BAB IX KODEKI DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM
A.
Pembahasan
Sejak permulaan sejarah umat manusia, orang sudah mengenal hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu sipenderita dan sang pengobat,
yang pada masa modern ini disebut sebagai hubungan dokter dengan pasien doctor- patient relationship. Hubungan tersebut haruslah dijalankan dalam
suasana saling percaya mempercayai serta selalu diliputi oleh pengharapan yang tinggi untuk kesembuhan dan kekhawatiran akan meninggal atau cacat.
Sebagai tenaga medik dan para medik semestinya ada hubungan kejiwaan yang akrab antara mereka dengan penderita. Islam mengajarkan supaya usaha mulia
ini haruslah didasarkan atas iman dan pengabdian diri kepada-Nya. Melihat luhurnya tugas dokter dan tenaga para medis ini maka ingin
supaya pada diri para dokter itu tumbuh sifat-sifat mulia yang penuh dengan kasih sayang terhadap sisakit, ikut merasakan apa yang dideritanya dan rasa
rendah hati bahwa penyembuhan itu tidaklah datang dari mereka tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta alam semesta Tuhan yang memiliki
rasa kasih sayang, maha pengasih terhadap hambaNya yang sedang sakit. Di antara mereka yang merumuskan disiplin dokter serta tingkah
laku yang mulia adalah Imbotep dari Mesir 2950-2980 SM dan Hippocrates dari Yunani 377-460 SM
67
. Hippocrates dinamakan Bapak Dokter, karena ia berhasil mengembangkan ilmu kedokteran sebagai ilmu tersendiri. Rumusan-
rumusan disiplin untuk para dokter itu mula pertama dikenal sebagai “ Sumpah
67
Departemen Agama RI, Islam untuk disiplin Ilmu Kedokterasn dan Kesehatan I, 19951996, h. 90.
Hippocrates” dalam sumpah Hippocrates itu mengandung 8 buah peringatan yaitu:
1. Mengajarkan ilmu kedokteran kepada mereka yang berhak menerimanya.
2. Mempraktekkan Ilmu kedokteran hanya untuk memberi manfaat
sebanyak-banyaknya bagi pasien. 3.
Tidak mengerjakan sesuatu yang berbahaya bagi pasien. 4.
Tidak melakukan keguguran buatan yang bersifat kejahatan. 5.
Menyerahkan perasat-perasat tertentu kepada teman-teman sejawat ahli dalam lapangan yang bersangkutan.
6. Tidak mempergunakan kesempatan untuk melakukan kejahatan atau
godaan yang mungkin timbul dalam mengerjakan praktek kedokteran. 7.
Hidup dalam keadaan suci dan sopan santun. 8.
Memelihara rahasia jabatan.
Sumpah hippocrates tersebut telah dijadikan dasar penyusunan sumpah dokter sebagai yang telah dibubuhkan oleh Muktamar Ikatan Dokter
Sedunia TheWorld Medical Association di kota Jeneva dalam tahun 1948, yang kemudian dikenal sebagai “ Deklarasi Geneva” 1948. Bunyi lengkapnya
sebagai berikut
68
: “ Saya bersumpah, bahwa :
Saya akan
membuktikan hidup
saya guna
kepentingan perikemanusiaan, Saya akan memberikan kepada guru saya penghormatan dan
pernyataan terimakasih yang selayaknya. Saya akan menjalankan tugas saya dan cara yang terhormat dan bermoral tinggi sesuai dengan martabat
pekerjaan saya. Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
68
Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan KedokteraniI , 19951996, h. 92