Analisis Gilir Bicara Situas Tutur Marpudunsaut

yang hanya menggunakan pola gilir bicara kaidah yang pertama dan nomor 11 tentang paulak une yaitu masing-masing sebanyak 3 kali gilir bicara dengan kaidah pertama dan kedua. Dari seluruh topik marhata yang dibicarakan dalam situasi tutur marpudunsaut, kaidah pertama PSMPB, PBMPS, dan PBMPB adalah lebih dominan daripada dua kaidah lainnya yaitu PBM dan PSM. Kaidah pertama 70 dan dua kaidah lainnya masing-masing adalah 21 dan 9. Perbedaannya persentasenya cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam marhata pada situasi tutur marpudunsaut juga gilir bicara lebih dominan dengan merujuk penutur berikutnya dengan menggunakan istilah kekerabatan kinship system sehingga ketika proses percakapan itu berlangsung, tidak ada interupsi maupun tumpang tindih.

4.2.2.1 Analisis Gilir Bicara Situas Tutur Marpudunsaut

Pola gilir bicara dianalisis sesuai dengan topik percakapan bagian isi struktur percakapan. Dalam situasi tutur marpudunsaut terdapat 11 topik percakapan yang dianalisis berdasarkan komponen alokasi gilir bicara. Berikut ini adalah analisis pola gilir bicara topik-topik marhata situasi tutur marpudunsaut pada upacara adat perkawinan Batak Toba. Topik 1: tudu-tudu sipanganon Topik percakapan pertama dimulai oleh JBPP sebagai penutur sebelumnya dan dilanjutkan dengan merujuk penutur berikutnya yaitu JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan dengan Universitas Sumatera Utara merujuk penutur sebelumnyaa yaitu JBPP dengan rujukan rajanami. Kembali JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru, melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan, merujuk JBPL dengan panggilan yang sama amangboru, dan melanjutkan kembali tanpa rujukan. JBPL juga melanjutkan percakapan tanpa rujukan, demikian juga JBPP. Kemudian JBPP merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru dan melanjutkan kembali tanpa ada rujukan, demikian juga JBPL. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPP dengan panggilan tulang, JBPP dengan panggilan amangboru. Kembali JBPL melanjutkan percakapan kepada JBPP dengan panggilan hula-hula, JBPP kepada JBPL dengan panggilan amangboru, JBPL dengan JBPP dengan panggilan raja bolon. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan demikian juga JBPP. Percakapan diakhiri oleh JBPP dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru. Alokasi pergantian gilir bicara topik pertama ini digambarkan sebagai berikut : 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PBMPB PSM PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru rajanami amangboru amangboru 6 7 8 9 10 PBMPS PBM PSM PSMPB PBM JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP amangboru amangboru Universitas Sumatera Utara 11 12 13 14 15 PBM PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL tulang amangboru hula-hula amangboru 16 17 18 19 PBMPS PBM PSM PSMPB JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL raja bolon amangboru Komponen alokasi gilir bicara pada topik pertama terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, rajanami dari JBPL ke JBPP, tulang dari JBPL ke JBPP, hula-hula dari JBPL ke JBPP, dan raja bolon dari JBPL ke JBPP 2 Kaidah kedua yaitu PBM 3 Kaidah kedua yaitu PSM Topik 2: barita ni sipanganon Topik percakapan kedua dimulai oleh JBPP dan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan berikutnya kepada penutur sebelumnya JBPP dengan panggilan rajanami. JBPP kembali melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru. Universitas Sumatera Utara Alokasi pergantian gilir bicara topik kedua ini digambarkan sebagai berikut : 1 2 3 4 PSMPB PBMPs PSMPB PBMPS JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP amangboru rajanami amangboru rajanami Komponen alokasi gilir bicara pada topik kedua ini terdiri dari 1 komponen alokasi gilir bicara yaitu kaidah pertama dengan 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPP ke JBPL dan rajanami dari JBPL ke JBPP. Topik 3 : somba ni uhum sinamot Topik ketiga dikenalkan oleh JBPL dan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan rajanami. JBPP merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan berikutnya dan merujuk PAMARAI denan panggilan pamarai. JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur berikutnya Simolohon dengan panggilan simandokhon simolohon. JBPP melanjutkan dengan merujuk penutur berikutnya Mantu Pihak Perempuan dengan panggilan hela. JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk RS dengan panggilan hula-hula Sinaga. JBPP Universitas Sumatera Utara merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL merujuk JBPP dengan panggilan raja bolon. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan dan JBPP juga melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. JBPP merujuk penutur berikutnya PK dengan panggilan dongan sahuta. Kemudian PK merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan ujaran muna. JBPL merujuk penutur berikutnya dengan rajanami kepada PK. Kemudian PK merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan dongan sahuta. JBPP merujuk penutur berikutnya BS dengan panggilan boru. JBPP melanjutkan percakapan berikutnya dengan merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru dan JBPL merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan rajanami. JBPP merujuk penutur sebelumnya dengan panggilan amangboru. JBPL merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP merujuk penutur berikutnya OTPP dengan panggilan inang. Kemudian JBPP merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan ujaran hamuna. JBPP menyelesaikan percakapan dengan merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru. Alokasi pergantian gilir bicara topik ketiga ini digambarkan sebagai berikut: 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami amangboru rajanami amangboru rajanami Universitas Sumatera Utara 6 7 8 9 10 PBMPB PBM PBMPB PBM PBMPB JBPP PAMARAI JBPP S JBPP MPP pamarai simandokhon hela 11 12 13 14 15 PBM PBMPB PBM PBMPS PSMPB MPP JBPP H JBPP JBPL JBPP hula-hula amangboru rajabolon 16 17 18 19 20 PSM PBM PBMPS PSMPB PBMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP PK amangboru rajanami dongan sahuta 21 22 23 24 25 26 PBMPB PSMPB PBMPB PBMPB PBM PBMPS PK JBPL PK JBPP B JBPP JBPL hamuna rajanami dongan sahuta boru amangboru 27 28 29 30 31 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPB PBM JBPL JBPP JBPL JBPP OTPP JBPP rajanami amangboru rajanami inang 32 PBMPS JBPP JBPL Amangboru Universitas Sumatera Utara Komponen alokasi gilir bicara pada topik ketiga terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPS, dan c PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti rajanamirajabolon dari JBPL ke JBPP dan JBPL ke PK, amangboru dari JBPP ke JBPL, pamarai dari JBPP ke PAMARAI, simandokhon dari JBPP ke S, hela dari JBPP ke MPP, hula-hula dari JBPP ke H, dongan sahuta dari JBPP ke PK dan PK ke JBPP, hamuna dari PK ke JBPL dan JBPP ke JBPL, boru dari JBPP ke BS, inang dari JBPP ke OTPP. 2 Kaidah kedua yaitu PBM 3 Kaidah ketiga yaitu PSM Topik 4: pangidoan ulos Topik percakapan keempat dimulai oleh JBPP dan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan rujukan atau panggilan amangboru. Kemudian penutur berikutnya JBPL melanjutkan percakapan ke penutur sebelumnya JBPP dengan panggilan raja i. Demikian juga JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk p ke JBPL dengan panggilan amangboru. Alokasi pergantian gilir bicara percakapan topik keempat ini digambarkan sebagai berikut. 1 2 3 PSMPB PBMPS PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru raja i amangboru Universitas Sumatera Utara Komponen alokasi gilir bicara pada percakapan topik keempat ini terdiri dari 1 komponen alokasi gilir bicara yaitu kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS . Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, raja i dari JBPL ke JBPP. Topik 5: sangkap dohot rencana Topik percakapan kelima dibuka oleh JBPP dengan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL merujuk penutur berikutnya sebelumnya JBPP dengan panggilan rajanami. Kembali JBPP meneruskan percakapan dengan panggilan amangboru dan JBPL dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP meneruskan kembali percakapan dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru dan JBPP dengan panggilan rajanami. Setelah itu JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskan kembali dengan merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. JBPP melanjutkan ke JBPL dengan rujukan hula-hula muna dan JBPL melanjutkan percakapan ke JBPP dengan rujukan rajanami. Kembali JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL dengan panggilan amangboru dan setelah itu JBPP sebagai penutur sebelumnya melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan setelah itu meneruskan percakapan ke JBPL dengan rujukan pronominal hamu. JBPP melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian merujuk JBPL dengan panggilan amangboru, JBPL merujuk JBPP dengan rajanami. Kemudian JBPL