Perilaku sub model pengolahan

Gambar 47 Produksi GKP dan PDT Jatim kondisi aktual tahun 2010-2025 Gambar 47 menunjukkan bahwa grafik produksi GKP dan PDT memiliki kecenderungan yang terus meningkat dengan pola exponential growth. Walaupun produksi GKP lebih kecil secara keseluruhan dibandingkan produksi PDT, hal tersebut bukan merupakan suatu masalah karena bukan dibandingkan antara produksi GKP dengan PDT tetapi untuk menunjukkan bahwa pola produksi GKP dan PDT menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Sesuai dengan penelitian Almazan 1990, bahwa GKP jumlahnya sekitar 8 dari tebu giling, sehingga GKP yang berasal dari tebu jumlahnya lebih sedikit dibanding PDT total yang berasal dari ampas, tetes dan blotong. Peningkatan produksi GKP Gambar 47 disumbang oleh peningkatan luas areal tebu di Jatim yang secara total terus mengalami peningkatan hingga tahun 2018. Selain itu produktivitas tebu yang cukup tinggi, dimana produktivitas tebu TS sebesar 90.63 tonha dan produktivitas TR sebesar 85.71 tonha. Begitupula dengan produk samping yang dihasilkan, memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Peningkatan produk samping disumbang juga oleh jumlah tebu yang dihasilkan. Dimana peningkatan jumlah tebu di Jatim ditopang oleh luas areal tebu dan produktivitas tebu yang tinggi. Dari 3 tiga produk samping, yakni tetes molasses, ampas bagases dan blotong filter cake dihasilkan dari sisa pengolahan tebu ketika menjadi gula dengan prosentase tertentu. Hasil kinerja sistem pada kondisi aktual pada produksi GKP menunjukkan bahwa pada tahun 2010 produksi gula sebesar 1,014 juta ton, dengan kebutuhan sebesar 0,47 juta ton, maka Jawa Timur dalam kondisi surplus gula sebesar 0,54 juta ton dan bisa memenuhi kebutuhan provinsi lain Disbun Jawa Timur, 2011. Tetapi dalam rangka pencapaian swasembada gula, pemerintah pusat memberikan target bagi Jawa Timur untuk meningkatkan produksi gula sebesar 1,65 juta ton. Sehingga target swasembada yang dicanangkan oleh pemerintah pusat jika dijalankan secara business as usual tidak akan tercapai. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pendukung terhadap pencapaian kebijakan swasembada GKP. 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 Ri b u T o n Produksi GKP Jatim Kondisi Aktual By Product Kondisi Aktual Gambar 48 Pendapatan profit petani tebu dan keuntungan profit PG dari gula pada kondisi aktual Jatim tahun 2010-2025 Seiring dengan kenaikan produksi GKP, keuntungan PG mengalami kenaikan dengan pola exponential growth Gambar 48. Diharapkan kenaikan profit PG dapat digunakan oleh PG untuk meningkatkan kinerja PG sehingga bisa menutup kerugian yang ditimbulkan selama proses produksi karena umur mesin yang sudah tua dan mampu menghasilkan GKP sesuai target dari pemerintah pusat. Keuntungan PG yang berasal dari gula pada tahun 2010 sebesar Rp.1,14 trilyun dan pada tahun 2025 mengalami peningkatan menjadi Rp.2,51trilyun. Sampai saat ini masih terdapat beberapa PG yang memiliki kapasitas giling kecil dan kondisi mesin yang mati. Hal ini tentu akan mengurangi jumlah produksi gula yang dihasilkan seperti penelitian Cahyati 2012 yang menyatakan bahwa dalam setiap 145.19 jam mesin PG mati maka akan kehilangan 1.663,68 kg. Dinamika perilaku pendapatan petani tebu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 48 bahwa pendapatan petani tebu mengalami peningkatan selama periode simulasi dari tahun 2010 sampai tahun 2025. Pada tahun 2010 petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 4,332 jutaha dan pada tahun 2025 pendapatan petani mengalami peningkatan sebesar Rp.23,887 juta rpha, peningkatan pendapatan petani tersebut pada awal-awal tahun simulasi masih tergolong kecil, mengingat jumlah pendapatan tersebut dalam satu tahun per ha. Sehingga perlu peningkatan pada GKP dan pengolahan produk samping menjadi produk turunan yang bisa memberikan nilai tambah bagi petani tebu. Jumlah produksi GKP menjadi faktor penting dalam model pengembangan agroindustri gula tebu yang dibanguan, dimana peningkatan dalam perekonomian wilayah juga disumbang dari peningkatan GKP. Sumbangan sektor perkebunan terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB pada tahun 2011 relatif kecil, yakni 2,07 Publikasi Statistik Tebu Indonesia, 2012. Dengan adanya kenaikan jumlah produksi GKP diharapkan kontribusi terhadap PDRB semakin meningkat Gambar 49. Begitu pula produksi GKP terhadap perekonomian wilayah Jatim, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang meningkat. PDRB Jatim tahun 2010 sebesar Rp.342 trilyun dan mengalami peningkatan menjadi Rp.1,13 trilyun pada tahun 2025. Peningkatan tersebut telah memasukkan penerimaan dari gula. 4 500,004 1,000,004 1,500,004 2,000,004 2,500,004 3,000,004 Ju ta Ru p iah Profit Petani Aktual Profit PG Aktual Gambar 49 Perekonomian Wilayah pada kondisi aktual di Jatim tahun 2010-2025

6.3 Perilaku Model Pengembangan Agroindustri Gula Tebu dengan

pemanfaatan PDT Perilaku model Pengembangan Agroindustri Gula Tebu setelah ada pemanfaatan PDT berdampak positif tehadap perekonomian wilayah. Pemanfaatan PDT menunjukkan tren yang selalu meningkat pada perekonomian wilayah. Peningkatan pada perekonomian wilayah berasal dari penerimaan petani dan Penerimaan PG Gambar 50 dan Gambar 51. Peningkatan penerimaan petani berasal dari tambahan penerimaan penjualan pucuk daun tebu. Pucuk daun tebu yang dihasilkan sebesar 14,6 tonha dari tebu yang dipanengiling. Total Penerimaan seluruh petani tebu Jatim tahun 2010 Rp.6,750 trilyun, mengalami peningkatan pada tahun 2025 sebesar Rp.14,033 trilyun. Gambar 50 Penerimaan seluruh petani tebu setelah ada penambahan PDT di Jatim tahun 2010-2025 Peningkatan dalam penerimaan PG Gambar 51 berasal dari GKP dan pemanfaatan 5 jenis PDT. PG dalam model, mengembangkan produk samping by-product menjadi 5 jenis PDT, masing-masing yaitu 1 bioethanol berbahan baku ampas, 2 listrik berbahan baku ampas, 3 kampas rem berbahan baku 300 400 500 600 700 800 900 1,000 1,100 1,200 T ri ly u n Ru p iah Perekonomian Wilayah kondisi aktual 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 M il ya r R upi ah Penerimaan Petani