4.1.1.1 Analisis Pengenalan Topik Situasi Tutur Marhusip
Di dalam peristiwa percakapan, penutur berusaha mengembangkan topiknya masing-masing. Topik yang dibicarakan dalam percakapan dapat lebih
dari satu topik meskipun dalam sebuah peristiwa percakapan dan dikenalkan dengan beberapa bentuk kalimat.
Untuk menganalisis topik wacana diperlukan setidak-tidaknya satu penggal wacana. Wacana marhata dipenggal berdasarkan topik-topik marhata
setelah mengidentifikasi peralihan dari satu topik ke topik lainnaya. Yang dianalisis dalam bagian ini adalah bagian isi marhata yang menjadi topik-topik
marhata dalam situasi tutur marhusip pada upacara adat perkawinan Batak Toba seperti dapat dilihat dalam tabel di atas. Kedelapan topik-topik marhata dalam
acara marhusip tersebut dianalisis dengan mengidentifikasi pengenalan topik percakapan baru oleh Sibarani 1997:183 berdasarkan jenis kalimat dan
memaknai fungsi kalimat tersebut berdasarkan isi wacana, Yule, 1996;54. Untuk melihat peralihan topik satu dengan topik yang lainnya digunakan indikator
peralihan topik dengan teori yang dikemukakan oleh Howe 1991:5. Berikut adalah analisis kedelapan topik marhata situasi tutur marhusip.
Topik 1 : manise
„menanyakan maksud dan tujuan kedatangan pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan
‟,
JBPP : Boha sian hamu raja ni dongan sahuta nami ma manise bagaimana dari kalian raja teman sekampung kami lah menanya
amangborunta saonari? amangboru kita sekarang
„Bagaimana raja teman sekampung kamilah yang menanyakan maksud kedatangan amangboru kita?
Universitas Sumatera Utara
Topik percakapan yang pertama manise adalah topik yang sedang berjalanberlangsung. Topik ini dikenalkan oleh JBPP Juru Bicara Pihak
Perempuan dengan menggunakan kalimat tumpuan yaitu bentuk kalimat pertanyaan. Kata boha adalah salah satu bentuk kata tanya dalam Bahasa Batak
Toba yang artinya bagaimana. Boha adalah kalimat tanya ajektival yang digunakan untuk menanyakan sifat, keadaan, atau cara, Sibarani, 1997:147.
Dalam kalimat tersebut kata tanya boha digunakan untuk menanyakan keadaan atau kesediaan Penatua Kampung untuk manise
. Bentuk kalimat „Boha sian hamu
raja dongan sahuta namima manise
amang boru ta saonari?‟ adalah bentuk pertanyaaan namun bila dilihat dari fungsi kalimat, pertanyaan ini mengandung
makna tawaran bagi penatua kampung untuk menanyakan maksud dan tujuan kedatangan pihak laki-laki ke rumah mempelai perempuan.
Topik 2 : sipasahatonsinamot
mahar ‟,
JBPP : Nga boi? sudah bisa
„Sudah bisa?‟ Tauduti ma muse amang boru.
kita lanjutkan lah lagi amangboru „Kita lanjutkanlah amangboru‟
Paboa hamu ma na solot di roha muna na naeng sipasahaton muna sampaikan kalian lah yang ada di benak kalian yang mau disampaiakan kalian
tu hami. kepada kami
„Sampaikan kalianlah yang mau disampaikan mahar kepada kami‟ Hatahon hamuma nasolhot di rohamu.
katakan kalian yang ada di benakmu Katakanlaah apa yang ada dibenak kalian.
Universitas Sumatera Utara
Peralihan topik percakapan pertama ke topik percakapan yang kedua ditandai dengan indikator tanda pengakuanpenerimaan acknowledgement
tokens. Pertanyaan Nunga boi ? „Sudah bisa?‟ dan Tauduti ma muse „Kita
lanjutkanlah lagi‟ menunjukkan indikator penerimaan topik berikutnya untuk dibicarakan.
Topik percakapan yang kedua adalah topik yang akan berjalan atau akan berlangsung pada acara marpudunsaut atau marunjuk. Topik ini dikenalkan
oleh JBPP
dengan menggunakan bentuk kalimat perintah yang berfungsi sebagai suruhan. Dalam BBT, kalimat perintah suruhan dibentuk dengan hanya
menggunakan pola P-S-O-Pel-K tanpa menggunakan partikel sub-topik atau kata-kata lain yang bisa memperhalus kalimat. Namun, kondisi sosial budaya
dalam suatu komunikasi kadang-kadang menuntut suatu penghalusan agar bahasa menimbulkan efek komunikasi yang menyenangkan kepada pesapa. Oleh karena
itu BBT kadang-kadang menggunakan partikel topik ma untuk sedikit memperhalus kalimat perintah suruhan, Sibarani: 1977:128, seperti terdapat
dalam kalimat Paboa hamu ma na solot di roha muna na naeng sipasahaton muna tu hami
Kata „paboa‟ adalah bentuk verba sebagai predikat dan diikuti dengan „hamu‟ sebagai subjek dan partikel topik „ma‟, diikuti dengan
„na solot di roha muna na naeng sipasahaton muna tu hami‟ sebagai objek.
