula maupun sebagai bahan baku PDT. Semakin banyak tebu yang dihasilkan, diharapkan PDT yang dihasilkan
untuk kemudian diolah lebih lanjut, juga semakin meningkat.
5.3 Perkembangan Keragaan PDRB Wilayah Jawa Timur
5.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK
Berdasarkan perhitungan PDRB berdasarkan harga konstan Gambar 33, laju pertumbuhan PDRB Jatim berfluktuasi, laju pertumbuhan tertinggi sebesar
6,68 persen pada tahun 2010. Setelah sebelumnya PDRB tahun 2009 sebesar Rp.320.861.168.910.000,- pada tahun 2010 PDRB meningkat sebesar
Rp.342.280.765.510.000,-. Laju pertumbuhan selama tahun 2000 sampai 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,38 persen pertahun.
Gambar 33 PDRB Jawa Timur tahun 2000-2010 berdasar ADHK Sumber: BPS, 2014 Data diolah
Sektor pertanian sendiri mengalami pertumbuhan yang cukup besar pada tahun 2005 dengan nilai sebesar Rp.80.910.218.450.000,- dengan pertumbuhan
16,36 persen. Selama kurun waktu 2000-2010 pertumbuhan sektor pertanian meningkat sebesar 11,89 persen pertahun. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkatnya kegiatan ekonomi di Jawa Timur.
Peranan ekonomi dapat dilihat dari angka distribusi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan, industri pengolahan ternyata masih
mendominasi struktur ekonomi Jawa Timur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,
50,000,000 100,000,000
150,000,000 200,000,000
250,000,000
2 2
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9 2
1 Ju
ta R
u p
ia h
Tahun
1. SEKTOR PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN
PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS AIR BERSIH
5. KONSTRUKSI 6. PERDAG., HOTEL
RESTORAN 7. PENGANGKUTAN
KOMUNIKASI 8. KEU. REAL ESTAT, JASA
PERUSAHAAN 9. JASA-JASA
tahun 2000-2010 dengan kontribusi total sebesar Rp. 1.395.297.225 juta. Sektor Pertanian dan Sektor perdagangan, hotel dan restaurant menempati peringkat ke
dua dan ketiga dengan kontribusi total masing-masing sebesar Rp.829.664.323 juta dan Rp. 821.087.275 juta. Sektor industri pengolahan masih menjadi leading
sector,
baik kelompok industri besarsedang maupun industri kecil dan rumah tangga.
Selama kurun waktu tahun 2000-2010, semua sektor mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor industri
pengolahan sebesar 13,51 persen, posisi kedua ditempati sektor pertanian sebesar 11,89 dan posisi ketiga ditempati sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
9,06 persen. Masing-masing sektor menunjukkan peningkatan dalam pertumbuhannya.
Tabel 26 Pertumbuhan tiap sektor di Jawa Timur tahun 2000-2010 No
Sektor Persen
1 Pertanian
11,89 2
Pertambangan 6,42
3 Industri Pengolahan
13,51 4
Listrik, gas dan air bersih 6,63
5 Kontruksi
3,08 6
Perdagangan, hotel dan restauran 7,96
7 Pengangkutan dan Komunikasi
9,06 8
Keu. Real estate, Jasa perusahaan 6,60
9 Jasa-Jasa
5,84 Sumber: BPS, 2013 data diolah
Pada Tabel 26 Pertumbuhan tiap sektor di Jawa Timur, maupun pada distribusi PDRB ADHK masing-masing menunjukkan bahwa industri pengolahan
mendominasi struktur ekonomi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan profil industri di Jawa Timur yang mendukung pertumbuhan dan kontribusi sektor industri
pengolahan. Data Jatim dalam angka 2013, menunjukkan jumlah unit usaha dan tenaga kerja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah
unit usaha menunjukkan angka sebanyak 716.441 unit, tahun 2010 jumlah unit usaha sebanyak 742.671 unit, tahun 2011 jumlah unit usaha sebanyak 783.955
unit dan tahun 2012 jumlah unit usaha sebanyak 795.410 unit usaha. Peningkatan jumlah unit usaha ini dibarengi dengan peningkatan jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan. Tahun 2009 jumlah tenaga kerja di sektor industri sebanyak 2, 643 juta TK, tahun 2010 sebanyak 2, 785 juta TK, tahun 2011 sebanyak 3, 025 juta
TK dan tahun 2012 sebanyak 3.069.575 TK. Hal ini didukung juga dengan jumlah produksi yang tiap tahun mengalami peningkatan. Tahun 2009 jumlah produksi
yang dihasilkan sebanyak 179.926 unit, tahun 2010 sebanyak 190.107 unit, tahun 2011 sebanyak 200.328 unit dan tahun 2012 sebanyak 203.287 unit.