Teori Tindak Tutur Tinjauan Teoretis

Tuturan merupakan salah satu yang terpenting yang digunakan orang membuat kesan pribadi untuk dinilai orang lain, baik melalui apa yang dikatakannya dan cara dia mengatakannya. Tata cara bertutur ways of speaking mengandung gagasan, peristiwa komunikasi di dalam suatu komunitas mengandung pola-pola kegiatan tutur, sehingga kompetensi komunikatif seseorang mencakup pengetahuan tentang pola itu. Tata cara itu mengacu kepada hubungan antara peristiwa tutur dan tindak tutur. Pragmatik dalam kajian marhata dapat didefinisikan dengan kajian makna atau interpretasi makna bahasa tutur yang diucapkan oleh penutur bahasa Batak Toba juru bicara dan penutur-penutur lain baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan dalam berinteraksi dengan beberapa situasi tutur upacara adat perkawinan Batak Toba untuk melihat cara-cara yang digunakan oleh penutur untuk mencapai tujuan.

2.1.5 Teori Tindak Tutur

Teori Tindak Tutur dikemukakan oleh Austin 1962 dan Searle 1969 yang mengatakan bahwa bahasa tidak hanya digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu tetapi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan yang ditunjukkan dengan ujaran-ujaran. Tindak tutur merupakan salah satu fenomena kajian pragmatik. Tindak tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur, dan peristiwa tutur menjadi bagian dari situasi tutur. Tindak tutur merupakan produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, tindak tutur juga dapat pula berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Searle 1969:23-24 mengemukakan bahwa secara pragmatis terdapat tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur ,yaitu: 1 Tindak lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu the act of saying something. Tindak tutur ini mengaitkan suatu pemberitahuan dengan satu keterangan. Dalam tindak tutur ini tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan si penutur, tetapi bermaksud untuk memberitahu petutur keadaan sebenarnya. Penutur semata-mata hanya untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. 2 Tindak ilokusi yaitu tindak tutur untuk melakukan sesuatu the act of doing something dengan maksud dan fungsi tertentu. Pada tindak tutur ini, penutur mengucapkan kalimat tidak dimaksudkan untuk memberitahu penutur saja, tetapi ada keinginan petutur melakukan tindakan di balik tuturan tersebut. Tindak tutur ilokusi mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. 3 Tindak perlokusi yaitu tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur the act of affecting someone. Hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Universitas Sumatera Utara Menurut Ibrahim 1993:256, bagian universal teori tindak tutur berhubungan dengan beberapa topik, yaitu 1 struktur umum tindak tutur, 2 struktur umum urutan tindak tutur, 3 dampak institusional umum pada tindak tutur dan urutan tindak tutur, 4 klasifikasi umum tindak tutur, dan 5 kaidah umum untuk melaksanakan interaksi makna non-literal dari makna literal. Salah satu diantara keuniversalan yang dibahas dalam penelitian ini adalah klasifikasi umum yang terdiri dari 5 jenis yaitu deklaratif, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Pendekatan yang berbeda untuk membedakan tipe tindak tutur tersebut dapat dilakukan pada struktur dasarnya. Menurut Yule 1996:54 dalam bahasa Inggris, struktur dasar kalimat terdiri atas kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif, sedangkan dilihat dari fungsi komunikasi, kalimat terdiri atas kalimat pernyataan, pernyataan, dan perintahpermintaan. Contoh: 1 a. You wear a seat belt. Declarative b. Do you wear a seat belt? Interrogative c. Wear a seat belt. Imperative Menurut Yule 1996:55, apabila ada hubungan langsung antara struktur dan fungsi maka disebut dengan tindak tutur langsung, dan apabila ada hubungan tidak langsung antara bentuk dan fungsi maka disebut tindak tutur tidak langsung. Deklaratif untuk membuat statement disebut ujaran langsung namun deklaratif untuk membuat permintaan disebut ujaran tidak langsung. 