Pengertian Prestasi Belajar Prestasi Belajar
Disamping faktor-faktor diatas, merupakan hal yang penting juga untuk memperhatikan kondisi panca indra. Panca indra merupakan pintu gerbang
ilmu pengetahuan. Artinya kondisi panca indra tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar Yudhi Mulyadi 2008:24-26
b. Faktor Psikologis
Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau peserta didik memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda,
terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, dan perbedaan-pebedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing.
Beberapa faktor psikolos yang dapat diuraikan diantaranya: Pertama, intelegensi. C. P. Chaplin Yudhi Mulyadi, 2008:26
mengartikan intelegensi sebagai: 1
Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
2 Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif.
3 Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan
cepat. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Proses belajar merupakan proses yang kompleks, maka aspek intelegensi ini tidak akan menjamin hasil belajar seseorang. Intelegensi hanya sebuah
potensi; artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Kedua, perhatian. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek Slameto
Yudhi Mulyadi 2008:27 Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik
perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau fokus pada obyek yang dipelajarinya.
Ketiga, minat dan bakat. Minat dan bakat diartikan oleh Hilgard Yudhi Mulyadi, 2008:27 sebagai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata setelah melalui belajar yang terlatih. Keempat, motif dan motivasi. Kita sering menggunakan kata motif untuk
menunjukan tindakan atau aktivitas seseorang. Kata motif diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang.
Menurut Aminuddin Rasyad Yudhi Mulyadi, 2008:28: Dalam setiap diri manusia pada umumnya mempunyai dua motif
atau dorongan, yaitu motif yang sudah ada di dalam diri yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut
intrinsic motive bila motif dalam diri ini baik dan berfungsi pada setiap diri siswa, maka tingkah laku belajarnya menampakan diri
dalam bentuk aktif dan kreatif. Bila motif intrinsiknya kurang berfungsi maka tingkah laku belajarnya tidak menampakan
keaktifan dan kreatif yang berarti. Motif lainnya adalah motif yang datang dari luar diri, yakni karena ada pengaruh situasi
lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive . Atas dasar motif inilah dianjurkan kepada para guru untuk dapat menciptakan
suasana belajar yang kondusif. Kedua macam motif ini dapat
bekerja secara sadar consciousness maupun tidak sadar unconsciousness.
Kelima, kognitif dan daya nalar. Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah
pengindraan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Pengindraan itu dipegaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan.
Kemampuan mempersepsi antar siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama,bahkan
dari kelas yang sama. Ini ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri.
Mengingat adalah suatu aktivitas kognitf, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari msa yang lampau atau bedasarkan
kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya dimasa lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yang menarik untuk diperhatikan, yaitu
mengenal kembali rekognisi dan mengingat kembali reproduksi. Berpikir oleh Jamaluddin Rakhmat Yudhi Mulyadi, 2008:30-31 dibagi
dua macam yaitu, berpikir autistik autistic dan berpikir realistik realistic. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melamun; fantasi,
menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Berpikir realistik,disebut juga nalarreasoning, ialah berpikir dalam rangka
menyesuaikan diri engan dunia nyata.