Dari delapan topik marhata, komponen alokasi gilir bicara yang paling dominan adalah komponen kaidah pertama yaitu penutur merujuk penutur
berikutnya sebanyak 74. ketika membicarakan topik nomor 2 yaitu tentang sipasahaton sinamot
„mahar‟ yaitu sebanyak 28 kali gilir bicara. Ketika topik ini dibicarakan, ketiga kaidah gilir bicara diaplikasikan, namun kaidah yang paling
dominan adalah kaidah yang pertama yaitu PSMPB dan yang paling sedikit adalah kaidah kedua yaitu PBM. Sebaliknya, topik marhata yang paling sedikit
mengambil alokasi gilir bicara adalah percakapan topik nomor 4 tentang rencana tanggal martumpol yaitu sebanyak 5 kali gilir bicara. Pada saat topik ini
didiskusikan, kaidah pertama dan kedua digunakan, namun kaidah pertama PSMPB dan PBMPS merupakan kaidah yang lebih dominan, sedangkan kaidah
kedua PBM lebih sedikit. Dari seluruh topik marhata yang dibicarakan dalam situasi tutur marhusip, kaidah pertama adalah lebih dominan daripada dua kaidah
lainnya yaitu PBM dan PSM. Kaidah pertama 74 dan dua kaidah lainnya masing-masing 13. Perbedaannya cukup tinggi yaitu 61. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam marhata pada situasi tutur marhusip gilir bicara lebih dominan dengan merujuk penutur berikutnya dengan menggunakan istilah yang dikenal
dengan istilah kekerabatan kinship system sehingga ketika proses percakapan itu berlangsung, tidak ada interupsi maupun tumpang tindih.
4.2.1.1 Analisis Gilir Bicara Situasi Tutur Marhusip
Seperti dijelaskan dalam bab sebelummya, teori yang dipakai untuk membedah gilir bicara adalah teori menurut Sacks, et.al 1974 yang menyatakan
bahwa gilir bicara merupakan suatu proses berinteraksi untuk melakukan hak dan
Universitas Sumatera Utara
kewajibannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang interaktif. Bentuk gilir bicara tersebut terdiri dari dua 2 komponen, yaitu konstruksi gilir bicara turn-
construction component dan komponen alokasi gilir bicara turn allocational component.
Komponen konstruksi gilir bicara menggambarkan unit dasar yang membentuk gilir bicara. Komponen yang membentuk gilir bicara tersebut meliputi
komponen kata, frasa dan kalimat. Komponen ini dianalisis dari tindak tutur berdasarkan perspektif pragmatik. Bentuk struktur dasar tindak tutur secara umum
terdiri dari 3 kalimat yaitu kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Dari sudut pandang pragmatik, ketiga bentuk kalimat ini memiliki fungsi komunikatif untuk
menyatakanpernyataan, bertanya, dan memerintah.. Komponen alokasi gilir bicara yang diaplikasikan menggambarkan
bagaimana gilir bicara tersebut dialokasikan di antara para penutur. Gilir bicara mengikuti tiga 3 kaidah dasar yaitu:
1 jika pergantian tutur itu telah ditentukan dengan menunjuk pembicara berikutnya, peserta yang ditunjuk itulah yang berhak untuk berbicara pada
giliran berikutnya current speaker selects next speaker, 2 jika pergantian tutur tidak ditentukan sebelumnya, peserta percakapan itu akan
menentukan sendiri siapa yang harus berbicara pada giliran berikutnya setelah pembicara terdahulu memberikan kesempatan pada peserta lainnya
next speaker self-selects as next, dan 3 jika pergantian tutur tidak ditentukan sebelumnya dan peserta yang lain tidak
Universitas Sumatera Utara
mengambil inisiatif untuk menjadi pembicara, pembicara yang terdahulu dapat melanjutkan pembicaraannya tetapi dia tidak diwajibkan melakukannya
Current Speaker Continues. Pola gilir bicara dianalisis sesuai dengan topik percakapan bagian isi
struktur percakapan. Dalam situasi tutur marhusip terdapat 8 topik percakapan yang dianalisis berdasarkan komponen alokasi gilir bicara.
Berikut ini adalah analisis pola gilir bicara topik-topik marhata situasi tutur marhusip pada upacara adat perkawinan Batak Toba.
