perbendaharaan ilmu kedokteran sepanjang abad, dengan penulisan yang sistematis.
Kedokteran Sesudah Ibnu Sina :
1. Mesir dan Syria
2. Spanyol dan Maghribi
3. Persia dan India
58
Dokter-Dokter Muslim :
Tsabit Bin Qurrah 221-288 H 836-901 M
Yuhana Bin Masawaih …-243 H …-857 M
Ishaq Yuda 241-344 H 855-955 M
Ibnu Zuhr 436-525 H 1073-1162 M
Ibnu Al Khatib 713-766 H 1313-1374 M
Ali Bin Ridwan …-453 H …-1061 M
Khalifah Bin Abil Mahazen
Al Qawani
Ammar Al Maoushili …-401 H …-1010 M
Ahmad Bin Muhammad At Thabari 320-366 H 932-976 M
Ibnu Al Jazzar Al Qoiruwani 285-369 H 895-980 M
Uraib Bin Sa’ad
Al Quff 619-685 H 1222-1286 M
Habal 519-610 H 1121-1213 M
58
Ahmadie Thaha, Kedokteran Dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu,1983, h.33-35.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah 691-751 H 1282-1372 M
Muhammad Bin Aslam Al Ghafiqi …-991 H
59
D. Kedokteran Islam Di Seantero Dunia
Ilmu Kedokteran Islam masuk ke Eropa melalui Andalusia dan Sicilia, yang kedua-duanya sudah lama berwajah kebudayaan Islam.
Begitu perbendaharaan kebudayaan Timur berpindah-pindah : dari Byzantium, Yundhe-Shapur dan Iskandaria; kemudian dari Damaskus,
Baghdad, Qardova, Granada dan Sicilia…..ke Itali, Perancis dan Jerman, begitu kebudayaan itu terus tumbuh subur dan semakin bertambah berkembang dalam
waktu yang panjang.
E. Hukum Belajar Ilmu Kedokteran
Sebagian Fuq aha’ menyatakan hukum belajar ilmu kedokteran adalah
fardhu kifayah. • Al-Nawawi 631-676 H, menyatakan bahwa ilmu-ilmu ‘aqliyyat yang
fardhu kifayah adalah ilmu kedokteran dan ilmu hitung. • Al-Ghazali 450-505 H yg mengelompokkan ilmu kedokteran dalam
kategori ilmu yang terpuji al-Mahmud juga menyatakan bahwa mempelajari ilmu kedokteran adalah fardhu kifayah.
60
59
Ahmadie Thaha, Kedokteran Dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu,1983, h. 54-62.
60
Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 Fiqh Kontemporer 2003,h.10
• Musa al-Khatib menyatakan Nabi menganjurkan belajar ilmu kedokteran, hukum mempelajarinya meliputi teori dan prakteknya
dalam Islam, menurut pandangan para ulama termasuk fardu kifayah.
H. Pengobatan Dalam Al-Quran
Disamping al-Thib al-Nabawi, dalam berbagai literatur juga dikenal sistem pengobatan yang khusus digali dari al-Quran sehingga dikenal dengan
istilah pengobatan al-Quran al-Thib al-Q ur’ani, bahkan disebutkan dalam
hadist Nabi bahwa sebaik-baik pengobatan adalah al-Quran
61
. Al-Quran berkaitan dengan al-Sunnah, karena al-Quran menganjurkan
pula mengikuti Rasul, maka berobat dengan al-Quran meliputi pula berobat dengan al-Sunnah, artinya pengobatan Nabi merupakan bagian dari berobat
dengan al-Quran itu sendiri. Q.s. al-Nahl 16:69 Dalam al-Quran, kata sakit disebut dengan kata al-Maradh, yang dalam
berbagai bentuknya disebutkan 25 kali. Berbagai jenis penyakit juga disinggung dalam al-Quran, seperti al-
Akmaha buta, al-Abrasha sopak, al- a’ma, al-a’raj, al-maridh. Sebagian
kata sakit dalam al-Quran itu berhubungan dengan sakit hati al-qulub, sebagian yang lain berhubungan dengan sakit fisik.
Pengobatan yang bersifat preventif yang terdapat dalam al-Quran cukup menonjol, antara lain dapat digali dari konsep thaharah secara holistik
meliputi suci fisik dan non fisik, jasmani dan rohani. Terhadap penyakit yg dikategorikan merupakan bala, menurut al-
Quran pengobatannya adalah melalui doa. Q.s. Yunus 10:57, Q.s. al- Isra’:82
61
Departemen Agama RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Kesehatan dan Kedokteran 2 Fiqh Kontemporer