Organik Liris Impresionis Ritmis Strukturalis Skematik Haptic ekspresi aspek internal subyektif .

Seni Budaya 5 Tidak berupaya menghadirkan ilusi ruang secara optis dan tidak perspektivis. Gubahan gerak dan proporsi igur ekspresif. Penggunaan warna tidak sebagai terjemahan warna objek, melainkan lebih banyak sebagai simbol yang sesuai dengan perasaan subjektifnya. Sama seperti tipe visual, guru Seni Budaya bertugas untuk mengembangkan tipe haptic ini. Termasuk mengembangkan kemampuan melukis siswa yang berada di antara kedua titik optimal tipe-tipe tersebut, yang disebut tipe campuran. Jadi, sebelum memberikan penilaian karya-karya siswa sebaiknya di klasiikasi terlebih dahulu kelompok tipe visual dan kelompok tipe haptic. Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa penilaian karya-karya yang sifatnya haptic tidak bisa dinilai dengan kriteria visual, melainkan dengan kriteria haptic pula. Biasanya hal-hal ini jarang dilaksanakan oleh guru-guru seni rupa, sehingga kerap kali siswa yang termasuk tipe haptic dengan sendirinya dirugikan, karena mendapatkan penilaian yang tidak proporsional dari guru seni budaya atau seni rupa. Jadi, dalam pemberian tugas kepada siswa, guru Seni Budaya memberikan kebebasan mencipta sesuai potensi siswa. Pemberian tema berkarya bisa sama, tetapi gaya berekspresi dibebaskan, sehingga setiap siswa berkarya sesuai dengan potensi dan kesenangannya. Dengan proses belajar seperti ini, akan menghasilkan karya-karya siswa yang beragam, misalnya, naturalis, realis, dekoratif, impresionis, ekspresionis, organik, liris, dan lain-lain. Bila keberagaman karya siswa telah terealisasi sebagai hasil proses pembelajaran, maka kriteria penilaian harus mengacu pada kriteria penilaian tipe visual dan tipe haptic.

D. Gaya Lukisan Siswa

Secara lebih terperinci dan cermat Herbert Read dalam bukunya Education hrough Art, mendasarkan klasiikasi empirisnya untuk membedakan gaya lukisan para siswa. Setelah meneliti ribuan gambar dari berbagai tipe sekolah, ia mengklasiikasikan adanya 12 kategori lukisan yang secara singkat akan dijelaskan di bawah ini.

1. Organik

Pelukisan organik sangat visual dan menunjukkan hubungan dengan objek-objek eksternal, sebagai hasil pengamatan yang intensif terhadap proporsi alam dalam kesatuannya yang organis. Sehingga lukisannya tampak realistis.

2. Liris

Wujud lukisan liris sama realistisnya dengan organik, tetapi lebih menyukai objek-objek lukisan yang statisdiam. Seperti halnya objek alam benda, still life merupakan karakteristik lukisan siswa perempuan.

3. Impresionis

Wujud lukisan impresionis lebih banyak sekedar melukiskan hasil penangkapan kesan sesaat terhadap situasi objek secara cepat. Kurang menunjukkan perhatian terhadap penyelesaian bagian-bagian rinci, detail, dan objek. 6 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK

4. Ritmis

Wujud lukisan ritmis tidak menampilkan motif-motif bentuk visual. Bentuk-bentuk alam tidak digambarkan secara imitatif, tidak ditiru dengan persis, tetapi dengan distorsi menjadi motif-motif yang diulang-ulangi secara ritmis dengan berbagai variasi, sehingga memenuhi bidang lukisan.

5. Strukturalis

Pada kategori ini, nampak kecenderungan siswa untuk mendeformasi objek menjadi bentuk-bentuk geometrik, meskipun tema-temanya masih berorientasi kepada gejala objektif. Stilisasi sebuah tema merupakan hasil pengamatan terhadap pola-pola bentuk sebagai struktur objek visual. Pada umumnya siswa tidak memanfaatkan bentuk-bentuk alami untuk menciptakan pola atau motif lukisannya.

6. Skematik

Kategori skematik menggunakan bentuk-bentuk geometrik, tetapi lepas sama sekali dengan struktur organis objek alam. Bentuk-bentuk bagan seperti periode awal anak melukis secara konsisten dipergunakan, lebih sebagai desain simbolik daripada penggambaran bagan secara realistik.

7. Haptic ekspresi aspek internal subyektif .

Kategori haptic menunjukkan sikap pelukisan yang tidak mendasarkan pengamatan visual terhadap objek eksternal, melainkan representasi citra nonvisual dari dunia internal seorang siswa.

8. Ekspresionis