Pendekatan Saintiik Pembelajaran Inkuiri

104 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK

A. Pendekatan Saintiik

Pendekatan saintiik merupakan teknik pembelajaran untuk dapat merangsang siswa lebih aktif mencari dan meneliti sendiri permasalahan kritik seni rupa. Khususnya dalam aktivitas mengevaluasi karya seni rupa. Artinya, aspek pengetahuan dan ketrampilan siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil penemuannya sendiri. Untuk itu guru seni budaya perlu merancang siklus pembelajaran dari mengamati karya seni rupa, menanyakan apa makna karya itu, mencoba merumuskan alternatif penafsiran makna seni, menalar, menganalisis faktor intrinsik kesenirupaan dan faktor ekstrinsik pesan moral seni, dan menyajikan hasil penilaian itu secara lisan praktik dan tertulis penulisan kritik seni rupa. Dalam pendekatan saintiik asumsi dibangun berdasarkan data dan fakta, artinya setiap kesimpulan akhir yang diperoleh dalam pemecahan suatu masalah, misalnya, menafsirkan makna suatu lukisan, semuanya dapat dipertanggungjawabkan dari hasil deskripsi dan analisis gejala rupa lukisan itu sendiri.

B. Pembelajaran Inkuiri

Dalam konteks pendidikan seni rupa, metode pembelajaran ini, berarti proses pembelajaran yang memungkinkan para siswa menghayati dan akhirnya dapat merasakan dan dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan kesenirupaan. Suatu proses yang memungkinkan tertanamnya sikap ilmiah, sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk selalu mencari jawaban atas masalah seni rupa yang dihadapi secara ilmiah. Sasaran akhir metode ini ialah, lahirnya satu generasi yang mampu mendukung perkembangan ilmu pengetahuan seni rupa, teknik artistik seni rupa, dan nilai-nilai seni rupa yang berkualitas sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan pada umumnya. Proses pembelajaran ini memerlukan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, pendidik yang profesional, sistem evaluasi yang berkelanjutan, komprehensif, objektif, dan suasana sekolah yang demokratis. Jika hal itu terpenuhi, maka siswa akan sampai pada tingkat “kesenangan menemukan” dari proses belajar yang ditempuhnya. Contoh sederhana misalnya: Merumuskan masalah Apresiasi Seni. “Bagaimanakah proses penemuan makna seni dalam kegiatan apresiasi seni?” Mengamati lukisan; “Apa sajakah yang diamati ketika berapresiasi seni lukis?” Menganalisis dan menyajikan hasil apresiasi seni dalam bentuk tulisan, gambar, bagan, tabel, dan lain-lain. Menyajikan hasil kegiatan apresiasi seni di kelas mendiskusikannya dengan teman sekelas yang dipandu oleh guru seni budaya. Discovery Learning adalah metode pembelajaran seni rupa murni, desain, dan kriya yang berbasis penemuan, yakni pembelajaran pengetahuan baru yang dilakukan dan ditemukan sendiri oleh siswa, artinya bukan pengetahuan teoritik yang diberikan oleh guru dalam bentuk inal untuk dihafal. Dalam hal ini siswa, atas upaya sendiri menemukan konsep-konsep dan prinsip misalnya hakikat seni rupa murni, seni lukis, desain, kriya, dan lainnya melalui pengamatan, penggolongan, pendugaan, penjelasan, dan kesimpulannya sendiri.  Bab 2  Metode Pembelajaran  Seni Budaya 105

C. Pembelajaran Berbasis Proyek