Upah tenaga kerja Tebang Muat Angkut TMA Perhitungan pembayaran upah:

Gambar 42 Produksi produk ikutan kondisi aktual tahun 2010-2025 Jumlah GKP dan produk samping yang dihasilkan tidak terlepas dari kapasitas giling mesin PG dalam menggiling tebu menjadi gula dan menghasilkan produk samping. Gambar 43 menunjukkan bahwa jarak antara kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai tidak besar. Tetapi jika dilihat dengan lebih cermat, maka jarak antara kapasitas terpasang dan terpakai mendekati akhir tahun simulasi 2025 menunjukkan jarak yang lebih lebar dibanding pada awal tahun 2010. Jika tahun simulasi ditambah, kemungkinan jarak tersebut akan semakin lebar. Tingkat utilisasi kapasitas terpasang mengalami penurunan sebesar 0,08. Sesuai dengan teori, bahwa tingkat kemampuan mesin pada suatu titik tertentu akan mengalami penurunan daya giling karena umur mesin maupun tingkat perawatan yang dilakukan. Gambar 43 Kapasitas giling kondisi aktual tahun 2010-2025 Mengantisipasi penurunan kapasitas giling mesin dalam menggiling tebu menjadi GKP maupun PDT Gambar 43 maka diperlukan tambahan kapasitas giling mesin dan perawatan dalam meningkatkan kemampuan mesin dalam menghasilkan GKP. Hal ini perlu dilakukan agar kapasitas giling tidak berkurang karena pemakaian dalam waktu lama. Adapun utilisasi kapasitas terpakai mesin PG di Jatim mencapai 92,50. 400 2,400 4,400 6,400 8,400 10,400 R ib u T o n Ampas Blotong Tetes Total Produk Samping 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 T CD Kapasitas terpsg industri Kapasitas terpakai

6.1.4 Perilaku sub model pendapatan profit petani

Dinamika pendapatan petani terjadi akibat penerimaan dan biaya yang dilakukan petani tebu dalam mengusahakan tanaman tebu miliknya. Biaya yang dikeluarkan untuk penanaman tanaman tebu pertama PC pada sistem tebu tegalan I, meliputi biaya garap, biaya pupuk biaya herbisida, biaya sewa lahan, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dan biaya Tebang Muat Angkut TMA. Dari sisi penerimaan berasal dari bagi hasil gula yang dihasilkan dari penggilingan tebu berdasarkan rendemen dan tetes yang merupakan bagian petani. Gambar 44 Pendapatan petani tebu kondisi aktual tahun 2010-2025 Pendapatan profit petani pada Gambar 44 menunjukkan peningkatan sesuai dengan pola eksponential growth. Begitu juga dengan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan menunjukkan pola exponential growth. Pada tahun 2010 pendapatan petani sebesar Rp.4,332 juta dan pada tahun 2025 meningkat menjadi Rp. 23,887 juta. Peningkatan pendapatan terjadi karena selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam mengusahakan tanaman tebu lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Peningkatan pendapatan terjadi seiring meningkatnya jumlah gula dan jumlah tebu yang dihasilkan. Jumlah gula dan peningkatan rendemen yang dihasilkan akan meningkatkan bagi hasil antara petani dan PG. Semakin tinggi rendemen yang dihasilkan, maka prosentase bagi hasil yang diperoleh petani dari tebu yang dihasilkan juga meningkat. Sedangkan jumlah tebu yang dihasilkan akan meningkatkan perolehan tetes bagi petani.

6.1.5 Perilaku sub model keuntungan PG

Keuntungan profit PG yang dianalisis merupakan keuntungan PG yang berasal dari gulahablur yang dihasilkan. keuntungan tersebut berasal dari penerimaan dari gula yang merupakan bagi hasil dengan petani berdasarkan rendemen yang dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi gula. Keuntungan PG selama periode simulasi disajikan pada Gambar 45. 4 2,000,004 4,000,004 6,000,004 8,000,004 10,000,004 12,000,004 14,000,004 16,000,004 Ju ta Ru p iah Total Biaya TST1 Total Penerimaan Profit Ptni per ha tanpa pck tebu Rpha