45
menjadi efisiensi operasional dan efisiensi harga Cramer dan Jensen 1991; Kohls dan Uhl, 2002.
Efisiensi suatu sistem tataniaga dapat ditingkatkan, diantaranya melalui dua cara berikut ini Asmarantaka 2009:
1 Perubahan sistem tataniaga melalui pengurangan biaya yang dikeluarkan
dalam menjalani fungsi-fungsi tataniaga tanpa mengakibatkan penurunan terhadap kepuasan yang diterima oleh konsumen.
2 Meningkatkan nilai guna dari produk yang dihasilkan dan dipasarkan tanpa
meningkatkan biaya tataniaga.
4.4.5.1 Analisis Marjin Tataniaga
Analisis marjin tataniaga salah satu indikator untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga tomat. Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan
harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga tataniaga yang terlibat. Marjin tataniaga juga dapat diperoleh dengan melihat perbedaan harga
yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Marjin tataniaga digunakan untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima oleh
masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Besarnya marjin pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan dan
keuntungan yang diperoleh oleh lembaga tataniaga. Secara matematis Limbong dan Sitorus 1985 merumuskan marjin tataniaga sebagai berikut:
M
i
= Ps
i
−−−−
Pb
i
atau
M
i
= C
i
+ π
i
Dan besarnya marjin tataniaga pada suatu saluran tataniaga dapat dirumuskan:
M
T
= ∑
i Keterangan: M
i
: Marjin tataniaga tingkat ke-i
Ps
i
: Harga jual pasar tingkat ke-i
Pb
i
: Harga beli pasar tingkat ke-i
C
i
: Biaya lembaga tataniaga ke-i
π
i
: Keuntungan tingkat tataniaga ke-i
i
: 1,2,3,...,n
M
T
: Marjin total
46
4.4.5.2 Analisis Farmer’s Share
Bagian pendapatan yang diterima petani farmer’s share merupakan presentase harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh
konsumen akhir. Secara matematis farmer’s share dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
= x 100
Keterangan: Fs : Farmer’s Share Pf
: Harga di tingkat petani Pr
: Harga di tingkat konsumen
Semakin tinggi harga yang dibayarkan oleh konsumen kepada lembaga tataniaga pedagang, maka persentase harga yang diterima oleh petani akan
semakin kecil, karena petani menjual produknya dengan harga yang relatif lebih rendah.
4.4.5.3 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Rasio keuntungan dan biaya analisis π
i
C
i
Rasio adalah presentase keuntungan tataniaga terhadap biaya tataniaga yang secara operasional digunakan
untuk mengetahui tingkat efisiensinya. Menurut Asmarantaka 2009 penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga dapat
dirumuskan sebagai berikut: Rasio Keuntungan dan Biaya =
Keterangan :
π
i : keuntungan lembaga tataniaga ke-i RpKg
Ci : biaya tataniaga lembaga tataniaga ke-i RpKg
Pengukuran efisiensi operasional dapat dilakukan melalui salah satu indikator yaitu dengan menggunakan rasio keuntungan terhadap biaya c
tataniaga Asmarantaka 2009. Hal ini dikarenakan keuntungan merupakan opportunity cost
dari biaya. Apabila c bernilai positif c0, maka aktivitas tataniaga tersebut dinilai efisien, sedangkan c bernilai negatif c0, maka
aktivitas tataniaga tersebut dapat dinilai tidak efisien.
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam