Wujud Iman Proses Terbentuknya Iman

agar membuat tigkah laku lebih terarah dan selektif mengahadapi nilai- nilai hidup yang patut diterima atau seharusnya ditolak. 2 Prinsip Internalisasi Dan Individuas. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai proses internalisasi dan individuasi. Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. 3 Prinsip Sosialisasi, Pada umumnya nilai-nilai hidup baru benar-benar mempunyai arti apabila telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku, selalu mempunyai dimensi sosial. 4 Prinsip Konsistensi Dan Koherensi, Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselarasi, apabila sejak semula ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuwen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan yang lainnya. Implikasi metodologinya adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren. 5 Prinsip Integrasi. Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan,makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan denga nilai iman yang dipelajari.

D. Tanda-tanda Orang Beriman

Al- Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut: 1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al- Qur’an bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya al-Anfal:2. 2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi doa, yaitu harapan tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at- Taubah: 52, Ibrahim:11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13. 3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:2,7. 4. Menafkahkan rezki yang diterimanya al-Anfal:3 dan al- Mukminun:4.Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin. 5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan al-Mukminun:3,5. 6. Memeliahara amanah dan menempati janji al-Mukminun: 6. 7. Berjihat dijalan Allah dan suka menolong al-Anfal:74. 8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum mintak izin an-Nur: 62.

E. Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengetahuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak yang menjadi sumber semua wujud. 75 Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia, Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat La Ilaha Illallah Tidak ada Tuhan selain Allah lebih menekankan pengertian tauhid praktis tauhid Ibadah. Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah. Dalam kode etik kedokteran seorang dokter muslim disamping sebagai orang yang bertaqwa juga harur berakhlak mulia. Secara teologis dokter muslim harus menyadari bahwa soal kematian berada sepenuhnya di tangan Tuhan dan fungsi dokter hanya sebagai penyelamat kehidupan, berfungsi mempertahankan dan memelihara sebaik dan semampu mungkin. Disamping itu, dokter muslim juga harus dapat menjadi suri tauladan yang baik dan juga harus professional.Di tekankan pula, dalam keadaan bagaimana pun, dokter muslim harus berusaha menjuhkan diri dari praktek-praktek yang bertentangan dengan ajaran Islam. 75 Syahidin dkk, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum, Jakarta, 2004, h. 18.