Analisis Gilir Bicara Situasi Tutur Marunjuk

topik nomor 9 tentang mangampu „ucapan terimakasih‟ yang hanya menggunakan satu kali gilir gilir bicara. Dari seluruh topik marhata yang dibicarakan dalam situasi tutur marunjuk, kaidah pertama PSMPB, PBMPS, dan PBMPB adalah lebih dominan daripada dua kaidah lainnya yaitu PBM dan PSM. Kaidah pertama 67 dan dua kaidah lainnya masing-masing adalah 24 dan 9. Hal ini menunjukkan bahwa dalam marhata pada situasi tutur marunjuk juga gilir bicara lebih dominan dengan merujuk penutur berikutnya dengan menggunakan istilah kekerabatan kinship system sehingga ketika proses percakapan itu berlangsung, tidak ada interupsi maupun tumpang tindih.

4.2.3.1 Analisis Gilir Bicara Situasi Tutur Marunjuk

Sama halnya dengan analisis gilir bicara pada situasi tutur marhusip dan marpudunsaut, teori yang diaplikasikan untuk membedah gilir bicara pada situasi marunjuk adalah teori menurut Sacks, et.al 1974. Berikut adalah analisis alokasi gilir bicara pada setiap topik-topik marhata situasi tutur marunjuk. Topik 1: paborhat pinggan panungkunan Topik percakapan pertama dimulai oleh JBPL dan merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan rujukan pronomina hamu. Penutur berikutnya JBPP melanjutkan percakapan tanpa rujukan sebelumnya dan merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru dan JBPL merujuk JBPP dengan Universitas Sumatera Utara panggilan raja bolon. Kembali JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan yang sama yaitu dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan tanpa rujukan dan juga melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL juga melanjutkan percakapan ke JBPP dengan menggunakan rujukan Rajanami. Penutur berikutnya JBPP mengakhiri topik percakapan ke penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru. Alokasi gilir bicara pada topik pertama digambarkan seperti berikut : 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PBM PBMPS PSMPB JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami hamu amangboru raja bolon 6 7 8 9 10 PBMPS PBM PBMPS PSMPB PBMPS JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru amangboru rajanami amangboru Komponen alokasi gilir bicara pada topik pertama terdiri atas 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu : 1 Kaidah pertama yang terdiri atas 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPB. penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya atau sebelumnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPL ke JBPP, pronomina hamu dari JBPP ke JBPL,dan rajanamirajabolon dari JBPP ke JBPL 2 Kaidah kedua yaitu PBM Universitas Sumatera Utara Topik 2: pasahathon adat na gok Topik percakapan kedua dimulai oleh JBPL dan merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan rujukan amangboru. Penutur sebelumnya JBPL melanjutkan percakapan dengan rujukan panggilan tulang kepada JBPP. Kembali JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan pengunaan pronominal muna. JBPL juga melanjutkan percakapan ke JBPP dengan menggunakan rujukan rajanami. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan rujukan yang sama yaitu panggilan amangboru dan JBPL melanjutkan kembali dengan merujuk JBPP dengan panggilan yang sama juga yaitu rajanami demikian juga halnya dengan JBPP dengan panggilan amangboru. Penutur sebelumnya JBPL melanjutkan percakapan ke penutur berikutnya JBPL dengan panggilan tulang. Penutur berikutnya JBPP menutup topik percakapan dengan memberikan umpasa „peribahasa‟ kepada pihak JBPL dengan rujukan amangboru. Alokasi gilir bicara pada topik kedua digambarkan seperti berikut : 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami amangboru tulang muna rajanami 6 7 8 9 10 PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru rajanami amangboru rajanami amangboru Universitas Sumatera Utara 11 12 PSMPB PBMPS JBPL JBPP JBPL tulang amangboru Komponen alokasi gilir bicara pada topik kedua terdiri dari 1 komponen alokasi gilir bicara yaitu kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya atau sebelumnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPL ke JBPP, pronomina