topik nomor 9 tentang mangampu „ucapan terimakasih‟ yang hanya menggunakan
satu kali gilir gilir bicara. Dari seluruh topik marhata yang dibicarakan dalam situasi tutur marunjuk,
kaidah  pertama  PSMPB,  PBMPS,  dan  PBMPB  adalah  lebih  dominan  daripada dua  kaidah  lainnya  yaitu  PBM  dan  PSM.  Kaidah  pertama  67  dan  dua  kaidah
lainnya  masing-masing  adalah  24  dan  9.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  dalam marhata  pada  situasi  tutur  marunjuk  juga  gilir  bicara  lebih  dominan  dengan
merujuk  penutur  berikutnya  dengan  menggunakan  istilah  kekerabatan  kinship system  sehingga  ketika  proses  percakapan  itu  berlangsung,  tidak  ada  interupsi
maupun tumpang tindih.
4.2.3.1  Analisis Gilir Bicara Situasi Tutur Marunjuk
Sama  halnya  dengan  analisis  gilir  bicara  pada  situasi  tutur  marhusip  dan marpudunsaut, teori yang diaplikasikan untuk membedah gilir bicara pada situasi
marunjuk adalah teori menurut Sacks, et.al 1974. Berikut adalah analisis alokasi gilir bicara pada setiap topik-topik marhata
situasi tutur marunjuk.
Topik 1: paborhat pinggan panungkunan
Topik  percakapan  pertama  dimulai  oleh  JBPL  dan  merujuk  penutur berikutnya  JBPP  dengan  panggilan  rajanami.  Kemudian  JBPP  merujuk  penutur
sebelumnya  JBPL  dengan  rujukan  pronomina  hamu.  Penutur  berikutnya  JBPP melanjutkan  percakapan  tanpa  rujukan  sebelumnya  dan  merujuk  penutur
sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru dan JBPL merujuk JBPP dengan
Universitas Sumatera Utara
panggilan  raja  bolon.  Kembali  JBPP  melanjutkan  percakapan  ke  JBPL  dengan rujukan  yang  sama  yaitu  dengan  panggilan    amangboru.  Kemudian  JBPP
melanjutkan  percakapan  tanpa  rujukan  dan  juga  melanjutkan  percakapan  dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL juga melanjutkan percakapan
ke  JBPP  dengan  menggunakan  rujukan  Rajanami.  Penutur  berikutnya  JBPP mengakhiri  topik  percakapan  ke  penutur  sebelumnya  JBPL  dengan  panggilan
amangboru. Alokasi gilir bicara pada topik pertama digambarkan seperti berikut :
1                    2                  3                 4                     5 PSMPB
PBMPS         PBM          PBMPS         PSMPB JBPL            JBPP              JBPL          JBPP              JBPL             JBPP
rajanami         hamu                             amangboru       raja bolon 6                      7                        8               9                  10
PBMPS               PBM              PBMPS    PSMPB        PBMPS JBPP               JBPL               JBPP            JBPL           JBPP             JBPL
amangboru                              amangboru   rajanami    amangboru
Komponen alokasi gilir bicara pada topik pertama terdiri atas 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu :
1 Kaidah pertama yang terdiri atas 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPB.
penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya atau sebelumnya ditandai dengan  penggunaan  kata-kata  panggilan
seperti  amangboru  dari  JBPL  ke JBPP,  pronomina  hamu  dari  JBPP  ke  JBPL,dan  rajanamirajabolon  dari
JBPP ke JBPL 2
Kaidah kedua yaitu PBM
Universitas Sumatera Utara
Topik 2: pasahathon adat na gok
Topik  percakapan  kedua  dimulai  oleh  JBPL  dan  merujuk  penutur berikutnya  JBPP  dengan  panggilan  rajanami.  Kemudian  JBPP  melanjutkan
percakapan  dengan  merujuk  penutur  sebelumnya  JBPL  dengan  rujukan amangboru.  Penutur  sebelumnya  JBPL  melanjutkan  percakapan  dengan  rujukan
panggilan  tulang  kepada JBPP. Kembali JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan pengunaan pronominal muna. JBPL juga melanjutkan percakapan
ke  JBPP  dengan  menggunakan  rujukan  rajanami.  Kemudian  JBPP  melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan rujukan yang sama
yaitu panggilan amangboru dan JBPL melanjutkan kembali dengan merujuk JBPP dengan  panggilan  yang  sama  juga  yaitu  rajanami  demikian  juga  halnya  dengan
JBPP  dengan  panggilan  amangboru.  Penutur  sebelumnya  JBPL  melanjutkan percakapan  ke  penutur  berikutnya  JBPL  dengan  panggilan  tulang.  Penutur
berikutnya  JBPP  menutup  topik  percakapan  dengan  memberikan  umpasa „peribahasa‟ kepada pihak JBPL dengan rujukan amangboru.