Topik 1 : manise
Data pada topik pertama menunjukkan percakapan dimulai JBPP sebagai penutur sebelumnya JBPP. Pergantian tutur dimulai dengan merujuk penutur
berikutnya yaitu PK Penatua Kampung. Pergantian ini ditandai dengan penggunaan kata panggilan
‟raja dongan sahuta‟ dalam kalimat pernyataan Hupasahat hami ma tu hamu raja dongan sahuta nami. Dalam Bahasa Batak
Toba Dongan Sahuta adalah teman satu STM yang ikut memiliki peranan untuk bicara dalam setiap acara adat Batak Toba. Kemudian PK merujuk penutur
berikutnya yaitu JBPL Pergantian tutur ini dinyatakan dengan rujukan hamu kepada JBPL dalam kalimat Perintah
‟Tangkas ma paboa hamu haroan na uli sibegeon ni sipareon dohot sipeopon ni roha, dan kemudian JBPL melanjutkan
percakapan dengan merujuk ke PK dengan panggilan raja nami dalam kalimat pernyataan ‟Ianggo haroro nami raja namitu pangabean parhorasan do raja
nami‟.. Kemudian PK melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPL dengan rujukan tutur nami dalam bentuk kalimat perintah
‟Ditangkas ni panggabean
Universitas Sumatera Utara
parhorasan i ba dipatangkas tutur nami ma asa tangkas hubege hami‟. JBPL melanjutkan percakapan dan merujuk PK kembali melanjutkan percakapan
dengan rujukan Raja i dalam kalimat pernyataan ‟Ba adong saotik ulaon
pardonganon anak nami, ba ido na naeng sipaboaon tu Raja i. PK melanjutkan percakapan dengan merujuk ke penutur sebelumnya JBPP dengan panggilan
hamu dengan kalimat pernyataan ‟Tarsongoni ma boa-boa ni tutur ta sian Siantar,
pinasahat ma tu hamu. Penutur sebelumnya JBPP melanjutkan percakapan ke PK dengan sebutan hamuna
dalam kalimat pernyataan ‟Jadi boru ni dongan sahuta nami do antong
sungkunon nami di jolo ni natorasna‟. Kemudian penutur sebelumnya melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur berikutnya PK
dengan panggilan raja dongan sahuta dalam kalimat pernyataan ‟Olo raja dongan
sahuta nami ‟. Kembali PK melanjutkan percakapan dalam bentuk pertanyaan
‟Didia borunta i? Penutur sebelumnya JBPP melanjutkan percakapan ke penutur berikutnya dengan rujukan boru dalam kalimat pertanyaan. Penutur berikutnya PP
melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dengan menggunakan kalimat pernyataan
‟Iya‟. Kemudian penutur sebelumnya JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan sebutan hamu dalam kalimat
perintah ‟Tong ma patangkas hamu nang bere nami‟. Pada akhir percakapan JBPL meneruskan percakapan ke PL dengan sebutan anak nami dengan kalimat
pertanyaan ‟Bagaimana dengan mu?‟. JBPL menutup percakapan dengan menggunakan kalimat pernyataan ‟Iya.‟
Alokasi pergantian gilir bicara topik pertama ini digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 2 3 4 5 PSMPB PBMPB PBMPB PBMPB PBMPB
JBPP PK JBPL PK JBPL PK
raja
dongan sahuta hamu rajanami tutur nami raja i
6 7 8 9 10 PBMPS PSMPB PSM PSMPB PSM
PK JBPP PK JBPP PK JBPP hamu rajanami raja dongan sahuta
11 12 13 14 PSMPB PSM PSMPB PBMPB
JBPP PP JBPP JBPL PP boru hamu anak nami
Berdasarkan analisis komponen alokasi gilir bicara pada topik pertama,
terdapat 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu: 1
Kaidah pertama yaitu pergantian tutur ditentukan dengan menunjuk atau merujuk pembicara berikutnya. Komponen alokasi gilir bicara pertama terdiri
dari tiga bentuk yaitu: a PSMPB Penutur Sebelumnya MerujukMenunjuk Penutur Berikutnya,
b PBMPS Penutur Berikutnya Merujuk Penutur Sebelumnya, c PBMPB Penutur Berikutnya Merujuk Penutur Berikutnya.
Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan
seperti dongan sahuta dari JBPP kepada PK, tutur nami dan muna dari PK ke JBPL, dan raja nami dari JBPL ke JBPP.