sebagai penutur beritkutnya melanjutkan tanpa ada rujukan, JBPP sebagai penutur sebelumnya juga melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Kembali JBPL Universitas Sumatera Utara melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Demikian juga dengan JBPP yang melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskan percakapan ke JBPL dengan rujukan pronominal hamu. JBPL meneruskan kembali percakapan ke JBPP dengan panggilan rajanami dan meneruskan kembali percakapan tanpa ada rujukan serta merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. JBPP kemudian melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan pronominal hamu dan JBPL ke JBPP dengan rujukan rajanami. Pada akhir percakapan JBPL menyelesaikan topik percakapan tanpa ada rujukan. Alokasi pergantian gilir bicara topik percakapan kelima ini digambarkan sebagai berikut: 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru rajanami amangboru rajanami amangboru 6 7 8 9 10 PBMPS PBM PBMPS PSMPB PBMPS JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami rajanami hamuna rajanami 11 12 13 14 15 PSMPB PSM PBMPS PSM PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru hamu amangboru 16 17 18 19 20 PBMPS PBM PSM PSM PBM JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP amangboru Universitas Sumatera Utara 21 22 23 24 25 PSMPB PBMPS PBM PBMPS PSM JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL hamuna rajanami rajanami hamu 26 27 PBMPS PBM JBPL JBPP JBPL rajanami Komponen alokasi gilir bicara pada topik percakapan yang kelima ini terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS . Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, rajanami dari JBPL ke JBPP, dan hamu dari JBPP ke JBPL. 2 Kaidah kedua yaitu PBM 3 Kaidah ketiga yaitu PSM Topik 6: parsuhion Topik percakapan keenam dimulai oleh JBPP dan merujuk penutur berikutnya KM dan meneruskannya ke penutur berikutnya JBPL. Kemudian JBPL merujuk penutur berikutnya PK dengan panggilan dongan sahuta. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskan percakapan ke JBPL dengan rujukan amangboru. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan ke JBPP dengan rujukan panggilan tulang dan JBPP meneruskan percakapan dengan merujuk JBPL dengan pronominal hamu. Kembali JBPL melanjutkan percakapan Universitas Sumatera Utara ke JBPP dengan panggilan tulang. Di akhir percakapan JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Alokasi pergantian gilir bicara percakapan topik keenam ini digambarkan sebagai berikut: 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPB PBMPB PSM PSMPB JBPP KM JBPL PK JBPP JBPL rajanami dongan sahuta amangboru 6 7 8 9 PBMPS PSMPB PBMPS PSM JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL tulang hamu tulang Komponen alokasi gilir bicara pada percakapan topik keenam ini terdiri dari 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1. Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS . Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, raja i dari JBPL ke JBPP, dongan sahuta dari JBPL ke PK, hamu dari JBPP ke JBPL, dan tulang dari JBPL ke JBPP. 2. Kaidah ketiga yaitu PSM. Topik 7: patortor parumaen Topik percakapan ketujuh dimulai oleh JBPP dan merujuk penutur berikutnya PK. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan Universitas Sumatera Utara meneruskan percakapan ke PK dengan rujukan panggilan appara. Penutur berikutnya yaitu JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskannya ke penutur berikutnya yaitu PK. Setelah itu JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskan percakapan ke JBPP dengan panggilan hula-hula. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan percakapan diakhiri oleh PK tanpa ada rujukan. Alokasi pergantian gilir bicara percakapan topik ketujuh ini digambarkan sebagai berikut 1 2 3 4 5 PSMPB PBM PBMPB PBM PBMPB JBPP PK JBPL PK JBPL PK dongan sahuta appara rajanami 6 7 8 9 PBM PBMPS PBM PSM PK JBPL JBPP JBPL PK hula-hula Komponen alokasi gilir bicara pada percakapan topik ketujuh ini terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1. Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPS, dan c PBMPB . Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti dongan sahuta dari JBPP ke PK, appara dari JBPL ke PK, raja nami dari JBPL ke PK, dan hula-hula dari JBPL ke JBPP. 2. Kaidah kedua yaitu PBM. 3. Kaidah ketiga yaitu PSM. Universitas Sumatera Utara Topik 8: marsarapan Topik percakapan kedelapan dimulai oleh JBPL dan merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan raja i. Kemudian JBPB melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan panggilan amangboru. Kembali JBPL meneruskan percakapan ke JBPP dengan panggilan yang sama yaitu rajanami, demikian halnya dengan JBPP mengakhiri percakapan dengan rujukan panggilan yang sama yaitu amangboru. Alokasi pergantian gilir bicara percakapan topik ketujuh ini digambarkan sebagai berikut 1 2 3 4 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL rajanami amangboaru rajanami amangboru Komponen alokasi gilir bicara pada percakapan topik kedelapan terdiri dari 1 komponen alokasi gilir bicara yaitu kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS . Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti raja nami dari JBPL ke JBPP dan amangboru dari JBPP ke JBPL. Topik 9: panandaion Topik percakapan kesembilan dimulai oleh JBPP dan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian TPL melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan panggilan amangboru. Kembali JBPL Universitas Sumatera Utara meneruskan percakapan ke penutur berikutnya yaitu TPL dengan panggilan rajabolon. JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskannya kepada JBPP dengan panggilan rajanami, demikian halnya dengan JBPP dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL meneruskan percakapan ke penutur sebelumnya JBPP dengan rujukan pronomina hamu. Akhir percakapan, JBPP merujuk penutur JBPL dengan panggilan amangboru. Alokasi pergantian gilir bicara percakapan topik kesembilan digambarkan sebagai berikut: 1 2 3 4 PSMPB PBMPS PBM PBMPS JBPP JBPL TPL JBPL JBPP amangboaru rajanami rajanami 5 6 7 PSMPB PBMPS PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru hamu amangboru Komponen alokasi gilir bicara pada percakapan topik kesembilan terdiri dari 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1. Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPS , dan PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti raja nami dari JBPL ke JBPP, amangboru dari JBPP ke JBPL, raja bolon dari JBPL ke TPL, dan pronomina hamu dari JBPL ke JBPP. 2. Kaidah kedua yaitu PBM. Universitas Sumatera Utara Topik 10: ingot-ingot Topik percakapan kesepuluh dimulai oleh JBPP dan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan ke JBPP dengan rujukan panggilan tulang. Kembali JBPP meneruskan percakapan ke penutur berikutnya yaitu JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL melanjutkan percakapan dengan rujukan rajanami kepada JBPP. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan berikutnya tanpa ada rujukan, demikian halnya dengan JBPP melanjutkan kembali percakapan tanpa ada rujukan. JBPP merujuk penutur berikutnya PKPPPKPL dengan rujukan dongan sahuta dan PKPPPKPL melanjutkan percakapan berikutnya ke JBPL dengan rujukan pronominal hamu. Kemudian PKPPPKPL merujuk penutur berikutnya JBPL dengan rujukan pronomina hamu. Kembali JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskannya ke JBPL dengan rujukan pronomina hamuna. PKPPPKPL mengakhiri percakapan tanpa ada rujukan sebelumnya. Alokasi pergantian gilir bicara percakapan topik kesepuluh digambarkan sebagai berikut: 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PBM JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru tulang amangboru rajanami 6 7 8 9 PSM PSMPB PBMPB PBM JBPL JBPP PKPPPKPL JBPL PKPPPKPL dongan sahuta hamu Universitas Sumatera Utara 10 11 12 13 PSMPB PBM PBMPB PBM PKPPPKPL JBPL PKPPPKPL JBPL PKPP hamu muna PKPL Komponen alokasi gilir bicara pada percakapan topik kesepuluh terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1. Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPS , dan PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti raja nami dari JBPL ke JBPP, amangboru dari JBPP ke JBPL, dongan sahuta dari JBPP ke PKPPPKPL, dan pronomina hamu dari PKPPPKPL ke JBPL. 2. Kaidah kedua yaitu PBM. 3. Kaidah ketiga yaitu PSM Topik 11: Paulak Une Topik percakapan kesebelas dimulai oleh JBPP dan dilanjutkan oleh penutur berikutnya PKPPPKPL tanpa ada rujukan. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan sebelumnya, demikian halnya dengan PKPPPKPPL yang menutup percakapan tanpa ada rujukan sebelumnya. Alokasi pergantian gilir bicara percakapan topik kesepuluh digambarkan sebagai berikut: 1 2 3 PBM PBM PBM JBPP PKPPPKPL JBPL PKPLPKPP Universitas Sumatera Utara Komponen alokasi gilir bicara pada percakapan topik kesebelas adalah PBM Penutur Berikutnya Melanjutkan tanpa ada rujukan.

4.2.2.2 Temuan Analisis Gilir Bicara Situasi Tutur Marpudunsaut