Alokasi gilir bicara pada topik kedua digambarkan seperti berikut : 1                    2                     3                  4                     5
PSMPB PBMPS         PSMPB         PBMPS         PSMPB
JBPL            JBPP              JBPL             JBPP              JBPL             JBPP rajanami    amangboru         tulang             muna            rajanami
6                      7                        8               9                  10 PBMPS           PSMPB           PBMPS    PSMPB        PBMPS
JBPP               JBPL               JBPP            JBPL           JBPP              JBPL amangboru    rajanami         amangboru   rajanami    amangboru
Universitas Sumatera Utara
11                                    12 PSMPB                            PBMPS
JBPL                             JBPP                            JBPL tulang                            amangboru
Komponen  alokasi  gilir  bicara  pada  topik  kedua  terdiri  dari  1  komponen alokasi  gilir  bicara  yaitu  kaidah  pertama  yang  terdiri  dari  2  bentuk  yaitu  a
PSMPB  dan  b  PBMPB. Penunjukan  atau  rujukan  kepada  penutur  berikutnya
atau  sebelumnya  ditandai  dengan  penggunaan  kata-kata  panggilan seperti
amangboru  dari  JBPL  ke  JBPP,  pronomina  hamu  dari  JBPP  ke  JBPL,  dan rajanamirajabolon dari JBPP ke JBPL
Topik 3: panandaion
Topik  percakapan  ketiga  dimulai  oleh  JBPL  dan  merujuk  penutur berikutnya  JBPP  dengan  panggilan  rajanami.  Kemudian  JBPP  melanjutkan
percakapan  dengan  merujuk  penutur  berikutnya  yaitu  Pamarai  dengan  rujukan panggilan  pamarai.  Penutur  sebelumnya  JBPL,  penutur  berikutnya  Parorot
melanjutkan  percakapan  tanpa  ada  rujukan.  Kembali  JBPL  melanjutkan percakapan  tanpa  ada  rujukan  juga  dan  kemudian    merujuk  penutur    berikutnya
JBPP  dengan  panggilan  raja  bolon.  Kemudian  JBPP  meneruskan  percakapan  ke penutur berikutnya BHS dengan panggilan rajanami dan selanjutnya melanjutkan
percakapan tanpa ada rujukan. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL dengan  penggunaan  pronomina  hamu.      BHS  melanjutkan  percakapan  tanpa  ada
rujukan  dan  kemudian  meneruskan  percakapan  ke  JBPL  dengan  rujukan panggilan  amangboru.  JBPL  melanjutkan  percakapan  ke  BHS  dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan rujukan pronominal hamu. BHS melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan  dan  kemudian  meneruskannya  ke  penutur  berikutnya  QM  dengan
panggilan  bapatua.  Setelah  itu  BHS  kembali  melanjutkan  percakapan  tanpa  ada rujukan dan kemudian meneruskannya ke penutur berikutnya OD dengan rujukan
hahadoli. BHS kembali melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian melanjutkannya ke penutur berikutnya DTSS dengan panggilan dongan tubu dan
DTSS  melanjutkan  percakapan  ke    penutur  sebelumnya  JBPL  dengan  panggilan pamoruon dan JBPL melanjutkan percakapan ke DTSS dengan panggilan tulang.