Kaidah ini ditandai dengan yang artinya merujuk penutur berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
2 Kaidah ketiga yaitu jika pergantian tutur tidak ditentukan sebelumnya dan
peserta yang lain tidak mengambil inisiatif untuk menjadi pembicara, pembicara yang terdahulu dapat melanjutkan pembicaraannya tetapi dia tidak
diwajibkan melakukannya Current Speaker Continues. Kaidah ini disebut dengan PSM Penutur Sebelumnya Melanjutkan tanpa ada rujukan
sebelumnya. Kaidah ini ditandai dengan yang artinya melanjutkan tanpa rujukan
Topik 2 : sipasahaton sinamot
Topik kedua dimulai oleh JBPP sebagai penutur sebelumnya dan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL merujuk
penutur sebelumnya JBPP dengan panggilan rajanami dan JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur JPPP dengan panggilan yang sama yaitu
amangboru dan JBPL melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPP dengan panggilan yang sama juga yaitu rajanami. Kemudian JBPL melanjutkan
percakapan tanpa ada rujukan dan melanjutkan percakapan ke penutur berikutnya PK dengan panggilan rajanami. Kemudian PK melanjutkan percakapan dengan
merujuk JBPP dengan rujukan hamuna. PK adalah rombongan dari JBPP sehingga pronomina hamuna dapat digunakan sebagai rujukan yang sopan kepada
JBPL. Kembali JBPL melanjutkan percakapan ke JBPP dengan panggilan rajanami dan JBPP ke JBPL dengan panggilan amangboru. Kemudian JBPL
melanjutkan percakapan kepada JBPP dengan rujukan rajanami dan JBPP melanjutkan percakapan ke pamarai dengan panggilan pamarai. Kemudian
Universitas Sumatera Utara
penutur sebelumnya JBPP melanjutkan tanpa rujukan dan kemudian merujuk JBPL dengan panggilan hamu. JBPL melanjutkan percakapan ke penutur
berikutnya PK dengan rujukan natua-tua ni huta dan JBPP melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian merujuk JBPL dengan panggilan
yang sama yaitu amangboru. JBPL melanjutkan percakapan ke JBPP dengan panggilan rajanami, kemudian JBPP melanjutkan percakapan ke teman
semarganya yaitu DT dengan panggilan bapatua, melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan, dan kemudian melanjutkan percakapan ke HELABORU dengan
panggilan helaboru. Kembali JBPP melanjutkan percakapan dengan merujuk penutur berikutnya PARIBAN dengan rujukan pariban, melanjutkan percakapan
tanpa ada rujukan, dan kemudian melanjutkan percakapan ke penutur berikutnya se-STMnya PK dengan panggilan dongan sahuta. Kemudian JBPP melanjutkan
percakapan tanpa ada rujukan dan merujuk JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL melanjutkan percakapan dengan merujuk JBPP dengan panggilan rajanami
dan JBPP kembali merujuk JBPL dengan rujukan amangboru. Alokasi pergantian gilir bicara topik 2 ini digambarkan sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PBM PBMPB
JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL PK amangboru rajanami amangboru rajanami rajanami
7 8 9 10 11 PBMPB PBMPB PSMPB PBMPS PSMPB
PK JBPL JBPP JBPL JBPP PAMARAI hamuna rajanami amangboru rajanami pamarai
Universitas Sumatera Utara
12 13 14 15 16 PSM PSMPB PBMPB PSM PSMPB
PAMARAI JBPP JBPL PK JBPP JBPL hamu natua-tua ni huta amangboru
17 18 19 20 21 PBMPS PSMPB PSM PSMPB PSM
JBPL JBPP DT JBPP BORUHELA JBPP rajanami bapatua boruhela
22 23 24 25 26
PSMPB PSM PSMPB PSM PSMPB JBPP PARIBAN JBPP PK JBPP JBPL
pariban dongan sahuta amangboru
27 28 PBMPS PSMPB
JBPL JBPP JBPL rajanami amangboru
Komponen alokasi gilir bicara pada topik kedua terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu:
1. Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu: a PSMPB, b PBMPS,
dan c PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya
ditandai dengan penggunaan kata-kata amangboru dari JBPP ke JBPL, rajanami dari JBPL ke JBPK dan dari JBPL ke PK, pronomina hamu -na
dari PK ke JBPL dan JBPP ke JBPL, pamarai dari JBPP ke Pamarai, natua-tua ni huta dari JBPL ke PK, bapatua dari JBPP ke DT, boruhela
Universitas Sumatera Utara
dari JBPP ke BoruHela, pariban dari JBPP ke Pariban, dan dongan sahuta dari JBPP ke PK.
