Hipotesis Ketiga Pembahasan Hasil Penelitian 1.

commit to user 96 terbukti dari rerata kedua kelompok sama-sama baik dan jumlah prosentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM lebih dari 50 yaitu 71,79 untuk gaya belajar visual dan 60,00 untuk gaya belajar kinestetik. Tetapi dinyatakan, gaya belajar tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa dikarenakan selisih rerata kedua kategori gaya belajar tidak signifikan. Jika diperhatikan hasil belajar kedua kategori sama-sama baik, sehingga pengkategorian sepertinya tidak berarti. Hal ini diduga karena hasil pengelompokan siswa kedalam kategori gaya belajar berdasarkan skor angket masih belum valid, kemungkinan disebabkan siswa tidak serius dalam memberikan jawabanpernyataan dan ketekunan siswa belajar diluar sekolah juga berpengaruh karena kedua kelompok diberikan materi tambahan berupa modul pembelajaran.

3. Hipotesis Ketiga

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan tidak terdapat pengaruh, ini disebabkan oleh nilai Sig 0,05 0,395 0,05. Jadi hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa diterima dan hipotesis alternatif yang menyatakan sebaliknya ditolak. Rerata siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah 75,54 untuk kognitif dan 77,02 untuk afektif. Sedangkan rerata siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah 73,63 untuk kognitif dan 76,88 untuk afektif. Rerata tersebut sama-sama baik dan prosentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM lebih dari 50 yaitu 72,97 untuk motivasi berprestasi tinggi dan 50,38 untuk motivasi berprestasi rendah. Jadi motivasi berprestasi memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa baik kognitif maupun afektif. Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukanan commit to user 97 pada bab II mengenai pengaruh motivasi terhadap aktivitas seseorang sangatlah menentukan, hal ini sebagaimana ungkapan yang menyatakan: Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran. Pertama menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, kedua memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, dan ketiga menentukan ketekunan belajar Motivasi dapat berperan dalam penguat belajar apabila seorang siswa dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, sehingga masalah tersebut hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kebermaknaan dalam belajar. Siswa akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu akan memberikan manfaat dan paling tidak dapat dinikmati bagi yang melakukan belajar. Peran motivasi dalam menentukan ketekunan belajar siswa, jika siswa telah termotivasi maka mereka akan berusaha mempelajari sesuatu dengan baik dan tekun, dengan harapan mereka akan dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika tidak ada motivasi maka belajar tidak akan tahan lama dan mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan yang lain. Hal itu berarti bahwa motivasi dapat menentukan ketekunan dalam belajar. Pernyataan yang mengatakan tidak terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa mengandung arti, antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah tidak memiliki perbedaan prestasi belajar yang signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh motivasi berprestasi tinggi yang dimiliki siswa adalah motivasi ekstrinsik sehingga tidak dapat bertahan lama, kesungguhan siswa dalam commit to user 98 menjawab angket, dan ketekunan siswa belajar diluar jam sekolah. Walaupun demikian prestasi belajar kognitif dan afektif kedua kategori sama-sama baik.

4. Hipotesis Keempat

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN 2D DITINJAU DARI KEMAMPUAN TINGKAT BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA

0 11 133

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN KIT MULTIMEDIA DAN MEDIA INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN MODALITAS BELAJAR SISWA

1 12 154

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

2 15 123

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI MELALUI MEDIA ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 10 134

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKANPENDEKATAN CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA

0 5 130

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI MEDIA RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERFIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI BERPRESTASI.

0 1 1

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA SATKET DAN MEDIA INTERAKTIF DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 1 9

Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful

0 9 137

Pembelajaran Ipa Model Tutor Sebaya Dengan Peta Konsep Dan Modul Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa SUKEMI S831002033

4 11 135