DTSS  melanjutkan  percakapan  ke  JBPL  dengan  menggunakan  pronomina  hamu dan  kemudian  BHS  melanjutkannya  tanpa  ada  rujukan.  Kemudian  BHS
menerusan percakapan ke JBPL dengan panggilan amangboru. BHS melanjutkan percakapan  tanpa  ada  rujukan  dan  meneruskannya  ke  JBPL  dengan  panggilan
amangboru.  JBPL  melanjutkan  percakapan  ke  BHS  dengan  panggilan  rajanami dan  BHS  ke  JBPP  dengan  panggilan  raja  dongan  sahuta.  Kemudian  JBPP
melanjutkan  percakapan  tanpa  ada  rujukan  dan  meneruskannya  ke  JBPL  dengan menggunakan  pronominal  hamu.  JBPL  melanjutkan  percakapan  ke  penutur
berikutnya  TS  dengan  panggilan  tulang  dan  TS  ke  JBPL  dengan  panggilan amang.  Kemudian  JBPL  melanjutkan  percakapan  ke  TS  dengan  rujukan
panggilan tulang. TS melanjutkan percakapan ke BHS dengan rujukan panggilan amang  dan  BHS  ke  TS  dengan  panggilan  tulang.  Setelah  itu  BHS  melanjutkan
percakapan  tanpa  ada  rujukan  dan  selanjutnya  meneruskannya  ke  JBPL  dengan pengunaan pronomina hamu. BHS melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan
meneruskannya  ke  penutur  berikutnya  RS  dengan  panggilan  rajanami,  RS  ke
Universitas Sumatera Utara
DTSS  dengan  panggilan  bapa,    DTSS  ke  DTSM  dengan  panggilan  bapa  juga, DTSM  ke  JBPP  dengan  menggunakan  pronomina  hamu.  Kemudian  JBPP
melanjutkan  percakapan  ke  JBPL  dengan  panggilan  amangboru,  JBPL  ke  JBPP dengan panggilan tulang. Kembali JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL namun
dengan  menggunakan  pronomina  hamu  dan  JBPL  ke  JBPP  dengan  panggilan yang  sama  yaitu  tulang,  JBPP  ke JBPL  dengan  panggilan  amangboru  dan  JBPP
melanjutkan  tanpa  ada  rujukan.  Percakapan  tentang  topik  ini  diakhiri  oleh  JBPP dengan merujuk JBPL dengan panggilan yang sama yaitu  amangboru.
Alokasi gilir bicara pada topik ketiga digambarkan seperti berikut : 1                       2                           3                    4
PSMPB           PBMPB                   PBM             PBM JBPL              JBPP                PAMARAI                JBPP                      PAROROT
rajanami        pamarai
5                    6 7                  8                9
PBM           PSMPB PBMPB         PBM         PBMPS
PAROROT            JBPL            JBPP              BHS           JBPP         JBPL rajabolon      rajanami                            hamu
10                    11                12                  13                 14 PBM          PBMPS        PSMPB          PBMPS          PBM
JBPL            BHS              JBPL             BHS             JBPL            BHS amangboru     hamu               hamu
15                 16                17              18                  19 PBMPB         PBM         PBMPB       PBM          PBMPB
BHS             QM             BHS            OD             BHS             DTSS bapatua                         hahadoli                        dongan tubu
Universitas Sumatera Utara
20                 21                     22                    23                  24 PBMPS        PSMPB           PBMPS             PBM          PBMPS
DTSS           JBPL               DTSS              JBPL               BHS                 JBPL pamoruon     tulang                 hamu                                  amangboru
25                    26                   27                 28                        29 PBM             PBMPS           PSMPB       PBMPB                 PBM
JBPL                  BHS                 JBPL            BHS                    PKPP            JBPP amangboru         rajanami       dongan sahuta
30                31                32                  33            34               35 PBMPS      PSMPB       PBMPS        PSMPB     PBMPB       PBMPB
JBPP            JBPL             TS              JBPL             TS              BHS             TS hamu          tulang          amang            tulang      amang            tulang
36                  37                 38              39                 40                 41 PBM            PBMPS          PBM         PBMPB      PBMPB        PBMPB
