Dalam bahasa Arab abortus disebut ijhadh atau isqath al- Hamli yang berarti pengguguran janin dari rahim. Pengertian ini berkembang sebagai
gugurnya janin sebelum dia menyempurnakan masa kehamilannya.
79
Menstrual regulation secara harfiah adalah pengaturan menstruasi datang bulan haid, tetapi dalam perakteknya dilaksanakan terhadap wanita
yang merasa terlambat waktu menstruasi dan hasil pemeriksaan laboratoris ternyata positif dan mulai mengandung dan wanita tersebut mintak supaya
janinnya di bereskan. Abortus dan menstrual regulation pada hakikatnya adalah pembunuhan janin secara terselubung.
Di dalam KUHP terdapat pasal-pasal 299, 346, 348 dan 349 negara melarang abortus termasuk menstrual Regulation dan sanksi hukumnya
cukup berat, bahkan hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang bersangkutan, tetapi semua orang yang terlibat dalam kasus ini dapat dituntut,
seperi dokter, dukun bayi, tukang obat dan yang mengobati atau yang menyuruh atau membantu atau pelakunya sendiri.
Bila dicermati isi pasal 299 KUHAP: 1
Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau memberikan
harapan bahwa dengan pengobatan hamilnya dapat digugurkan diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling
banyak tiga ribu rupiah 2
Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatannya tersebut sebagai pekerjaan, jika seorang
tabib, bidan, atau juru obat pidananya dapat ditambah sepertiga.
79
Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 Fiqh Kontemporer 2003,h. 158.
3 Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut; dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
B. Janin dan Tahap Perkembangannya
Janin, secara harfiah dalam Bahasa Arab berarti sesuatu yang diselubungi atau ditutupi. Dari pengertian bahasa ini kemudian didefinisikan,
janin berarti sesuatu yang akan terbentuk dalam rahim wanita dari saat pembuahan
sampai kelahirannya.
Al-Qur,an membicarakan
proses perkembangbia-kan reproduksi manusia dengan menyebut mekanisme dan
tahap-tahapnya secara global. Q.S. al-Muminun:12-14. Kehidupan janin menurut ajaran Islam merupkan kehidupan yang
harus dihormati, dengan menganggapnya sebagai suatu wujud yang hidup yang wajib dijaga. Karena itu, dalam syariat Islam dibolehkan bagi wanita hamil
untuk berbuka puasa Ramadhan, bahkan kadang-kadang diwajibkan berbuka jika ia khawatir akan keselamatan kandungannya.
C. Hukum Aborsi
Dalam menentukan
hukum aborsi
para ulama
klasik mengkelompokkannya dalam 3 pase, sejalan dengan kehidupan janin, terbagi
dalam 3 pase, yaitu sebelum 40 hari, setelah 40 hari, dan sesudah 120 hari, batas 120 hari ini didasarkan pada hadis di mana Nabi Muhammad saw.
menyebutkan bahwa janin sebagai nuthfah selama 40 hari, .alaqat 40 hari, dan mudhgat 40 hari. Di antara mereka ada yang membolehkan dan ada yang
melarang. Golongan yang mengharamkan pengguguran pada setiap tahap-tahap
pertumbuhan janin sebelum diberi nyawa Nuthfah,alaqat, da mudhgah . Alasannya adalah hadis Nabi yang menyatakan bahwa kejadian kalian
dikumpulkan di dalam perut ibunya selama 40 hari kemudian menjadi alaqat selama 4o hari, dan kemudian menjadu mudhgah 40 hari, kemudian Allah swt.
mengutus malaikat untuk meniupkan ruh HR. Bukhari Muslim. Golongan yang membolehkan pengguguran pada salah satu tahap dan
melarang pada tahap-tahap yang lain. Secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Makruh pada tahap nuthfah dan haram pada alaqat dan mudhgat.
b. Di bolehkan pada tahap nuthfah haram pada tahap Alaqat dan mudhgah
c. Boleh pada tahap nuthfah dan Alaqat, dan haram pada tahap mudhgat
Golongan yang membolehkan pengguguran pada setiap tahap dari tahap sebelum pemberian nyawa alasannya antara lain :
a. Setiap yang belum diberi nyawa tidak akan dibangkitkan, setiap yang
tidak akan dibangkitkan berarti keberadannya tidak diperhitungkan. Dengan demikian tidak ada larangan untuk menggugurkannya
b. Janin yang belum diberi nyawa tidak tergolong sebagai manusia,
berarti boleh digugurkan
80
c. Pengguguran Kandungan Akibat Zina atau Perkosaan. Untuk
menetapkan hukum pengguguran kandungan akibat perbuatan zina, perlu dilihat motif yang mendorong wanita penzina untuk
menggugurkan kandungannya yang pada umumnya untuk menutupi aibnya, dan janin menjadi korban atas perbuatan dosanya, sedang
sijanin sendiri tidak mempunyai andil didalamnya. Ajaran Islam tidak membolehkan untuk mengorbankan kehidupan yang suci demi
menutupi dosa yang diperbuat orang lain.
80
Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 Fiqh Kontemporer 2003,h. 160-161