2. Kaidah kedua yaitu PBM; jika pergantian tutur tidak ditentukan
sebelumnya, peserta percakapan itu akan menentukan sendiri siapa yang harus berbicara pada giliran berikutnya setelah pembicara terdahulu
memberikan kesempatan pada peserta lainnya next speaker self-selects as next
3. Kaidah ketiga yaitu PSM; jika pergantian tutur tidak ditentukan
sebelumnya dan peserta yang lain tidak mengambil inisiatif untuk menjadi pembicara, pembicara yang terdahulu dapat melanjutkan pembicaraannya
tetapi dia tidak diwajibkan melakukannya Current Speaker Continues. Kaidah ini disebut dengan PSM Penutur Sebelumnya Melanjutkan tanpa
ada rujukan sebelumnya.
Topik 3 : sipatupaon di martumpolulos
Topik percakapan ketiga dimulai oleh JBPP dan meneruskannya dengan merujuk penutur berikutnya JBPL dengan sebutan amangboru. Kemudian JBPL
merujuk penutur sebelumnya JBPP dengan ujaran raja i. JBPP merujuk penutur berikutnya JBPL dengan amangboru dan JBPL ke JBPP dengan rajanami.
Kemudian JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan merujuk JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPL melanjutkan tanpa ada rujukan.
Alokasi pergantian gilir bicara topik percakapan ketiga ini digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 2 3 4 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS
JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP amangboru rajanami amangboru rajanami
5 6 7 PBM PBMPS PSM
JBPP JBPL JBPP JBPL rajanami
Komponen alokasi gilir bicara pada topik ketiga ini terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu:
1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS.
Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan
seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, dan rajanami dari JBPL ke JBPL.
2 Kaidah kedua yaitu PBM
3 Kaidah ketiga yaitu PSM.
Topik 4 : rencana tanggal martumpol
Topik percakapan keempat dimulai oleh JBPP dan meneruskan percakapan dengan merujuk ke penutur berikutnya JBPL dengan pronomina
hamu. Kemudian JBPL merujuk penutur sebelumnya JBPP dengan ujaran raja i. JBPP merujuk penutur berikutnya JBPL dengan ujaran amangboru. Kemudian
PK dan JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan.
Universitas Sumatera Utara
Alokasi pergantian gilir bicara topik keempat ini digambarkan sebagai berikut :
1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBM PBM
JBPP JBPL JBPP JBPL PK JBPL hamu raja i amangboru
Komponen alokasi gilir bicara pada topik keempat terdiri dari 3 komponen alokasi gilir bicara yaitu:
1 Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB, b PBMPS, dan c
PBMPB. Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan
penggunaan kata-kata panggilan seperti amangboru dan hamu dari JBPP ke
JBPL, rajanami dari JBPL ke JBPP, raja bolon dari JBPL ke PK, hamuna dari PK ke JBPL, anggihu dari JBPP ke PAMARAI.
2. Kaidah kedua yaitu PBM
Topik 5: marsibuha-buhai
Topik percakapan kelima dimulai oleh JBPP dan meneruskannya kepada JBPL sebagai penutur berikutnya dengan paanggilan amangboru. Kemudian
JBPL merujuk penutur sebelumnya JBPP dengan ujaran raja i. Kemudian JBPL melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan meneruskannya kembali kepada
JBPP dengan rujukan pronomina hamuna. JBPP kembali meneruskan percakapan ke JBPL dengan rujukan pronomina hamu. JBPL melanjutkan percakapan ke
JBPP dengan panggilan rajanami dan JBPP dengan panggilan amangboru. Di akhir percakapan JBPL meneruskan percakapannya kepada JBPP dengan
panggilan rajanami.
Universitas Sumatera Utara
Alokasi pergantian gilir bicara topik kelima ini digambarkan sebagai berikut :
1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PBM PBMPS PSMPB
JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru raja i hamu muna
6 7 8 PBMPS PSMPB PBMPS
JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami amangboru raja i
Komponen alokasi gilir bicara pada topik percakapan kelima terdiri dari 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu:
1 Kaidah pertama yang terdiri dari 3 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS.
Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan
seperti amangboru dari JBPP ke JBPL, rajanami dari JBPL ke JBPP, dan hamu dari JBPL ke JBPP atau JBPP ke
JBPL. 2
Kaidah kedua yaitu PBM
Topik 6: panggoraansi rambe manis
Topik keenam dimulai oleh JBPL dengan merujuk ke penutur berikutnya JBPP dengan panggilan rajanami. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan
dengan merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL merujuk penutur berikutnya dengan pronomina hamu dan JBPP melanjutkan
Universitas Sumatera Utara
percakapan dengan merujuk ke JBPL dengan panggilan amangboru. Kembali JBPL melanjutkan percakapan ke JBPP dengan panggilan amangboru. Kemudian
JBPL mengakiri percakapan dengan merujuk JBPP dengan pronomina hita JBPL dan JBPP.
Alokasi pergantian gilir bicara topik keenam ini digambarkan sebagai berikut :
1 2 3 4 5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PSMPB
JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL JBPP rajanami amangboru hamu amangboru rajanami
6 7 PBMPS PSMPB
JBPP JBPL JBPP amangboru hita
Komponen alokasi gilir bicara pada topik keenam terdiri dari 1 komponen
alokasi gilir bicara yaitu kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS.
Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan
seperti rajanami dari JBPL ke JBPP, hamu dari JBPL ke JBPP, amangboru dari JBPP ke JBPL, dan hita dari
JBPL ke JBPP.
Topik 7: pinggan panganon
Topik ketujuh dimulai oleh JBPL dengan merujuk ke penutur berikutnya JBPP dengan pronomina hita. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan dengan
merujuk penutur sebelumnya JBPL dengan panggilan amangboru. JBPL merujuk
Universitas Sumatera Utara
penutur berikutnya JBPP dengan panggilan amangboru. Kemudian PK melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan diikuti oleh JBPL tanpa rujukan
juga. JBPL melanjutkan percakapan berikutnya dengan merujuk PK dengan panggilan rajanami. Pada akhir percakapan JBPP melanjutkan percakapan tanpa
ada rujukan sebelumnya. Alokasi pergantian gilir bicara topik ketujuh ini digambarkan sebagai
berikut : 1 2 3 4
5 PSMPB PBMPS PSMPB PBMPS PBM
JBPL JBPP JBPL JBPP JBPL PK hita amanagaboru Rajanami Amangboru
6 7 8 PBM PSMPB PBM
PK JBPL PK JBPP Rajanami
Komponen alokasi gilir bicara pada topik percakapan ketujuh terdiri dari 2 komponen alokasi gilir bicara yaitu:
1 Kaidah pertama yang terdiri dari 2 bentuk yaitu a PSMPB dan b PBMPS.
Penunjukan atau rujukan kepada penutur berikutnya ditandai dengan penggunaan kata-kata panggilan
seperti hita dari JBPL ke JBPP, amangboru dari JBPP ke JBPL, rajanami dari JBPL ke JBPP, dan hamu dari JBPL ke
JBPP atau JBPP ke JBPL. 2
Kaidah kedua yaitu PBM
Universitas Sumatera Utara
Topik 8 : jolma sijouon di martumpol
Topik percakapan kedelapan dimulai oleh PK dengan merujuk ke penutur berikutnya JBPL dengan pronomina hamu. Kemudian JBPL melanjutkan
percakapan dengan merujuk penutur berikutnya JBPP dengan panggilan rajanami. JBPP merujuk penutur berikutnya JBPL dengan pronomina hita. Kemudian PK
melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan dan kemudian melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan pronomina hamu. PK melanjutkan percakapan
berikutnya tanpa ada rujukan dan kembali melanjutkan percakapan ke JBPL dengan rujukan pronomina hamu. JBPL melanjutkan percakapan ke PK dengan
rujukan bapauda. JBPL melanjutkan kembali tanpa ada rujukan dan melanjutkan percakapan ke JBPP dengan rujukan pronomina hamu. JPBB melanjutkan
percakapan berikutnya kepada JBPL dengan rujukan panggilan amangboru. Kemudian JBPP melanjutkan percakapan tanpa ada rujukan sebelumnya dan
akhirnya mengakhiri percakapan dengan merujuk ke JBPL dengan panggilan amangboru.
Alokasi pergantian gilir bicara topik ketujuh ini digambarkan sebagai berikut :
1 2 3 4 5 PSMPB PBMPB PBMPB PSM PSMPB
PK JBPL JBPP JBPL PK JBPL hamu rajanami hita hamuna
6 7 8 9 10 PSM PSMPB PBM PSM PBMPB
JBPL PK JBPL PK JBPL JBPP hami bapauda hamu
Universitas Sumatera Utara
11 12 13 PBMPB PBM PBMPB
JBPP JBPL JBPP JBPL amangboru amangboru
4.2.1.2 Temuan Gilir Bicara Situasi Tutur Marhusip