2 a. It‟s cold outside. b. I hereby tell you about the weather. c. I hereby request of you that you close the door. Universitas Sumatera Utara Ujaran 2a adalah bentuk deklaratif. Apabila deklaratif tersebut dibuat menjadi pernyataan statement seperti yang diparafrasekan dalam kalimat 2b, maka fungsinya adalah sebagai ujaran langsung. Dan apabila digunakan untuk perintah commandpermintaan request seperti kalimat 2c, maka fungsinya berubah menjadi ujaran tidak langsung. Tidak ada tindak tutur yang dilaksanakan secara terpisah dan tidak ada tindak tutur yang mengikuti satu sama lain dalam urutan yang arbitrer. Pada umumnya benar bahwa tindak tutur diorganisir dalam pola wacana dengan variabel tertentu, misalnya pertanyaan menghendaki jawaban, usulan menghendaki pertimbangan, dan permintaan maaf menghendaki pengakuan. Menurut Ibrahim 1993:260, konsep yang paling penting untuk berhubungan dengan urutan tindak tutur adalah giliran turn, gerakan move, pola tindak tutur, tipe unit dan wacana tutur yang kompleks. Ketika seorang partisipan berbicara atau membuat kontribusi dalam percakapan, dia dikatakan mengambil giliran. Giliran bisa terdiri dari ujaran minim yang tidak menyusun tindak tutur penuh tetapi bisa juga mengandung serangkaian tindak tutur. Giliran juga bisa tumpang tindih overlap, tetapi terdapat kecenderungan untuk mengurangi situasi tersebut. Kemudian konsep gerakan move digunakan untuk mengkarakterisasi fungsi tindak tutur untuk meneruskan wacana. Dalam sebuah percakapan, kita dapat membedakan antara memulai percakapan initiating, bereaksi reacting, dan juga melanjutkan continuing. Pertanyaan, khususnya memiliki kecenderungan berfungsi sebagai memulai gerakan atau memulai percakapan. Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, konfirmasi atau jawaban merupakan gerakan reaksi. Tindakan reaksi bisa bersifat menerima topik, menolak topik, dan netral. Sebuah tindak tutur merupakan potongan tuturan yang dikeluarkan sebagai bagian dari interaksi sosial. Penelitian ini menganalisis percakapan sebagai wacana lisan untuk kepentingan interaksional yang berupa percakapan dalam bahasa Batak Toba dengan topik marhata pada upacara adat perkawinan Batak Toba. Wacana yang demikian ini bersifat sangat unik. Alih tutur juga merupakan bagian dari sebuah percakapan, yang meliputi bagaimana cara mengambil alih gilir bicara dan bagaimana cara memberikan giliran bicara. Pola tindak tutur yang tidak kalah penting adalah pasangan berdekatan dalam pengertian yang dikemukakan oleh Sack, Schegloff dan Jefferson, seperti tanya-jawab, usulan-pertimbangan, pembukaan-penutupan percakapan. Tetapi seringkali juga terdapat pola-tiga-tempat three-place-pattern bahkan juga terdapat pola-empat-tempat four-place-pattern. Berikut ini adalah contoh prosedur minimal pemahaman pola-tiga-tempat dari ujaran referensi, konfirmasi, dan rekonfirmasi yang diambil dari Ibrahim 1993:263. 1 A : Kuliahnya diadakan di ruang 14. 2 B : Ah, di ruang 14. 3 A : Benar, di ruang 14. Pernyataan terima kasih juga terdiri dari tindakan referensi, ucapan terima kasih, dan pengakuan. 