hamu dari JBPP ke JBPL, dan rajanamirajabolon dari JBPP ke JBPL Topik 3: panandaion Topik percakapan ketiga dimulai oleh JBPL dan merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur berikutnya yaitu Pamarai dengan rujukan panggilan pamarai. Penutur sebelumnya JBPL, penutur berikutnya Parorot melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Kembali JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan juga dan kemudian merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan raja bolon. Kemudian JBPP meneruskan percakapan ke penutur berikutnya BHS dengan panggilan rajanami dan selanjutnya melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL dengan penggunaan pronomina hamu. BHS melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian meneruskan percakapan ke JBPL dengan rujukan panggilan amangboru. JBPL melanjutkan percakapan ke BHS dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan rujukan pronominal hamu. BHS melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian meneruskannya ke penutur berikutnya QM dengan panggilan bapatua. Setelah itu BHS kembali melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian meneruskannya ke penutur berikutnya OD dengan rujukan hahadoli. BHS kembali melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian melanjutkannya ke penutur berikutnya DTSS dengan panggilan dongan tubu dan DTSS melanjutkan percakapan ke penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan pamoruon dan JBPL melanjutkan percakapan ke DTSS dengan panggilan tulang. DTSS melanjutkan percakapan ke JBPL dengan menggunakan pronomina hamu dan kemudian BHS melanjutkannya tanpa ada rujukan. Kemudian BHS menerusan percakapan ke JBPL dengan panggilan amangboru. BHS melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskannya ke JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL melanjutkan percakapan ke BHS dengan panggilan rajanami dan BHS ke JBPP dengan panggilan raja dongan sahuta. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskannya ke JBPL dengan menggunakan pronominal hamu. JBPL melanjutkan percakapan ke penutur berikutnya TS dengan panggilan tulang dan TS ke JBPL dengan panggilan amang. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan ke TS dengan rujukan panggilan tulang. TS melanjutkan percakapan ke BHS dengan rujukan panggilan amang dan BHS ke TS dengan panggilan tulang. Setelah itu BHS melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan selanjutnya meneruskannya ke JBPL dengan pengunaan pronomina hamu. BHS melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskannya ke penutur berikutnya RS dengan panggilan rajanami, RS ke Universitas Sumatera Utara DTSS dengan panggilan bapa, DTSS ke DTSM dengan panggilan bapa juga, DTSM ke JBPP dengan menggunakan pronomina hamu. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL dengan panggilan amangboru, JBPL ke JBPP dengan panggilan tulang. Kembali JBPP melanjutkan percakapan ke JBPL namun dengan menggunakan pronomina hamu dan JBPL ke JBPP dengan panggilan yang sama yaitu tulang, JBPP ke JBPL dengan panggilan amangboru dan JBPP melanjutkan tanpa ada rujukan. Percakapan tentang topik ini diakhiri oleh JBPP dengan merujuk JBPL dengan panggilan yang sama yaitu amangboru. Alokasi gilir bicara pada topik ketiga digambarkan seperti berikut : 1 2 3 4 PSMPB PBMPB PBM PBM JBPL JBPP PAMARAI JBPP PAROROT rajanami pamarai 5 6 7 8 9 PBM PSMPB PBMPB PBM PBMPS PAROROT JBPL JBPP BHS JBPP JBPL rajabolon rajanami hamu 10 11 12 13 14 PBM PBMPS PSMPB PBMPS PBM JBPL BHS JBPL BHS JBPL BHS amangboru hamu hamu 15 16 17 18 19 PBMPB PBM PBMPB PBM PBMPB BHS QM BHS OD BHS DTSS bapatua hahadoli dongan tubu Universitas Sumatera Utara 20 21 22 23 24 PBMPS PSMPB PBMPS PBM PBMPS DTSS JBPL DTSS JBPL BHS JBPL pamoruon tulang hamu amangboru 25 26 27 28 29 PBM PBMPS PSMPB PBMPB PBM JBPL BHS JBPL BHS PKPP JBPP amangboru rajanami dongan sahuta 30 31 32 33 34 35 PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB PBMPB PBMPB JBPP JBPL TS JBPL TS BHS TS hamu tulang amang tulang amang tulang 36 37 38 39 40 41 PBM PBMPS PBM PBMPB PBMPB PBMPB TS BHS JBPL BHS RS DTSS DTSM hamu rajanami bapa bapa 42 43 44 45 46 PBMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB DTSM JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP hamuna amangboru tulang hamu tulang 47 48 49 PBMPS PBM PBMPS JBPP JBPL JBPP JBPL amangboaru amangboru Universitas Sumatera Utara Komponen alokasi gilir bicara pada topik 3 ini terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu : 1 Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPB, dan c PBMPS. