26
ingin membelinya. Fungsi ini muncul sebagai akibat adanya batasan ruang dan jarak antara produsen dan konsumen.
− Pengolahan processing, merupakan sebuah fungsi yang berarti
mengubah bentuk produk menjadi sebuah bentuk yang memiliki nilai yang lebih besar bagi konsumen.
3. Fungsi fasilitas facilitating function, merupakan serangkaian fungsi yang
memiliki peranan untuk dapat membuat sistem tataniaga berjalan dengan lebih baik. Fungsi ini terdisi atas:
− Standarisasi standarization, fungsi yang menggunakan suatu standar
yang dikembangkan terhadap suatu produk dan mendeskripsikan secara lengkap terhadap konsumen.
− Pembiayaan financing, fungsi yang menyangkut kegiatan penyediaan
dana untuk membiayai proses produksi dan tataniaga sebuah produk ketika produsen harus menunggu untuk menerima pendapatan dari
penjualan hasil panennya. −
Fungsi penanggulangan risiko risk bearing, fungsi untuk menanggung semua risiko kerugian yang diasumsikan selama waktu pembelian dan
penjualan produk. −
Fungsi informasi pasar market intelligence, merupakan fungsi yang menyangkut semua upaya untuk menyebarluaskan informasi mengenai
harga, persediaan, embargo, kuota, dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi terhadap proses pembelian dan penjualan suatu produk di
pasar.
3.1.3 Konsep Lembaga dan Saluran Tataniaga
Aliran produk-produk pertanian dalam suatu sistem tataniaga dapat terjadi karena adanya peranan perantara middlemen yang disebut lembaga tataniaga.
Lembaga tataniaga adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga mulai dari titik produsen ke titik konsumen Limbong dan Sitorus, 1985
termasuk didalamnya produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa Hanafiah dan Saefuddin 2002.
27
Limbong dan Sitorus 1985 melakukan pengelompokkan lembaga tataniaga berdasarkan fungsi yang dilakukan menjadi:
1 Lembaga fisik tataniaga; lembaga tataniaga yang menjalankan fungsi fisik,
misalnya badan pengangkuttransportasi. 2
Lembaga perantara tataniaga; lembaga yang khusus melakukan fungsi pertukaran.
3 Lembaga fasilitas tataniaga; lembaga yang menjalankan fungsi fasilitias seperti
bank, Lembaga Perkreditan Desa, KUD. Lembaga tataniaga merupakan pihak-pihak perantara yang melakukan
aktivitas fungsi tataniaga sehingga barang atau jasa bergerak dari produsesn ke konsumen dalam suatu sistem tataniaga. Asmarantaka 2009 mengemukakan
bahwa perantara yang dimaksud dalam kondisi ini tidak harus sebuah organisasi ataupun perusahaan tetapi juga dapat berupa individu dan gabungan partnership,
koperasi atau non koperasi. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses tataniaga digolongkan menjadi lima kelompok Kohl dan Uhl 2002; Cramer dan
Jensen 1991, diantaranya: 1.
Merchant middlemen pedagang perantara adalah individu maupun
perusahaan yang mempunyai hak atas suatu produk dan melakukan penanganan berbagai fungsi tataniaga dalam pembelian dan penjualan produk
dari konsumen ke produsen. Adapun lembaga yang termasuk ke dalam lembaga tataniaga ini diantaranya pedagang pengumpul assembler,
pedagang grosir wholesalers dan pedagang pengecer retailers. 2.
Agent middlemen agen perantara adalah individu atau perusahaan yang
mewakili pemilik dalam memperdagangkan produknya. Adapun lembaga yang termasuk ke dalam lembaga agen perantara diantaranya komisioner,
brokers makelar dan juru lelang.
3. Speculative middlemen
spekulator adalah individu atau perusahaan yang mencari untung dari penjualan dan pembelian produk karena adanya fluktuasi
harga dalam jangka pendek. Dalam keadaan tertentu, pedagang grosir dan pedagang pengecer dapat menjadi spekulator melalui aktivitas-aktivitas
dagang yang meminimumkan risiko.
28
4. Processors and Manufacturers
pengolah dan pabrikan adalah individu atau perusahaan yang melakukan aktivitas penanganan dan mengubah bentuk
produk yaitu dengan cara mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk akhir. Aktivitas yang dilakukan senantiasa untuk menambah nilai
guna waktu, bentuk, tempat dan kepemilikan dari produk tersebut. 5.
Facilitative Organization adalah organisasi atau lembaga yang tidak secara
langsung berhubungan dengan proses tataniaga tetapi membantu kelancaran proses tataniaga.
Penyaluran produk dari produsen hingga kepada konsumen yang telah melibatkan lembaga tataniaga selanjutnya akan membentuk suatu saluran
tataniaga. Limbong dan Sitorus 1985 mendefinisikan saluran tataniaga sebagai himpunan perusahaan atau perorangan yang mengambil alih hak, atau membantu
dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu selama barang dan jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen. Seperich et al. 1994
mendefinisikan saluran tataniaga sebagai jalur produk mulai dari tingkat petani ke konsumen akhir. Kualitas, kuantitas serta kontinuitas dari produk-produk
pertanian yang diperjualbelikan menjadi sangat penting dalam memastikan keberlangsungan usaha. Lembaga tataniaga harus cermat dalam memilih mitra
memasarkan produk pertanian melihat karakteristik dari produk-produk pertanian yang bersifat musiman, kualitas tidak seragam, volume produk yang besar namun
dengan nilai yang kecil bulky, membutuhkan ruang penyimpanan yang besar voluminous, dan memiliki sifat yang mudah rusak. Untuk itu pemilihan mitra
ataupun saluran tataniaga sangat penting diperhatikan agar terciptanya tataniaga yang efektif dan efisien.
Panjang pendeknya suatu saluran tataniaga tergantung pada beberapa hal Hanafiah dan Saefuddin 2002, yaitu:
1. Jarak antara produsen dan konsumen: semakin jauh jarak antara produsen dan
konsumen maka semakin panjang pola saluran tataniaga yang terjadi. 2.
Skala produksi: semakin besar skala produksi maka saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam
penyalurannya.
29
3. Cepat tidaknya produk mengalami kerusakan: produk yang cepat rusak
menghendaki saluran tataniaga yang pendek agar segera diterima oleh konsumen.
4. Keadaan keuangan pengusaha: pedagang dengan posisi keuangan yang kuat
cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi tataniaga dan memperpendek saluran tataniaga.
3.1.4 Konsep Struktur dan Perilaku Pasar