Peralihan Topik Topical Moves Pengenalan Topik

2.3.2.2 Peralihan Topik Topical Moves

Dalam sebuah percakapan yang sedang berlangsung, percakapan dapat beralih topik dari satu topik ke topik yang lain Sacks, 1971. Topik yang dipilih oleh penutur yang lain bukanlah merupakan topik yang sama. Seorang pembicara dapat memiliki urutan dimana pembicara berikutnya mengemukakan topik yang koheren dengan topik sebelumnya walaupun setiap pembicara membicarakan topik yang berbeda. Analisis peralihan topik dan analisis percakapan merupakan suatu analisis yang sejalan. Dalam memperkenalkan topik baru, ada beberapa prosedur yang harus diikuti untuk menutup topik lama. Serangkaian ujaran penutur biasanya muncul dalam menutup sebuah topik lamatopik sebelumnya. Peralihan topik ditandai dengan ujaran-ujaran penutup topik lama atau adanya transisi yang jelas dari satu topik ke topik lainnya. Howe 1991:5 mengatakan transisi peralihan topik mencakup beberapa indikator, yaitu: 1 penilaian kesimpulan summary assessments, 2 tanda pengakuanpenerimaan acknowledgement tokens; 3 pengulangan repetition; 4 komentar laughter, dan 5 waktu istirahatjedah pauses. Menurut Howe, dari kelima indikator ini, ringkasan penilaian sebagai pemula topik dan waktu istirahatjedah sebelum memulai topik adalah indikator yang paling umum digunakan. Kedua indikator tersebut muncul pada waktu bersamaan. Penggunaan beberapa indikator lainnya untuk mengakhiri sebuah Universitas Sumatera Utara topik menunjukkan bahwa penutur dan mitra tutur memahami akhir percakapan suatu topik.