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti rajanamirajai, tulang, rajabolon dari JBPL ke JBPP, pamarai dari JBPP ke Pamarai, amangboru dari JBPP ke JBPL, pronomina hamu dari JBPP ke JBPL, JBPL ke BHS, BHS ke JBPL, bapatua dari BHS ke OM, hahadoli dari BHS ke OD, pamoruon dari DTSS ke JBPL, dan JBPL ke BHS, tulang dari JBPL ke JBPP, dari JBPL ke DTSS, JBPL ke TS, dari JBPP ke TS, serta BHS ke TS, raja dongan sahuta dari BHS ke PKPP, amang dari TS ke JBPL, damang dari TS ke BHS, raja i dari BHS ke RS, bapa dari RS ke DTSS, dan dari DTSS ke DTSM, 2 Kaidah kedua yaitu PBM 3 Kaidah ketiga yaitu PSM Topik 4: tintin marangkup Topik percakapan keempat dimulai oleh JBPP dan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Kemudian secara berturut-turut JBPL, JBPP, dan kemudian JBPL kembali melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dari penutur sebelumnya. Alokasi gilir bicara pada topik keempat digambarkan seperti berikut : Universitas Sumatera Utara 1 2 3 4 5 PSMPB PSM PBM PSM PBM JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru 6 PBMPS JBPL JBPP rajanami Komponen alokasi gilir bicara pada topik 4 ini terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu : 1 Kaidah pertama yaitu PSMPB. Penunjukan atau rujukan dari penutur sebelumnya JBPP kepada penutur berikutnya JBPL ditandai dengan penggunaan kata panggilan amangboru.. 2 Kaidah kedua yaitu PBM. 3 Kaidah ketiga yaitu PSM. Topik 5: ulos tongos sadari Topik percakapan kelima dimulai oleh JBPP dan diteruskan kepada penutur berikutnya yaitu JBPL dengan rujukan panggilan amangboru. Kemudian JBPL meneruskan ke penutur sebelumnya JBPP dengan menggunakan pronomina hamu. JBPP kembali merujuk JBPL dengan panggilan amangboru dan JBPL merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP meneruskan percakapan ke JBPL dengan panggilan yang sama yaitu amangboru. JBPL Universitas Sumatera Utara melanjutkan percakapan ke JBPP dengan rujukan pronomina hamu, JBPP ke JBPL dengan panggilan yang sama lagi yaitu amangboru. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan sebelumnya dan kemudian meneruskan percakapan kepada JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL kembali melanjutkan percakapan ke JBPP dengan panggilan rajanami dan JBPP ke JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan ke JBPP dengan rujukan pronominal hamu JBPP kembali meneruskan percakapan ke JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian secara berturut-turut JBPP dan JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Kemudian penutur berikutnya BHN meneruskan percakapan ke JBPP dengan panggilan hula-hula dan melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan. Kemudian BHN mengakhiri percakapan tanpa ada rujukan sebelumnya. Alokasi gilir bicara pada topik kelima digambarkan seperti berikut : 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru hamu amangboru rajanami amangboru 6 7 8 9 10 PBMPS PSMPB PSM PSMPB PBMPS JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP hamu amangboru amangboru rajanami 11 12 13 14 15 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru rajanami amangboru hamu amangboru Universitas Sumatera Utara 16 17 18 19 20 PSM PBM PSM PBM PSM JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami 21 22 23 24 25 PBM PSM PBM PSM PBM JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL 26 27 28 29 30 PSM PBM PBMPS PBM PSM JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami 31 32 33 34 PBM PBMPS PBM PSM JBPP BHN JBPP BHN JBPP hula-hula Komponen alokasi gilir bicara pada topik kelima ini terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu : 1 Kaidah pertama yaitu bentuk PSMPB, PBMPS, dan PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata panggilan amangboru dari JBPP ke JBPL, rajanami dan pronomina hamu dari JBPL ke JBPP, hula-hula dari BHN ke JBPP. 2 Kaidah kedua yaitu PBM. 3 Kaidah ketiga yaitu PSM. Universitas Sumatera Utara Topik 6: olop-olop Topik percakapan keenam dimulai oleh JBPL dan diteruskan kepada penutur berikutnya yaitu JBPP dengan rujukan panggilan rajanami. Kemudian JBPP meneruskan percakapan ke penutur sebelumnya JBPL dengan menggunakan rujukan pronomina hamu. JBPL kembali merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP meneruskan percakapan ke PKSM dengan panggilan dongan sahuta. Percakapan diakhiri oleh JBPP tanpa ada rujukan. Alokasi gilir bicara pada topik keenam digambarkan seperti berikut: 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PSMPB PBM JBPL JBPP JBPL JBPP PKSM JBPP rajanami hamu rajanami dongan sahuta 6 7 8 9 PBM PBMPB PBMPB PBM JBPP PKSM H PKSM H hadirin hita Komponen alokasi gilir bicara pada topik keenam terdiri dari 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu : 1. Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPS dan c PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti raja nami dari JBPP ke JBPL, hamu dari JBPP ke JBPL, dan dongan sahuta dari JBPP ke PKSM. 2. Kaidah kedua yaitu PBM Universitas Sumatera Utara Topik 7: paulak une Topik percakapan ketujuh dimulai oleh JBPL dan diteruskan kepada penutur berikutnya yaitu JBPP dengan rujukan panggilan rajanami. Kemudian JBPP meneruskan percakapan ke penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan bona hasuhutan. Selanjutnya JBPL merujuk JBPP lagi dengan panggilan hula- hula. JBPP meneruskan percakapan ke penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kembali JBPL melanjutkan percakapan kepada JBPP dengan panggilan raja i dan kemudian JBPP meneruskan kembali ke JBPL dengan panggilan amangboru. Topik percakapan diakhiri oleh JBPP tanpa adanya rujukan. Alokasi gilir bicara pada topik ketujuh digambarkan seperti berikut: 1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami bona hasuhutan hula-hula amangboru raja i 6 7 8 PBMPS PBM PBMPS JBPP JBPL JBPP JBPL Amangboru amangboru Komponen alokasi gilir bicara pada topik ketujuh terdiri dari 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu : 1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS. Penunjukan atau rujukan dari penutur sebelumnya kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti raja Universitas Sumatera Utara nami, tulang dan hula-hula dari JBPL ke JBPP, bona hasuhutan dan amangboru dari JBPP ke JBPL. 2 Kaidah kedua yaitu PBM Topik 8 : tingkir tangga Topik percakapan kedelapan dimulai oleh JBPP dan diteruskan kepada penutur berikutnya yaitu JBPL dengan rujukan panggilan amangboru. Kemudian JBPP meneruskan percakapan tanpa ada rujukan dan demikian juga dengan JBPL. Selanjutnya JBPP meneruskan percakapan lagi tanpa rujukan dan kemudian melanjutkan percakapan ke penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru. Percakapan diakhiri oleh JBPL dengan merujuk ke JBPP dengan panggilan raja itulang. Alokasi gilir bicara pada topik kedelapan digambarkan seperti berikut: 1 2 3 4 5 PSMPB PSM PBM PSM PSMPB JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru amangboru 6 PBMPS JBPL JBPP raja itulang Komponen alokasi gilir bicara pada topik kedelapan terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu : Universitas Sumatera Utara 1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS. Penunjukan atau rujukan dari penutur sebelumnya kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, dan raja itulang dari JBPL ke JBPP. 2 Kaidah kedua yaitu PBM. 3 Kaidah ketiga yaitu PSM. Topik 9 : mangampu Topik percakapan kesembilan dimulai oleh JBPP dan diteruskan kepada penutur berikutnya yaitu BHN dengan rujukan panggilan amangboru. Komponen alokasi gilir bicara pada topik kesembilan mengaplikasikan komponen alokasi gilir bicara kaidah yang pertama yaitu PSMPB dengan menggunakan kata rujukan amangboru yang digambarkan seperti berikut: 1 PSMPB JBPP BHN amangboru

4.2.3.2 Temuan Analisis Gilir Bicara Situasi Tutur Marunjuk