TS             BHS               JBPL            BHS              RS              DTSS        DTSM hamu                              rajanami          bapa            bapa
42                 43                 44                   45                 46 PBMPB        PBMPS        PSMPB         PBMPS        PSMPB
DTSM            JBPP             JBPL             JBPP             JBPL              JBPP hamuna       amangboru    tulang            hamu             tulang
47                       48                     49 PBMPS             PBM               PBMPS
JBPP              JBPL                  JBPP                  JBPL amangboaru                             amangboru
Universitas Sumatera Utara
Komponen alokasi gilir bicara pada topik 3 ini terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu :
1 Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPB, dan c
PBMPS. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan
penggunaan kata-kata panggilan seperti rajanamirajai, tulang, rajabolon dari
JBPL  ke  JBPP,  pamarai  dari  JBPP  ke  Pamarai,    amangboru  dari  JBPP  ke JBPL,  pronomina  hamu  dari  JBPP  ke  JBPL,  JBPL  ke  BHS,  BHS  ke  JBPL,
bapatua dari BHS ke OM, hahadoli dari BHS ke OD,  pamoruon dari DTSS ke JBPL, dan JBPL ke BHS, tulang dari JBPL ke JBPP, dari JBPL ke DTSS,
JBPL  ke  TS,  dari  JBPP  ke  TS,    serta  BHS  ke  TS,  raja  dongan  sahuta  dari BHS ke PKPP,  amang dari TS ke JBPL, damang dari TS ke BHS, raja i dari
BHS ke RS, bapa dari RS ke DTSS, dan dari DTSS ke DTSM, 2   Kaidah kedua yaitu PBM
3 Kaidah ketiga yaitu PSM
Topik 4: tintin marangkup
Topik  percakapan  keempat  dimulai  oleh  JBPP  dan  merujuk  penutur berikutnya  JBPL  dengan  panggilan  amangboru.  Kemudian  JBPP  melanjutkan
percakapan  tanpa  ada  rujukan.  Kemudian  secara  berturut-turut  JBPL,  JBPP,  dan kemudian JBPL kembali melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dari penutur
sebelumnya. Alokasi gilir bicara pada topik keempat digambarkan seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
1                       2                   3                    4                  5 PSMPB           PSM               PBM             PSM            PBM
JBPP              JBPL            JBPP            JBPL             JBPP            JBPL amangboru
6 PBMPS
JBPL                   JBPP rajanami
Komponen  alokasi  gilir  bicara  pada  topik  4  ini  terdiri  dari  3  komponen alokasi gilir bicara yaitu :
1  Kaidah  pertama  yaitu  PSMPB. Penunjukan  atau  rujukan  dari  penutur
sebelumnya  JBPP  kepada  penutur  berikutnya  JBPL  ditandai  dengan penggunaan kata panggilan amangboru..
2  Kaidah kedua yaitu PBM. 3 Kaidah ketiga yaitu PSM.
Topik 5: ulos tongos sadari
Topik  percakapan  kelima  dimulai  oleh  JBPP  dan  diteruskan  kepada penutur berikutnya yaitu JBPL dengan rujukan panggilan amangboru.  Kemudian
JBPL meneruskan ke penutur sebelumnya JBPP dengan menggunakan pronomina hamu.  JBPP  kembali  merujuk  JBPL  dengan  panggilan  amangboru  dan  JBPL
merujuk  JBPP  dengan  panggilan  rajanami.  Kemudian  JBPP  meneruskan percakapan  ke  JBPL  dengan  panggilan  yang  sama  yaitu  amangboru.  JBPL
Universitas Sumatera Utara
melanjutkan  percakapan  ke  JBPP  dengan  rujukan  pronomina  hamu,  JBPP  ke JBPL  dengan  panggilan  yang  sama  lagi  yaitu  amangboru.  Kemudian  JBPP
melanjutkan  percakapan  tanpa  ada  rujukan  sebelumnya  dan  kemudian meneruskan  percakapan  kepada  JBPL  dengan  panggilan  amangboru.  JBPL
kembali  melanjutkan  percakapan  ke  JBPP  dengan  panggilan  rajanami  dan  JBPP ke JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan
ke JBPP dengan rujukan pronominal hamu JBPP kembali meneruskan percakapan ke JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian secara berturut-turut JBPP dan
JBPL  melanjutkan  percakapan  tanpa  ada  rujukan.  Kemudian  penutur  berikutnya BHN  meneruskan  percakapan  ke  JBPP  dengan  panggilan  hula-hula  dan
melanjutkan  percakapan  tanpa  ada  rujukan.  Kemudian  BHN  mengakhiri percakapan tanpa ada rujukan sebelumnya.