Topik 3. sipatupaon di martumpol
„yang dipersiapkan di acara martumpol‟ JBPP : Jadi tu acara selanjutna ma, tu angka rencana sipatupaonta ma.
jadi ke acara berikutnya lah untuk setiap rencana persiapan lah „Jadi ke acara berikutnyalah, untuk setiap rencana yang mau dibuatlah‟
Universitas Sumatera Utara
Patorang hamu ma amangboru sipatupaon di martumpol jelaskan kalian lah amangboru yang mau dipersiapkan di martumpol
„Jelaskanlah amangboru yang mau dipersiapkan di acara martumpol.‟ Peralihan topik percakapan kedua ke topik percakapan yang ketiga
ditandai dengan indikator tanda pengakuanpenerimaan. Pernyataan „Jadi tu
acara selanjutna ma, tu angka rencana sipatupaonta ma „ adalah indikator
penerimaan topik berikutnya untuk dibicarakan. Topik percakapan yang ketiga adalah topik yang akan berlangsung pada
acara marpudunsaut. Topik ini dikenalkan
oleh JBPP
dengan menggunakan bentuk kalimat perintah yang berfungsi untuk menyuruh suruhan. Kata patorang
adalah bentuk kata verba yang berfungsi sebagai predikat, diikuti dengan hamu sebagai subjek dan
partikel topik „ma‟, diikuti dengan sipatupaon sebagai objek, dan diikuti oleh „di martumpol‟ sebagai keterangan.
Topik 4
. rencana tanggal martumpol JBPP : Jadi paboa hamu ma rencana muna di tanggal martumpol
jadi beritahukan kalian lah rencana kalian tentang tanggal martumpol „Jadi beritahukan kalianlah rencana tanggal martumpol.‟
Peralihan topik percakapan ketiga ke topik percakapan yang keempat ditandai dengan indikator
tanda pengakuanpenerimaan.. Pernyataan „Jadi paboa hamu ma rencana muna di tanggal martumpol
„ adalah indikator penerimaan topik ketiga tentang sipatupaon di martumpol dan melanjutkan topik berikutnya
untuk dibicarakan. Topik
percakapan yang
keempat adalah
topik yang
akan berjalanberlangsung pada acara martumpol. Topik ini dikenalkan
oleh JBPP
dengan menggunakan bentuk kalimat perintah yang berfungsi sebagi suruhan.
Universitas Sumatera Utara
Kata paboa adalah bentuk kata verba yang berfungsi sebagai predikat, diikuti dengan hamu sebagai subjek dan
partikel topik „ma‟, diikuti dengan „rencana muna sebagai objek, dan diikuti oleh di tanggal martumpol sebagai keterangan.
Topik 5. marsibuha-buhai
„serapan awal pesta unjuk dimulai‟ JBPP : Boa songonon amangboru. Ala taruhon jual do disan,
bagaimana seperti ini amangboru karena antar jual nya disana songon nasomal di hami, ba marsibuha-buhai ma nian.
seperti biasa di kam ya serapan pagi mengawali pesta lah maunya „Bagaimana kalau begini amangboru. Karena pesta di tempat pihak laki-
laki, seperti biasa tradisi pada kami pesta unjuk dimulai dengan serapan lah.”
Peralihan topik percakapan keempat ke topik percakapan yang kelima ditandai dengan indikator pengulangan repetition
. Pernyataan „Tanggal 12 bulan lima, toho mai ari sabtu. Jadi 2 hali tingting masuk pukul 11 di sopo godang,
gereja HKBP Kampung Kristen Jalan Gereja. „ adalah indikator pengulangan
tentang apa yang sudah dibicarakan pada topik keempat tentang rencana tanggal martumpol.
Topik percakapan
yang kelima
adalah topik
yang akan
berjalanberlangsung pada acara marunjuk. Topik ini dikenalkan
oleh JBPP
dengan menggunakan bentuk kalimat perintah desakan . Kalimat „Ala taruhon
jual do disan, songon nasomal di hami, ba marsibuha-buhai ma nian ‟ adalah
sebuah kalimat perintah desakan. Kalimat perintah desakan adalah kalimat perintah yang digunakan untuk mendesak atau menyarankan pesapa melakukan
sesuatu. Dalam BBT, kalimat perintah desakan untuk menyarankan pesapa melakukan sesuatu dibentuk dengan menggunakan partikel ba di depan kalimat
Universitas Sumatera Utara
perintah, seperti dalam topik diatas yaitu partikel ba + verba marsibuha-buhai diikuti oleh kata nian
„mauanya‟ sebagai predikat. Topik 6:
panggoraansi rambe manis JBPL : Bahen hamu ma annon batasanna manang piga panggoraan na i.
buat kalian lah nanti batasannya entah berapa pemanggilan nya itu „Buat kalianlah nanti batasannya entah berapa pemanggilan ulos nya itu‟.
Peralihan topik percakapan kelima ke topik percakapan yang keenam ditandai dengan indikator
tanda pengakuanpenerimaan. Pernyataan „Olo amangboru
„ adalah indikator penerimaan topik kelima tentang waktu marsibuha- buhai.
Topik percakapan
yang keenam
adalah topik
yang akan
berjalanberlangsung pada acara marunjuk. Topik ini dikenalkan
oleh JBPL Juru Bicara Pihak Laki-laki
dengan menggunakan bentuk kalimat perintah yang berfungsi untuk menyuruh. Kata bahen adalah bentuk kata verba yang berfungsi
sebagai predikat, diikuti dengan hamu sebagai subjek dan partikel topik „ma‟,
diikuti dengan annon sebagai, keterangan, dan batasanna manang piga panggoraan nai sebagai objek.
Topik 7. pinggan panganon
JBPL : Ba dia do taringot ni molo dung hita ulahon, ya bagaimananya tentang yang kalau sudah kita laksanakan
ba pinggan panganon do?
ya piring makanan nya „Bagaimana kalau sudah kita laksanakan, piring berisi makanan nya?
Peralihan topik percakapan keenam ke topik percakapan yang ketujuh ditandai dengan indikator penilaiankesimpulan summary assessments,
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan topik percakap an keenam diakhiri dengan pernyataan „Alai taringot
tu si rambe manis i manang na haduan pe tahatai di pudun saut, ate ‟ dan
direspon dengan „Tong do dua sada. Ba dipasahat hamu tu hami dua, hupasahat hami tu hamu sada. Kedua pernyataan ini merupakan kesimpulan terhadap topik
percakapan keenam. Topik percakapan yang ketujuh adalah topik percakapan yang akan
berlangsung pada acara marunjuk. Topik ini dikenalkan
oleh JBPP
dengan menggunakan kalimat pertanyan yang berfungsi untuk menanyakan. Kata tanya
dia do „bagaimananya „adalah kata tanya yang digunakan untuk membentuk
kalimat pertanyaan yang diikuti oleh penggunaan kata ba dan diakhiri oleh pemarkah do sebagai penjelas struktur pertanyaan.
Topik 8.
jolma sijouon di martumpol
„jumlah orang yang diundang di martumpol
‟ PK: Jadi asa haru singkat, eh di tingki na martuppol, ndang apala sude
jadi agar supaya singkat eh pada saat martumpol ngak mesti semua jolma on sijouonta, dang i?
orang diundang, ya kan? „Jadi agar singkat pada saat martumpol, tidak semua orang diundang datang,
khan?‟
Peralihan topik percakapan ketujuh ke topik percakapan yang kedelapan ditandai dengan indikator
tanda pengakuanpenerimaan. Pernyataan „Jadi asa haru singkat
….,„adalah indikator penerimaan akhir topik ketujuh tentang pinggan panungkunan
„alana hita menghemat tingki do khan‟. Topik percakapan yang kedelapan adalah topik yang akan berjalan pada
acara marpudunsaut. Topik ini dikenalkan
oleh PK
dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
kalimat pertanyaan yaitu kalimat tanya berekor yang fungsinya untuk bertanya. Kalimat tanya berekor adalah kalimat tanya yang dibentuk dengan menambahkan
ekor kalimat di akir kalimat berita. Jenis kalimat tanya ini mirip dengan kalimat jenis kalimat question tag dalam bahasa Inggeris. Untuk membentuk kalimat
tanya berekor ini, BBT menambahkan ekor kalimat dang i „bukan‟ di akhir
kalimat seperti ditemukan dalam pengenalan topik percakapan yang kedelapan „ndang apala sude jolma on sijouonta, dang i?
4.1.1.2 Temuan Pengenalan Topik Situasi Tutur Marhusip