2.3.2.3 Pengenalan Topik

Topik percakapan disampaikan atau dikenalkan dengan berbagai bentuk kalimat. Kalimat memiliki berbagai jenis atau tipe dan dapat dipilah berdasarkan beberapa sudut pandang. Menurut tata bahasa tradisional, ada tiga jenis kalimat, yaitu 1 kalimat deklaratif, 2 kalimat interogatif, dan 3 kalimat imperatif. Kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya hanya meminta pendengar atau yang mendengar kalimat itu untuk menaruh perhatian saja, tidak melakukan sesuatu, sebab maksud si pengujar hanya untuk memberitahukan sesuatu. Kalimat interogatif adalah kalimat yang isinya meminta agar pendengar atau orang yang mendengar kalimat itu untuk memberi jawaban secara lisan. Sedangkan kalimat imperatif adalah kalimat yang isinya meminta agar si pendengar kalimat itu memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang diminta. Pembagian kalimat atas kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif adalah berdasarkan bentuk kalimat secara terlepas. Kalau dilihat dari tataran yang lebih tinggi, yakni dari tingkat wacana, maka kalimat-kalimat tersebut dapat tidak sama antara bentuk formalnya dan bentuk isinya. Misalnya, bentuk formalnya adalah deklaratif, namun isinya tidak pernyataan tetapi menjadi berisi perintah. Sibarani 1997:183, mengatakan kalimat berdasarkan wacana percakapan dapat dibagi atas 6 bagian yaitu 1 kalimat awal, 2 kalimat tumpuan, Universitas Sumatera Utara 3 kalimat tambahan, 4 kalimat sambungan, 5 kalimat jawaban, dan 6 kalimat ujung. Kalimat awal adalah kalimat yang digunakan untuk mengawali sebuah percakapan atau wacana sebelum masuk pada pokok pembicaraan. Kalimat awal dapat berupa kalimat salam, kalimat basa-basi atau jenis kalimat lain yang sengaja digunakan untuk memulai percakapan; Kalimat tumpuan adalah kalimat yang menjadi dasar, patokan atau tumpuan kalimat berikutnya. Kalimat tumpuan ini mengawali sebuah topik percakapan. Kalimat tumpuan kadang-kadang mengawali percakapan jika percakapan itu tidak didahului oleh kalimat salam atau jika para pembicara langsung pada pokok pembicaraan tanpa ada ungkapan basa-basi. Ihwal itu dimungkinkan jika pembicara hanya sedikit waktu untuk berbicara. Di dalam percakapan, semua kalimat pertanyaan dan kalimat perintah merupakan pemula topik baru sehingga semua kalimat pertanyaan dan kalimat perintah itu merupakan kalimat tumpuan; Kalimat tambahan adalah kalimat yang digunakan seorang pembicara untuk menambahkan atau meneruskan kalimat tumpuan tanpa pergantian pembicara; Kalimat sambungan adalah kalimat yang digunakan seseorang untuk menyambung kalimat orang lain; Kalimat jawaban adalah kalimat yang digunakan seseorang untuk menjawab kalimat orang lain, dan kalimat ujung adalah kalimat yang digunakan mengakhiri sebuah percakapan, Sibarani, 1997:183. Dari keenam jenis kalimat ini, kalimat tumpuan menjadi dasar untuk mengawali sebuah topik percakapan. Di dalam percakapan, semua kalimat Universitas Sumatera Utara perintah dan kalimat pertanyaan merupakan pemula topik baru sehingga semua kalimat perintah dan kalimat pertanyaan merupakan kalimat tumpuan. Kalimat perintah adalah kalimat yang memerintahkan sesuatu dengan mengharapkan tanggapan berupa tindakan. Struktur kalimat perintah dalam BBT berpola P-S-O-Pel-K. Contoh : Usung hamu jolo uloshon. P S PT O bawa engkau dulu ulosku ini „Bawa kalian dulu ulosku ini.‟ Berdasarkan isinya kalimat perintah dapat dipilah menjadi sebelas bagian yaitu 1 kalimat perintah suruhan, 2 kalimat perintah permintaan, 3 kalimat perintah larangan, 4 kalimat perintah nasihat, 5 kalimat perintah ajakan, 6 kalimat perintah pertimbangan, 7 kalimat perintah paksaan, 8 kalimat perintah peringatan, 9 kalimat perintah harapan, 10 kalimat perintah bujukan, dan 11 kalimat perintah desakan. Kalimat Pertanyaan adalah kalimat yang menanyakan sesuatu atau seseorang dengan mengharapkan tanggapan berupa jawaban. Dalam kalimat pertanyaan, tujuan akhir penyapa adalah meminta jawaban dari pesapa. Berdasarkan cara pembentukannya, kalimat tanya BBT dapat dibagi atas lima bagian, yaitu : 1 kalimat Tanya berkata Tanya, 2 kalimat tanya paduan urutan kata dengan intonasi, 3 kalimat tanya berekor, 4 kalimat tanya negatif, dan 5 kalimat tanya retoris. Pola kalimat tanya yang menggunakan kata-kata tanya dalam BBT adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. PSK, Contoh : Marhua hamu di si? mengapa kamu di situ „Sedang mengapa kalian di situ‟? 2. KPS, Contoh : Nandigan do ro anakta i? kapan T datang anak kita itu „Kapan anakmu itu datang?‟ 3. SPO, Contoh : Na ise do panakkokhon sige an? P siapa T menaikkan tangga bamboo itu „ Siapa memberdirikan tangga itu?‟ 4. POSPel, Contoh : Mangusung aha hamu allangon ni tulangmu? membawa apa kamu untuk dimakan M pamanmu „Apa yang kalian bawa untuk dimakan pamanmu?‟ 5. KSP : Tu ise ho mangalu-alu? ke siapa engkau mengadu „Kepada siapa engkau mangadu?‟ Topik merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam percakapan. Howe 1983: 5 mengatakan bahwa topik merupakan syarat terbentuknya wacana percakapan. Analisis topik dalam wacana tidak cukup dengan menganalisis sebuah kalimat. Topik itu dapat diidentifikasi bila analisis wacana memahami konteks wacana yang mendukungnya. Menurut Brown dan Yule 1983: 69, untuk menganalisis topik wacana tersebut diperlukan suatu penggal wacana secara utuh. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini menganalisis topik wacana secara utuh dari situasi marhusip, marpudunsaut, dan marunjuk berdasarkan isi wacana tersebut.

2.3.3 Gilir Bicara Turn Taking