1 A : menyampaikan bingkisan pada B: Ini hadiahnya. 2 B : terima kasih banyak. Universitas Sumatera Utara 3 A : Kembali. Contoh pertama di atas adalah pola tindak tutur universal, sedangkan contoh kedua dibatasi pada lingkungan kebudayaan tertentu. Pola yang dibatasi pada budaya hanya bisa ditemukan melalui pengkajian fenomena wacana tersebut secara nyata. Berikut ini contoh bahasa tutur prosedur minimal memulai percakapan dengan pola-empat-tempat four-place-pattern yang dimulai dengan gerakan ujaran pertanyaan, reaksi dengan konfirmasi, dan gerakan melanjutkan dengan ucapan terima kasih, dan rekonfirmasi yang dapat dilihat dalam lingkungan budaya Batak Toba pada pesta perkawinan saat marhata berbicara. Panise : RajanamiNunga boi hita manghatai? Pertanyaan Penanya Tuan Raja Sudah bisakah kita bicara? Pangalusi : Dos ma rohanta. Konfirmasi Penjawab Satu hatilah kita. Panise : Mauliate ma Ia i do rajanami na liat na lolo. Ba manghatai ma Penjawab hita rajanami. Terimakasihlah. Ya itulah Tuan Raja. Bicaralah kita Tuan Raja Terimakasih Pangalusi : Ima tutu raja ni boru. Rekonfirmasi Penjawab Ya raja ni boru. 2.1.6 Linguistik Fungsional Sistemik Dalam perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS, bahasa merupakan sistem arti dan sistem lain bentuk dan ekspresi untuk merealisasikan arti. LFS ini merupakan suatu pendekatan yang dikemukakan oleh Halliday Universitas Sumatera Utara 1973 yang menggambarkan bentuk bahasa sebagai semiotik sosial yang dielaborasi menjadi interpretasi percakapan yang bersifat semantik fungsional. Pendekatan sistemik memberikan kontribusi yang besar terhadap analisis percakapan. Pertama, pendekatan sistemik dapat membuat bentuk bahasa yang sistematis, komprehensif, dan menyatu dimana polastruktur percakapannya dapat dideskripsikan dan digambarkan pada tingkat analisis yang berbeda. Kedua, teori ini menghubungkan bahasa dan kehidupan sosial sehingga percakapan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial. Halliday 1994 mengemukakan bahwa dalam percakapan sehari-hari terdapat 3 ikatan makna, yakni makna ideasional, makna interpersonal, dan makna tekstual. Makna ideasional merujuk kepada topik yang sedang dibicarakan, kapan oleh siapa, dan bagaimana transisi topik dan penutup dibuat. Makna interpersonal berfokus kepada jenis hubungan peranan yang dilakukan melalui percakapan. Selanjutnya, makna tekstual adalah makna kohesi yang berbeda yang digunakan untuk merangkai percakapan. Makna interpersonal menunjukkan tindakan yang dilakukan terhadap pengalaman dalam interaksi sosial. Dalam makna tersebut, istilah aksi digunakan untuk melakukan sesuatu perbuatan atau aksi, seperti membuat pernyataan, pertanyaan, tawaran, dan perintah. Istilah ini setara dengan konsep speech function Halliday 1994 dan tindak ujar speech act yang lazim digunakan dalam tata bahasa formal. Dalam analisis wacana berdasarkan interaksi, yang diuraikan adalah move yaitu ucapan yang dilakukan seseorang, fungsi dan peran apa yang dilakukan Universitas Sumatera Utara seseorang dalam percakapan. Misalnya, seseorang bertanya k2 kepada orang lain karena orang lain punya informasi k1. Dalam percakapan 1 satu ikatan hanya ada 3 tiga move seperti dalam contoh berikut. 1. k2 Λ k1 k2 A: Did you go to the party? k1 B: Yes 2. k2 Λ k1 Λ k2f k2 A: Where did you go last week? k1 B: Bali. k2f A: Thank you. 3. k2 Λ k1 Λ k2f Λ k1f k2 A: When did you go to Bali? k1 B: Last month. k2f A: Thank you. k1f B: My pleasure You‟re welcome…

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan