Tujuan dan Hikmah Ibadah

dilengkapi dengan pengembangan daya rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup duniawi, apalagi kalau hal itu membawa kepada perbuatan-perbuatan tidak baik dan kejahatan. Ia akan merupakan manusia yang merugikan, bahkan manusia yang membawa kerusakan bagi masyarakat. Selanjutnya ia akan kehilangan hidup bahagia di akhirat dan akan menghadapi hidup kesengsaraan di sana. Oleh karena itu amatlah penting supaya roh yang ada dalam diri manusia mendapat latihan, sebagaimana badan manusia juga mendapat latihan. Dalam usaha, ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam Islam, shalat, puasa, haji, dan zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, bahkan senantiasa dekat padaNya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan sebagai zat Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral, peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya. Diantara ibadat Islam 20 , shalatlah yang membawa manusia terdekat kepada Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan dialog berlaku antara dua pihak yang saling berhadapan. Dalam shalat manusia memang berhadapan dengan Tuhan. Dalam shalat seseorang melakukan hal-hal berikut : memuja ke-Maha Sucian Tuhan, menyerahkan diri kepada Tuhan, memohon supaya dilindungi dari godaan syaitan, memohon diberi ampun dan dibersihkan dari dosa, memohon supaya diberi petunjuk kepada jalan yang benar dan dijauhkan dari kesesatan dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, perbuatan-perbuatan jahat, dsb.Pendek kata dalam dialog dengan Tuhan itu, seseorang meminta supaya rohnya disucikan. Dialog ini wajib diadakan lima kali sehari, dan kalau seseorang lima kali sehari, dengan sadar memohon pensucian roh, dan ia memang berusaha ke arah yang demikian, rohnya akan dapat menjadi bersih dan ia akan dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, apalagi dari perbuatan-perbuatan jahat. Puasa juga merupakan pensucian roh. Di dalam berpuasa seseorang harus menahan hawa nafsu makan, minum dan seks. Disamping itu ia juga 20 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI- Press,1985.37. harus menahan rasa marah, keinginan mengatai orang, bertengkar dan perbuatan-perbuatan kurang baik lainnya. Latihan jasmani dan rohani disini bersatu dalam usaha mensucikan roh manusia. Di bulan puasa dianjurkan pula supaya orang banyak bershalat dan membaca Al-Quran, yaitu hal-hal yang membawa orang dekat kepada Tuhan. Latihan ini disempurnakan dengan pernyataan rasa kasih kepada anggota masyarakat yang lemah kedudukan ekonominya dengan mengeluarkan zakat fitrah bagi mereka. Ibadat haji juga merupakan pensucian roh. Dalam mengerjakan haji di Mekah, orang berkunjung ke Baitullah rumah Tuhan dalam arti rumah peribadatan yang pertama didirikan atas perintah Tuhan di dunia ini. Sebagai dalam shalat, orang di sini juga merasa dekat sekali dengan Tuhan. Bacaan- bacaan yang diucapkan sewaktu mengerjakan haji itu, juga merupakan dialog antara manusia dengan Tuhan. Usaha pensucian roh disini disertai oleh latihan jasmani dalam bentuk pakaian, makanan dan tempat tinggal sederhana. Selama mengerjakan haji, perbuatan-perbuatan tidak baik harus dijauhi. Di dalam haji terdapat pula latihan rasa bersaudara antara semua manusia, tiada beda antara kaya dan miskin, raja dan rakyat biasa, antara besar dan kecil, semua sederajat 21 . Zakat, sungguhpun itu mengambil bentuk mengeluarkan sebahagian dari harta untuk menolong fakir miskin dan sebagainya, juga merupakan pensucian roh. Disini roh dilatih menjauhi kerakusan pada harta dan memupuk rasa bersaudara, rasa kasihan dan suka menolong anggota masyarakat yangberada dalam kekurangan. 22 Thaharah dalam ajaran Islam merupakan bagian dari pelaksanaan ibadah kepada Allah. Setiap muslim diwajibkan shalat lima waktu sehari semalam, dan sebelum melaksanakannya disyaratkan bersuci terlebih dahulu. Hal ini membuktikan bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan dan mendorong umat Islam untuk membiasakan diri hidup bersih, indah dan sehat. Karena itu, kehidupan umat Islam adalah kehidupan yang suci dan bersih. Disamping sebagai suatu kewajiban, thaharah juga melambangkan tuntutan Islam untuk memelihara kesucian diri dari segala kotoran dan dosa. 21 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI- Press,1985.h. 38 22 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI- Press,1985.h.38. Allah Yang Maha Suci hanya dapat didekati oleh orang-orang yang suci, baik suci fisik dari kotoran maupun suci jiwa dari dosa, sebagaimana firmannya : Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersih. Al- Baqarah: 222.

