35
pertanian dan proses tataniaga sehingga efisien sesuai dengan keinginan konsumen. Efisiensi tataniaga dapat dicapai apabila 1 masing-masing pihak
yang terlibat mendapatkan kepuasan atau responsif terhadap harga yang berlaku, 2 penggunaan sumberdaya mengalir dari penggunaan yang bernilai
guna rendah ke nilai yang tinggi, dan 3 mengkoordinasi aktivitas antara pembeli dan penjual, mulai dari petani, lembaga tataniaga dan konsumen.
3.1.6 Konsep Marjin Tataniaga
Hammond dan Dahl 1977 mendefinisikan marjin tataniaga sebagai segala aktivitas balas jasa yang diperoleh dari biaya dan keuntungan. Marjin
tataniaga menurut Limbong dan Sitorus 1985 didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.
Tomek dan Robinson 1972 mengemukakan bahwa marjin tataniaga juga dapat diartikan sebagai kumpulan nilai atau harga dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan
permintaan dan penawaran produk dalam suatu tataniaga dari tingkat produsen hingga ke tingkat konsumen akhir.
Pendekatan dalam melihat marjin tataniaga ada dua, yaitu secara statis dan dinamis. Secara statis, marjin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di
tingkat konsumen Pr dengan harga di tingkat produsen Pf atau MT = Pr −
Pf. Pendekatan dinamis dari marjin tataniaga merupakan harga dari kumpulan jasa-
jasa tataniaga sebagai akibat adanya aktivitas produktif atau konsep nilai tambah value added. Pengertian ini menunjukkan marjin total atau MT = biaya-biaya
tataniaga + keuntungan lembaga-lembaga tataniaga M = C + π. Pendekatan dinamis ini memberikan pengertian bahwa marjin tataniaga merupakan semua
proses bisnis dari aliran tataniaga dengan menganalisis fungsi-fungsi, lembaga dan keseluruhan sistem, mulai dari petani hingga ke konsumen akhir Tomek dan
Robinson, 1972. Dilihat dari sisi permintaan Gambar 1 bagian kiri, kurva permintaan di
tingkat konsumen disebut dengan primary demand PD, sedangkan permintaan akan sebuah produk pertanian di tingkat petani disebut derived demand DD,
yang artinya permintaan ini derived demand merupakan turunan dari permintaan konsumen primary demand. Pada saat jumlah produk yang diminta berada pada
titik Q , jarak vertikal dari titik A ke titik B merupakan marjin tataniaga yang
36
nilainya merupakan selisih antara harga di tingkat pedagang P
r
dengan harga di tingkat petani P
f
. Pada saat jumlah permintaan naik, dari Q ke Q
1
, maka marjin tataniaga merupakan jarak vertikal dari titik C ke titik D, yang mana marjin
tataniaga merupakan selisih antara harga di tingkat pedagang P´
r
dengan harga di tingkat petani P´
f
. Pada kasus ini diasumsikan bahwa marjin tataniaga yang terjadi adalah konstan, sehingga tidak ada perubahan kemiringan kurva
permintaan dan jarak antara dua kurva permintaan tidak berubah.
Keterangan Gambar: P
r
: Harga di tingkat pedagang retail P
f
: Harga di tingkat petani farmer P´
r
: Harga di tingkat pedagang pada saat ada perubahan jumlah permintaanpenawaran P´
f
: Harga di tingkat petani pada saat ada perubahan jumlah permintaanpenawaran Q
: Jumlah awal permintaanpenawaran produk Q
1
: Jumlah permintaanpenawaran produk setelah ada perubahan PD
: Primary Demand DD
: Derived Demand PS
: Primary Supply DS
: Derived Supply
Gambar 1
. Hubungan Kurva Permintaan di Tingkat Petani dan Pedagang kiri dan Hubungan Kurva Penawaran di Tingkat Petani dan Pedagang kanan
Sumber : Cramer dan Jensen 1991
Dilihat dari sisi penawaran Gambar 1 bagian kanan, kurva penawaran di tingkat petani disebut dengan primary supply PS karena merupakan penawaran
petani terhadap hasil budidaya berupa produk pertanian mentah raw material. Kurva derived supply DS menunjukkan penawaran yang dilakukan oleh
pedagang kepada konsumen yang terjadi di pasar. Pada saat jumlah penawaran berada pada Q
, maka marjin tataniaga berada pada titik vertikal dari titik E ke titik F dengan besaran nilai marjin tataniaga adalah perbedaan selisih antara harga
di tingkat pedagang P
r
dengan harga di tingkat petani P
f
. Pada saat jumlah
P P
r
P
f
Q Q
DD PD
Q
1
P´
r
P´
f
A B
D C
P P´
r
P´
f
Q Q
DS PS
Q
1
P
r
P
f
E F
H G
37
penawaran naik, dari Q ke Q
1
, maka marjin tataniaga merupakan jarak vertikal dari titik G ke titik H. Marjin tataniaga merupakan selisih antara harga di tingkat
pedagang P´
r
dengan harga di tingkat petani P´
f
. Perlu diketahui bahwa apabila diasumsikan marjin tataniaga yang terjadi adalah konstan, maka kedua buah kurva
permintaan maupun penawaran tidak akan berubah. Apabila marjin tataniaga antara Q
1
dan Q berbeda, maka akan terjadi perubahan pada kurva, baik kurva
permintaan maupun kurva penawaran.
Keterangan Gambar: R
: Harga di tingkat pedagang retail F
: Harga di tingkat petani farmer Q
: Jumlah permintaanpenawaran produk PD
f
: Primary Demand farmer DD
r
: Derived DemandI retail PS
f
: Primary Supply farmer DS
r
: Derived Supply retail
Gambar 2 . Kurva Pembentukan Marjin Tataniaga
Sumber : Cramer dan Jensen 1991
Apabila kurva permintaan dan kurva penawaran pada Gambar 1 dikombinasikan, maka akan tercipta kurva yang membentuk marjin tataniaga yang
terlihat pada Gambar 2. Pada gambar di atas diasumsikan bahwa kondisi kurva permintaan dan penawaran bersifat elastis uniter elastisitas = 1. Pada Gambar 2,
titik temu antara kurva derived supply DS
r
dengan kurva primary demand PD
f
akan membentuk harga di tingkat pedagang R dengan volume sebesar Q . Di sisi
lain, pertemuan antara kurva primary supply PS
f
dengan kurva derived demand DD
f
akan membentuk harga di tingkat petani F dengan volume berada pada
P
R F
Q Q
DD
f
PD
r
DS
r
PS
f
marketing margin
38
Q . Selisih antara harga di tingkat pedagang dengan harga di tingkat petani adalah
marjin tataniaga.
3.1.7 Konsep Farmer’s Share