18
2.2.3 Kajian Mengenai Struktur dan Perilaku Pasar
Struktur  pasar  yang  terbentuk  dalam  sistem  tataniaga  beberapa  komoditi hortikultura  pada  penelitian  terdahulu  bervariasi.  Beberapa  petani  menghadapi
struktur  pasar  yang  cenderung  oligopsoni  dengan  pertimbangan  jumlah  petani jauh  lebih  banyak  daripada  pedagang  pengumpul  dan  pedagang  bebas  untuk
menentukan  harga  Sihombing  2011;  Nurbayuto  2011.  Di  sisi  lain  petani  juga menghadapi  struktur  pasar  persaingan  sempurna  Peranginangin  2011;  Wacana
2011;  Utama  2011.  Lembaga  tataniaga  yang  berada  di  tingkat  desa  seperti pedagang  pengumpul  yang  membeli  produk  langsung  dari  petani  menghadapi
struktur pasar oligopoli Wacana 2011; Sihombing 2010, di samping itu beberapa pedagang pengumpul juga menghadapi pasar persaingan sempurna saat  membeli
produk  dari  petani  Peranginangin  2011;  Utama  2011.  Pedagang  pengumpul menghadapi pasar oligopsoni pada saat menjual produknya Peranginangin 2011.
Pedagang  besar,  Sub-Terminal  Agribisnis  STA,  supplier  dan  grosir  cenderung menghadapi  struktur  pasar  oligopoli  Peranginangin  2011,  Wacana  2011;  Utama
2011;  Sihombing  2010.  Di  sisi  lain,  pedagang  pengecer  menghadapi  pasar persaingan monopolistik Wacana; 2011 dan pasar persaingan sempurna Utama
2011; Nurbayuto 2011; Peranginangin; Sihombing 2010. Perilaku pasar dapat diamati pada aktivitas kerjasama yang dilakukan antar
lembaga  dalam  tataniaga  seperti  aktivitas  pembelian  dan  penjulan,  cara pembayaran,  sistem  penentuan  harga,  dan  aktivitas  lain  yang  terangkum  dalam
kerjasama  usaha  baik  sifatnya  lisan  asas  kepercayaan  maupun  tertulis  kontrak kerjasama. Petani berhak menjual produknya ke pedagang pengumpul ataupun ke
pengecer yang berani menghargai produk mereka dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena tidak ada keterikatan kontrak kerjasama yang terjadi, namun
terkadang  petani  sudah  memiliki  langganan  ikatan  sosial  pedagang  pengumpul dalam  menjual  produknya  Sihombing  2010;  Utama  2011;  Peranginangin  2011.
Sedangkan yang dilakukan lembaga tataniaga lainnya cukup bervariasi. Pedagang pengumpul  menjual  produk  yang  telah  dibeli  kepada  pedagang  pengumpul  yang
lebih besar  atau pedagang selanjutnya baik sifatnya  diatur dengan kontrak bisnis maupun  kontrak  sosial  langganan.  Sistem  ini  berlangsung  sepanjang  saluran
tataniaga sampai akhirnya produk diterima konsumen. Cara penentuan harga dan
19
pembayaran  juga  dilakukan  dengan  berbagai  cara.  Petani  dengan  pedagang pengumpul  melakukan  tawar  menawar  harga  hingga  mencapai  harga  yang
disepakati  bersama  Peranginangin  2011;  Wacana  2011,  harga  terkadang  juga lebih  dominan  ditentukan  oleh  pedagang  pengumpul  Utama  2011  karena
pedagang  pengumpul  lebih  mengetahui  informasi  pasar  dibandingkan  dengan petani.  Penentuan  harga  di  tingkat  lembaga  tataniaga  selanjutnya  dilakukan
dengan  tawar  menawar  antara  lembaga  tataniaga  walaupun  lembaga  tataniaga yang lebih tinggi lebih dominan menentukan harga karena mengetahui informasi
pasar  Sihombing  2010;  Utama  2011;  Peranginangin  2011.  Sistem  pembayaran yang  dilakukan  pada  setiap  lembaga  tataniaga  bervariasi  mulai  dari  pembayaran
secara  tunai  saat  barang  diterima,  pembayaran  dengan  uang  muka  sebagai kesepakatan  yang  nantinya  akan  dilunasi  sesuai  dengan  waktu  yang  disepakati
antar lembaga, dan pembayaran dengan sistem tunda bayar.
2.2.4 Kajian Mengenai Analisis Efisiensi Tataniaga