E. Kaitan Ibadah Dengan Latihan Pembentukan Moral Akhlak.

Seperti diuraikan di atas bahwa tujuan ibadah dalam Islam bukanlah menyembah, tetapi mendekatkan diri kepada Tuhan, agar dengan demikian arah manusia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci, sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh yang suci membawa kepada budi pekerti baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadat disamping merupakan latihan spiritual, juga merupakan latihan dan pembinaan moral akhlak. 23 Shalat memang erat kaitannya dengan latihan moral pembentukan akhlak. Q.S. Al-Ankabut 29: 45. Shalat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik. Hadits Nabi lebih lanjut menjelaskan : shalat, yang tidak menjauhkan pelakunya dari kelakuan tidak senonoh dan perbuatan jahat, bukanlah shalat. Yang mengandung arti bahwa shalat yang tidak mencegah seseorang dari perbuatan jahat dan tidak baik, bukanlah sebenarnya shalat. Shalat demikian tidak ada artinya dan membuat orang tambah jauh dari Tuhan. Dalam satu hadits Qudsi disebut : Shalat yang Kuterima hanyalah shalat yang membuat pelakunya rendah diri terhadap kebesaranKu, tidak bersikap sombong terhadap makhlukKu, tidak berkeras menentang perintahKu, tetapi senantiasa ingat kepadaKu dan menaruh kasih sayang terhadap orang miskin, orang yang terlantar didalam perjalanan, wanita yang kematian suami dan orang yang ditimpa kesusahan. 24 Yaitu Tuhan akan menerima shalat orang yang merendah diri, tidak sombong, tidak menentang, malahan selalu ingat kepada Tuhan dan suka 23 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI- Press,1985.h.40. 24 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI- Press,1985. h. 40. menolong orang-orang yang dalam kesusahan, seperti fakir miskin, orang yang dalam perjalanan, janda dan orang yang kena bencana. Jadinya, salah satu tujuan shalat ialah menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahat dan mendorongnya untuk berbuat hal-hal yang baik. Demikian juga, puasa dekat hubungannya dengan latihan moral pembentukan akhlak Q.S. Al-Baqarah 2: 183. Hai orang-orang yang percaya, berpuasa diwajibkan bagi kamu sebagai halnya dengan umat sebelum kamu. Semoga kamu menjadi manusia bertaqwa. Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Hadits-hadits Nabi juga mengkaitkan puasa dengan perbuatan-perbuatan tidak baik. Salah satu hadits mengatakan : Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta tidak ada faedahnya, ia menahan diri dari makan dan minum. Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan tidak baik tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari makan dan minum, karena puasanya tak berguna. Hadits lain lagi mengatakan : Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa menahan diri dari kata sia-sia dan kata-kata tak sopan; jika kamu dicaci atau tidak dihargai, katakanlah : “Aku berpuasa”. Dengan demikian berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi menahan diri dari ucapan-ucapan tidak baik lagi kotor. 25 Mengenai haji, Q.S. Al-Baqarah 2: 197: Haji, bulan-bulannya dikenal dan siapa telah memutuskan melakukan haji, maka pada waktu itu tidak ada lagi kata-kata tak sopan, caci-cacian dan pertengkaran. Menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidak boleh mengeluarkan ucapan-ucapan tidak senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak baik dan tidak boleh bertengkar. 25 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI- Press,1985. h.42.