Alokasi gilir bicara pada topik kelima digambarkan seperti berikut : 1                       2                   3                    4                  5
PSMPB           PBMPS        PSMPB        PBMPS         PSMPB JBPP              JBPL            JBPP            JBPL             JBPP            JBPL
amangboru        hamu        amangboru      rajanami        amangboru
6                 7                    8                     9                    10 PBMPS       PSMPB            PSM           PSMPB          PBMPS
JBPL           JBPP         JBPL               JBPP               JBPL              JBPP hamu      amangboru                            amangboru      rajanami
11                   12                    13               14                  15 PSMPB          PBMPS          PSMPB       PBMPS         PSMPB
JBPP               JBPL              JBPP           JBPL             JBPP              JBPL amangboru      rajanami      amangboru      hamu          amangboru
Universitas Sumatera Utara
16                   17                    18                     19              20 PSM               PBM                PSM               PBM           PSM
JBPL             JBPP                JBPL                JBPP          JBPL            JBPP rajanami
21                22                    23                    24                 25 PBM           PSM                PBM                PSM              PBM
JBPP           JBPL               JBPP               JBPL              JBPP            JBPL 26                27                    28                    29                 30
PSM           PBM                PBMPS                PBM              PSM JBPL          JBPP               JBPL               JBPP              JBPL            JBPP
rajanami
31                32                        33                     34 PBM           PBMPS               PBM                 PSM
JBPP            BHN                 JBPP                BHN                JBPP hula-hula
Komponen  alokasi  gilir  bicara  pada  topik  kelima  ini  terdiri  dari  3 komponen alokasi gilir bicara yaitu :
1 Kaidah pertama yaitu bentuk PSMPB, PBMPS, dan PBMPB. Penunjukan atau
rujukan  kepada  penutur  berikutnya  ditandai  dengan  penggunaan  kata panggilan amangboru dari JBPP ke JBPL, rajanami dan pronomina hamu dari
JBPL ke JBPP, hula-hula dari BHN ke JBPP. 2  Kaidah kedua yaitu PBM.
3  Kaidah ketiga yaitu PSM.
Universitas Sumatera Utara
Topik 6: olop-olop
Topik  percakapan  keenam  dimulai  oleh  JBPL  dan  diteruskan  kepada penutur  berikutnya  yaitu  JBPP  dengan  rujukan  panggilan  rajanami.    Kemudian
JBPP meneruskan percakapan ke penutur sebelumnya JBPL dengan menggunakan rujukan  pronomina  hamu.  JBPL  kembali  merujuk  JBPP  dengan  panggilan
rajanami.  Kemudian  JBPP  meneruskan  percakapan  ke  PKSM  dengan  panggilan dongan sahuta. Percakapan diakhiri oleh JBPP tanpa ada rujukan.
Alokasi gilir bicara pada topik keenam digambarkan seperti berikut: 1                 2                   3                    4                       5
PSMPB         PBMPS      PSMPB             PSMPB            PBM JBPL           JBPP         JBPL               JBPP               PKSM               JBPP
rajanami    hamu        rajanami         dongan sahuta
6                          7                        8                        9 PBM               PBMPB              PBMPB              PBM
JBPP                   PKSM                    H                   PKSM              H hadirin                   hita
Komponen  alokasi  gilir  bicara  pada  topik  keenam  terdiri  dari  2  komponen alokasi gilir bicara yaitu :
1. Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPS dan
c PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai
dengan  penggunaan  kata-kata  panggilan seperti  raja  nami  dari  JBPP  ke
JBPL, hamu dari JBPP ke JBPL, dan  dongan sahuta dari JBPP ke PKSM. 2.
