Konsep Gerak Tari Kreasi Tari

48 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK TUJUAN PEMBELAJARAN Pada kegiatan ini diharapkan peserta mampu menerapkan konsep, teknik, prosedur tari kreasi dan merancang kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning. PETA KONSEP Menerapkan Gerak Tari Kreasi: Konsep, Teknik dan Prosedur Konsep Gerak Tari Kreasi Teknik Tari Kreasi Menerapkan Prosedur Tari Kreasi MATERI PEMBELAJARAN

A. Konsep Gerak Tari Kreasi Tari

Karya tari adalah sebuah produk dari masyarakat. Dalam karya tari akan tercermin budaya masyarakat penyangganya. Berbagai tari tentunya sudah kita amati, ada tari nelayan, tari tani, tari berburu, dan tari metik teh. Dari pengamatan itu kita sudah bisa menduga, bahwa tari nelayan terlahir dari masyarakat pelaut dan tari tani lahir dari masyarakat petani. Tari tersebut tercipta oleh para seniman dengan stimulus lingkungan sekitarnya, yang mendorongnya untuk meniru gerak-gerak alami yang selanjutnya diolah dengan ‘digayakan’ untuk menjadi sebuah tari. Proses pengolahan gerak itu dilakukan dengan cara penggayaan untuk memperindah stilatif atau bisa juga dengan merombak gerak sehingga berbeda dari gerak asalnya distortif. Dari contoh tari tani dan tari nelayan, kita bisa manarik simpulan bahwa tari ternyata bisa terlahir dari peniruan atau imitatif, sama halnya dengan tari merak dari Sunda dan tari Cendrawasih dari Bali, yang tercipta oleh seniman karena ketertarikannya pada keindahan dan perilaku binatang-binatang tersebut serta menjadi sumber inspirasi dalam berkarya tari. Dari dua contoh tersebut terdapat dua sumber penciptaan berkarya tari yaitu: peniruan terhadap perilaku manusia dan peniruan perilaku binatang yang selanjutnya ‘digayakan’ atau diperindah untuk keperluan tari. Selain dari tari-tari yang bersifat imitatif, terdapat pula tari yang menggambarkan tokoh- tokoh yang terdapat dalam cerita, seperti Gatotkaca tokoh pahlawan dalam cerita wayang Mahabarata, atau Hanoman tokoh pahlawan dalam ceritera Ramayana. Penggambaran tokoh- tokoh tersebut dalam tari Sunda, Jawa, dan Bali memiliki persamaan dalam busana dan gerak tari dengan karakternya yang gagah. Apabila disandingkan busana tari Gatotkaca Jawa dan tari Gatotkaca Sunda, tidak terlihat perbedaannya. Begitu pula busana tari Hanoman Jawa dan busana tari Hanoman Bali, busananya memiliki kemiripan. Akan tetapi, apabila sudah bergerak akan terlihat perbedaannya. Perbedaannya bukan hanya dari iringannya saja, tetapi perpaduankomposisi geraknya juga berbeda. Dalam hal ini, terjadi perbedaan cita rasa seniman dalam mengekspresikan tokoh-tokoh pahlawan tersebut dan menerjemahkannya dalam karya tari. Dari sisi ini kita bisa memperoleh pembelajaran bahwa sebuah karya tari bisa bersumber dari cerita dan tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita bisa diwujudkan menjadi karya tari. Seni Budaya 49 Tentu saja mewujudkan tokoh ke dalam karya tari memerlukan analisis karakter, lalu diolah menjadi gerak yang ‘digayakan’ berdasarkan persepsi penciptanya. Ternyata, dari sumber yang sama menghasilkan tari yang berbeda gaya. Ada pula tari yang diciptakan berdasarkan lagu pengiringnya seperti: tari Gawil dari Sunda diiringi lagu Gawil, tari Poco-Poco diiringi lagu poco-poco pula. Dalam hal ini, antara tari dan iringannya menjadi sebuah kesatuan, identitas, tari menyatu dengan iringannya. Dari pengamatan, kita bisa menduga kemungkinan besar awal penciptaan tarinya