g. Keadilan dan Keseimbangan
Dokter termasuk orang yang paling banyak berurusan dengan masalah manusia dan kemanusiaan. Kehidupan seseorang, termasuk dokter
sangat ditentukan oleh kualitas hubungan dengan masyarakat itu. Ajaran Islam sangat menekankan berlaku adil dan berkeseimbangan dalam berbagai urusan,
tidak berlebihan atau over acting, dalam gaya hidup, khususnya dalam masalah tarip praktek dan bayaran sehingga mengurangi dan menodai prinsip
–prinsip yang mesti dijunjung tinggi sebagai pelayan masyarakat. Allah berfirman:
كل ك ْمك ْ عج
ا ام ا س
ن تل ء ش
ع ا ل
Artinya
“
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat Islam, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan
manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu
.”
h. Mawas Diri
Mengingat tugas dokter melayani masyarakat dan tanggung jawab menyangkut nyawa dan keselamata seseorang. Mereka sering menjadi sasaran dan tuduhan,
itu disebabkan adanya anggapan masyarakat yang menganggap mereka adalah orang yag paling mengetahuai rahasia kehidupan dan kematian. Dengan
senantiasa mawas diri, seorang dokter muslim akan sadar atas segala kekurangannya sehingga di masa mendatang akan memperbaikinya, juga akan
terhindar dari berbagai sifat tercela lain seperti sifat sombong, riya, agkuh, dan lainnya.
66
66
Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 Fiqh Kontemporer 2003,h. 90-96
BAB IX KODEKI DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM
A.
Pembahasan
Sejak permulaan sejarah umat manusia, orang sudah mengenal hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu sipenderita dan sang pengobat,
yang pada masa modern ini disebut sebagai hubungan dokter dengan pasien doctor- patient relationship. Hubungan tersebut haruslah dijalankan dalam
suasana saling percaya mempercayai serta selalu diliputi oleh pengharapan yang tinggi untuk kesembuhan dan kekhawatiran akan meninggal atau cacat.
Sebagai tenaga medik dan para medik semestinya ada hubungan kejiwaan yang akrab antara mereka dengan penderita. Islam mengajarkan supaya usaha mulia
ini haruslah didasarkan atas iman dan pengabdian diri kepada-Nya. Melihat luhurnya tugas dokter dan tenaga para medis ini maka ingin
supaya pada diri para dokter itu tumbuh sifat-sifat mulia yang penuh dengan kasih sayang terhadap sisakit, ikut merasakan apa yang dideritanya dan rasa
rendah hati bahwa penyembuhan itu tidaklah datang dari mereka tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta alam semesta Tuhan yang memiliki
rasa kasih sayang, maha pengasih terhadap hambaNya yang sedang sakit. Di antara mereka yang merumuskan disiplin dokter serta tingkah
laku yang mulia adalah Imbotep dari Mesir 2950-2980 SM dan Hippocrates dari Yunani 377-460 SM
67
. Hippocrates dinamakan Bapak Dokter, karena ia berhasil mengembangkan ilmu kedokteran sebagai ilmu tersendiri. Rumusan-
rumusan disiplin untuk para dokter itu mula pertama dikenal sebagai “ Sumpah
67
Departemen Agama RI, Islam untuk disiplin Ilmu Kedokterasn dan Kesehatan I, 19951996, h. 90.