Kaidah kedua yaitu PBM
Universitas Sumatera Utara
Topik 7: paulak une
Topik  percakapan  ketujuh  dimulai  oleh  JBPL  dan  diteruskan  kepada penutur  berikutnya  yaitu  JBPP  dengan  rujukan  panggilan  rajanami.    Kemudian
JBPP  meneruskan  percakapan  ke  penutur  sebelumnya  JBPL  dengan  panggilan bona  hasuhutan.  Selanjutnya  JBPL  merujuk  JBPP  lagi  dengan  panggilan  hula-
hula.  JBPP  meneruskan  percakapan  ke  penutur  sebelumnya  JBPL  dengan panggilan  amangboru.  Kembali  JBPL  melanjutkan  percakapan  kepada  JBPP
dengan  panggilan  raja  i  dan  kemudian  JBPP  meneruskan  kembali  ke  JBPL dengan panggilan amangboru. Topik percakapan diakhiri oleh JBPP tanpa adanya
rujukan.
Alokasi gilir bicara pada topik ketujuh digambarkan seperti berikut:
1                     2                         3                    4                  5 PSMPB            PBMPS              PSMPB          PBMPS       PSMPB
JBPL           JBPP                     JBPL            JBPP               JBPL        JBPP rajanami    bona hasuhutan    hula-hula       amangboru         raja i
6                      7                       8 PBMPS              PBM              PBMPS
JBPP              JBPL                JBPP              JBPL Amangboru                           amangboru
Komponen alokasi gilir bicara pada topik ketujuh terdiri dari 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu :
1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS.
Penunjukan  atau  rujukan  dari  penutur  sebelumnya  kepada  penutur berikutnya  ditandai  dengan  penggunaan  kata-kata  panggilan
seperti  raja
Universitas Sumatera Utara
nami,  tulang  dan  hula-hula  dari  JBPL  ke  JBPP,  bona  hasuhutan  dan amangboru dari JBPP ke JBPL.
2 Kaidah kedua yaitu PBM
Topik 8 : tingkir tangga
Topik  percakapan  kedelapan  dimulai  oleh  JBPP  dan  diteruskan  kepada penutur berikutnya yaitu JBPL dengan rujukan panggilan amangboru.  Kemudian
JBPP meneruskan percakapan tanpa ada rujukan dan demikian juga dengan JBPL. Selanjutnya  JBPP  meneruskan  percakapan  lagi  tanpa  rujukan  dan  kemudian
melanjutkan  percakapan  ke  penutur  berikutnya  JBPL  dengan  panggilan amangboru.  Percakapan  diakhiri  oleh  JBPL  dengan  merujuk  ke  JBPP  dengan
panggilan raja itulang.
Alokasi gilir bicara pada topik kedelapan digambarkan seperti berikut:
1                     2                  3                    4                  5 PSMPB             PSM              PBM               PSM       PSMPB
JBPP           JBPL                JBPP            JBPL               JBPP        JBPL amangboru                                                                   amangboru
6 PBMPS
JBPL               JBPP raja itulang
Komponen  alokasi  gilir  bicara  pada  topik  kedelapan  terdiri  dari  3 komponen alokasi gilir bicara yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS.
Penunjukan  atau  rujukan  dari  penutur  sebelumnya  kepada  penutur berikutnya  ditandai  dengan  penggunaan  kata-kata  panggilan
seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, dan raja itulang dari JBPL ke JBPP.
2 Kaidah kedua yaitu PBM.
3 Kaidah ketiga yaitu PSM.
Topik 9 : mangampu
Topik  percakapan  kesembilan  dimulai  oleh  JBPP  dan  diteruskan  kepada penutur berikutnya yaitu BHN dengan rujukan panggilan amangboru.
Komponen  alokasi  gilir  bicara  pada  topik  kesembilan  mengaplikasikan komponen  alokasi  gilir  bicara  kaidah  yang  pertama  yaitu  PSMPB  dengan
menggunakan kata rujukan amangboru yang digambarkan seperti berikut:
1 PSMPB
JBPP                  BHN amangboru
4.2.3.2 Temuan Analisis Gilir Bicara Situasi Tutur Marunjuk