terstimulus dari lagunya. Dalam tradisi Sunda dan Jawa hal tersebut diterjemahkan dalam istilah guru lagu, artinya lagu yang menjadi patokan untuk menciptakan tariannya. Untuk contoh yang aktual bisa diamati pada tari Jaipong, misalnya tari entog mulang diiringi lagu entog mulang. Lagu entog mulang itik pulang tidak diketahui penciptanya dan kapan diciptakannya malahan sudah hampir punah karena cara mendendangkannya yang sulit. Akan tetapi, lagu tersebut berhasil direvitalisasi dengan menambahkan unsur tabuhan gendang jaipong, lalu tariannya disusun pula. Alhasil, tari entog mulang mengacu pada lagunya atau guru lagu, dan koreograinya juga menirukan gerak itik yang berjalan pulang. Dari pengamatan terhadap tari di etnis di atas kita bisa menganalisisnya bahwa tari tercipta karena berbagai asal stimulus penglihatan, pendengaran, perasaan yang tercurahkan dalam bentuk tari dengan konsep: 1. peniruan terhadap perilaku alam, manusia, dan binatang; 2. perwujudan tokoh ceritera, dan 3. mengacu lagu atau guru lagu. Tentunya, siswa telah mengamati gerak tari dari berbagai sumber belajar dan juga telah mendiskusikan hasil pengamatan tersebut. Terdapat hal umum mengenai tari yang medianya gerak yaitu memiliki tenaga, ruang, dan waktu. Dalam hal ini, guru akan melakukan penyegaran mengenai konsep tenaga, ruang, dan waktu dalam tari kepada siswa serta komposisiperpaduan antara ruang, tenaga, dan waktu. Begitu pula siswa telah mengamati tari dari berbagai sumber belajar. Siswa juga telah mendiskusikan hasil pengamatan tersebut. Bisa di duga di antara siswa memiliki persepsi berbeda karena mungkin tari yang diamati juga berbeda. Setiap tari memiliki ragam gerak berbeda tetapi memiliki kesamaan yaitu memiliki tenaga, ruang, dan waktu. Mungkin saja ada gerak yang sama seperti ukel yang terdapat pada tari: Jawa, Sunda, Bali, Melayu, dan Sulawesi. Tetapi tekniknya agak berbeda. Akan tetapi, ada juga yang tekniknya sama tetapi memiliki nama yang berbeda. Dalam hal ini kesempatan bagi guru untuk menyadarkan bahwa setiap etnis memiliki karakteristik yang berbeda dan seyogyanya warga Indonesia menerima dan menghargai setiap kekhasan untuk menciptakan pergaulan antar etnis yang cinta damai. Gerak tari yang ditunjukkan pada Gambar 9.2 buku siswa menunjukkan unsur wiraga dalam tari yang membentuk ruang gerak luas yang terlihat antara badan dan lengan yang dilakukan penari secara berkelompok sesuai irama. Masing-masing penari melakukan ruang gerak yang sama. Selain gerak memerlukan tenaga dan ruang, dalam gerak juga memerlukan waktu. Setiap gerakan yang dilakukan membutuhkan waktu. Perbedaan cepat, lambat gerak berhubungan dengan tempo. Jadi, tempo merupakan cepat atau lambat gerak yang dilakukan. Fungsi tempo pada gerak tari untuk memberikan kesan dinamis sehingga tarian enak untuk dinikmati. Lihat pada Gambar 9.3 buku siswa pose gerak hormat diantara penari yang satu dengan 50 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK penari yang lainnya berbeda. Penari yang satu dilakukan dengan tempo yang cepat sementara penari berikutnya dilakukan dengan tempo yang lambat, sehingga menghasilkan tempo yang berbeda dengan melakukan gerakan yang sama. Untuk menghasilkan tari kelompok yang baik, diperlukan kesatuan rasa gerak, rasa irama, dan rasa tenaga yang sama untuk seluruh penari. Sudah tentu memerlukan waktu latihan yang cukup untuk menyatukan seluruh rasa tersebut.

B. Teknik Berkarya Tari Kreasi