Analisis Farmer’s Share

105 mengirimkan tomat kepada pedagang, petani tidak mendapatkan nilai tambah akan aktivitas fungsi tataniaga yang mereka lakukan. Di samping itu, pedagang memiliki peranan yang sangat dominan dalam penentuan harga tomat ke petani dan pengecer sehingga kondisi ini dapat dimanfaatkan pedagang besar untuk meraup keuntungan yang besar dalam volume jual yang besar pula. Total kuntungan terkecil dalam sistem tataniaga tomat terjadi pada saluran VI yaitu sebesar Rp 157,81 per kilogram. Hal ini disebabkan lembaga tataniaga yang telibat dalam saluran tersebut relatif sedikit, walaupun petani yang terdapat pada saluran VI hanya satu orang namun petani tersebut memiliki posisi tawar sehingga pedagang tidak bisa seenaknya menetapkan harga yang rendah kepada petani, dan hal lain yang mempengaruhi adalah kondisi Pasar Induk Kramat Jati yang tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Menurut keterangan yang diperoleh, petugas pasar di Pasar Induk Kramat Jati selalu melakukan pemantauan harga-harga sayuran, termasuk tomat, sehingga pedagang tidak bisa seenaknya dalam menentukan harga.

6.7 Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan bagian yang diterima petani dalam sebuah aktivitas tataniaga dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Nilai farmer’s share diperoleh dari perbandingan antara harga tomat yang diterima di tingkat petani terhadap harga tomat yang dibayarkan oleh konsumen. Farmer’s share memiliki hubungan yang terbalik dengan marjin tataniaga. Semakin tinggi farmer’s share yang diperoleh petani dalam sebuah saluran tataniaga, maka saluran tataniaga tersebut dapat dinilai lebih efisien dibandingkan saluran yang lainnya. Namun nilai ini bukan satu-satunya indikator dalam menilai efisiensi tataniaga. Hal ini tergantung dari aktivitas-aktivitas fungsi tataniaga yang dijalankan oleh setiap pihak dalam sistem tataniaga tersebut dalam hal memberikan value added pada tomat dan siapa yang akhirnya menerima nilai tambah produk yang akan dipasarkan kepada konsumen. Nilai farmer’s share yang terbentuk dalam proses tataniaga tomat di Desa Tugumukti dapat dilihat pada Tabel 27. 106 Tabel 27. Farmer’s Share pada Sistem Tataniaga Tomat di Desa Tugumukti Mei 2012 Saluran Tataniaga Harga Tomat di Tingkat Petani RpKg Harga Tomat di Tingkat Ped. Pengecer RpKg Farmer’s Share Rata-Rata Farmer’s Share Saluran I Grade A 2625 4590 57,189542 Grade B 2175 3561,42 61,071146 55,97 Grade C 1175 2367,14 49,63796 Saluran II Grade A 2625 4590 57,189542 Grade B 2175 3561,42 61,071146 55,97 Grade C 1175 2367,14 49,63796 Saluran III Grade A 2783,3 4846,86 57,424807 Grade B 2320 4286,28 54,126189 50,35 Grade C 1248,05 3160 39,495253 Saluran IV Grade A 2783,3 3357,14 82,906879 Grade B 2320 2794,85 83,009822 78,85 Grade C 1248,05 1766,85 70,637009 Saluran V Grade A 2970 4688,57 63,34554 Grade B 2440 4187,86 58,263648 56,32 Grade C 1510 3187,86 47,367199 Saluran VI Grade A 2970 3486,28 85,191092 Grade B 2440 2920,57 83,545335 82,18 Grade C 1510 1940,57 77,812189 Berdasarkan data pada Tabel 27 terkait farmer’s share, bagian yang diterima petani mulai dari saluran tataniaga I sampai dengan saluran tataniaga VI masing-masing adalah 55,97 persen, 55,97 persen, 50,35 persen, 78,85 persen, 56,32 persen dan 82,18 persen. Berdasarkan nilai tersebut, farmer’s share terbesar pada sistem tataniaga tomat di Desa Tugumukti terdapat pada saluran VI yaitu 82,18 persen dan diikuti oleh saluran IV yaitu sebesar 78,85 persen. Kedua saluran ini merupakan saluran dengan total marjin tataniaga terkecil dibandingkan dengan saluran lainnya dan merupakan saluran yang relatif pendek. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari PBPIC dan PBPIK, volume penjualan pada saluran IV dan VI sangat kecil karena sebagian besar tomat disalurkan kepada pedagang pengecer. Penjualan tomat dari PBPIC maupaun PBPIK langsung kepada konsumen katering makanan dan restoran tidak rutin terjadi dan volume jual-belinya relatif kecil. 107 Nilai farmer’s share yang terjadi pada saluran V adalah 56,32 persen. Besaran nilai farmer’s share yang terjadi ini sebagai akibat dari petani pada saluran ini memiliki kekuatan tawar bila dihadapkan pada PBPIK. Oleh karena itu, petani mendapatkan harga tomat yang lebih tinggi dibandingkan dengan saluran tataniaga lainnya. Lembaga tataniaga juga tidak dapat seenaknya dalam menentukan harga jual dan keuntungan dari setiap kilogram tomat yang dijual karena berdasarkan informasi yang diperoleh, petugas pasar dari Dinas Pasar Induk Kramat Jati selalu melakukan pemantauan terhadap harga-harga sayuran, termasuk tomat, setiap harinya. Hal ini yang mengakibatkan harga jual tomat di Pasar Induk Kramat Jati relatif stabil dibandingkan dengan Pasar Induk Cibitung. Bagian yang diterima petani pada saluran I dan II memiliki nilai yang sama yaitu 55,97 persen. Nilai ini terjadi karena harga jual tomat ditingkat petani pada saluran I dan II relatif lebih kecil dibanding dengan harga jual tomat di tingkat petani pada saluran lainnya. Hal ini dikarenakan petani tidak melakukan aktivitas fungsi tataniaga pada tomat yang dijual sehingga value added diambil oleh PKPAB yang melakukan fungsi tataniaga pada tomat yang dibeli. Pada saluran I dan II, PKPAB memiliki dua peranan yaitu sebagai pedagang yang memasok tomat kepada pedagang pengecer dan juga dapat berperan sebagai pedagang pengecer yang menjual tomat dengan harga eceran. Kondisi ini memungkinkan PKPAB mendapatkan keuntungan yang tinggi apabila dia menjual tomat secara eceran. Namun hal ini tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh PKPAB karena pada dasarnya PKPAB membutuhkan pedagang pengecer untuk mempercepat penjualan tomat. Nilai farmer’s share terkecil terjadi pada saluran III yaitu 50,35 persen. Kecilnya bagian yang diterima petani merupakan akibat dari tingginya biaya yang dikeluarkan dan besarnya keuntungan yang ingin didapatkan oleh setiap lembaga tataniaga pada saluran tersebut. Hal ini mengakibatkan setiap lembaga tataniaga menjual tomat dengan harga yang lebih tinggi. Pada saluran ini juga terlihat petani melakukan aktivitas fungsi tataniaga, namun petani tidak merasakan dan mendapatkan value added dari aktivitas fungsi tataniaga yang mereka lakukan yaitu harga tomat yang mereka terima relatif sama bahkan lebih rendah dari petani lain yang lebih sedikit melakukan aktivitas fungsi tataniaga. Kondisi ini 108 memperlihatkan bahwa terdapat ketidakadilan dari sistem yang berjalan di tingkat petani pada saluran III.

6.8 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya