102 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK
bagaimana siswa berhubungan dengan sesamanya, terutama dalam menjalankan perannya dalam kepanitiann pameran. Dengan demikian siswa wajib mengetahui dan mematuhi
norma dan nilai-nilai yang berlaku di sekolah dan di masyarakat. Guru seni budaya, ketua panitia, dan guru pembimbing hendaknya memperkenalkan,
menganjurkan, membujuk tanpa memaksa, sehingga siswa dapat menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup yang berlaku di sekolah dan di masyarakat, khususnya
pada pelaksanaan pameran seni rupa. Jadi, karya-karya yang dipamerkan, misalnya, tidak mengandung unsur sara, pornograi, kekerasan, dan hal-hal tabu lainnya. Berdasarkan
uraian ini, jelas diperlukan seorang kurator tim kurator yang bertindak tegas dalam pelaksanaan seleksi karya-karya yang akan dipamerkan. Kepala sekolah dan guru seni
budaya perlu menyampaikan norma dan nilai-nilai yang harus dihormati di lingkungan sekolah dan di tengah masyarakat.
B. Pameran Seni Rupa
Pada pembelajaran aktivitas penyelenggaraan pameran seni rupa, mencakup manajemen tata pameran, mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
untuk mencapai target pameran yang baik. Untuk itu guru seni budaya sebaiknya memiliki pengetahuan tentang pembentukan kepanitiaan, dapat memberikan contoh proposal pameran,
proses seleksi materi pameran, kurasi pameran, aktivitas diskusi, dan fungsi pameran sebagai penyajian karya seni rupa untuk tujuan apresiatif dan pameran sebagai kegiatan edukatif, yakni
melatih kemampuan siswa bekerja sama, berorganisasi, berpikir logis, bekerja efesien, efektif, sehingga tema pameran, sasaran, dan tujuan pameran tercapai dengan baik.
Dalam aktivitas penyelenggaraan pameran seni rupa, peran guru adalah sebagai konsultan dan penasehat atau pengarah, agar para siswa-siswi dapat bekerja sama dan berorganisasi
untuk mewujudkan suksesnya kegiatan pameran. Dari sudut pandang siswa kegiatan berorganisasi termasuk menyenangkan, karena mereka
bergaul langsung dan mendapatkan pengetahuan baru dari sesama teman yang tergabung dalam kepanitiaan. Termasuk dari mitra kerja, kritikus seni, perupa pembicara dalam kegiatan
diskusi pada akhir pameran, para donatur atau sponsor, para pendesain, pekriya, dan lain-lain. Dari kerja kolaboratif demikian, dengan sendirinya telah terselenggara suatu prinsip dan
suasana belajar yang mengandung nilai-nilai toleransi, saling ketergantungan, kerjasama, dan tenggang rasa untuk mencapai target optimal, dalam arti siswa mampu dan toleran menerima
perbedaan, baik dalam perbedaan konsep seni, maupun beda-beda lain dalam kehidupan yang tak terhindarkan. Dengan kata lain, target akhir penyelenggaraan project seharusnya membuat
siswa memiliki kedewasaan “wawasan seni” dan “wawasan hidup” yang benar. Khususnya dalam kebersamaan yang harmonis penyelenggaraan kegiatan seni budaya.
C. Pengkajian Seni Rupa
Dengan pembelajaran pengkajian seni rupa, penerapan proses belajar pendekatan saintiik para siswa akan mengembangkan minat dan rasa ingin tahu dan sikap ilmiah. Baik dalam hal
pemahaman pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan apresiatif dan sikap kreatif di bidang kesenirupaan. Dalam proses pembelajaran guru seni budaya perlu membangkitkan
rasa ingin tahu siswa untuk memecahkan suatu masalah, dengan jalan pengumpulan data, analisis data, penafsiran dan penarikan kesimpulan yang berkaitan dengan aspek konseptual,
aspek visual, aspek keterampilan, dan aspek kreativitas.
Seni Budaya 103
D. Fenomena Seni Rupa
Aktivitas pembelajaran fenomena seni rupa mencakup seni rupa pramodern, seni rupa modern, dan seni rupa posmodern, bertujuan membentuk kesadaran siswa terhadap
pengetahuan umum kesenirupaan yang sifatnya fundamental. Khususnya, dalam pembentukan kesadaran sejarah untuk memahami masa lalu; seperti primitivisme, naturalisme, realisme,
dekorativisme, masa kini; seperti seni pop pop art, seni optikal optical art, seni kontemporer contemporary art, dan orientasi ke masa depan; seperti seni konseptual conseptual art dan
seni eksperimental experimental art. Semua ini bermanfaat sebagai basis pemahaman siswa dalam kegiatan mengapresiasi dan mengkritisi karya seni rupa.
E. Penampilan Kritik Seni Rupa
Pada dasarnya siswa memerlukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kritis ketika berhadapan dengan karya seni rupa. Untuk itu guru seni budaya perlu memberikan latihan
mengamati dan mendeskripsi karya seni rupa, khususnya karya seni rupa murni, desain, dan kriya. Latihan berikutnya adalah latihan menganalisis gejala rupa, baik aspek estetik maupun
kaitannya dengan aspek fungsional. Sehingga siswa memahami tatanan rupa sebagai faktor pembangkit timbulnya pengalaman estetis, di samping menganalisis bagaimana gagasan seni
divisualkan oleh perupa. Dari aktivitas mendeskripsi dan menganalisis data tertulis yang dibuat oleh siswa berlanjut ke aktivitas menafsirkan makna seni denotatif, konotatif dan
menyimpulkan nilai seni dan relevansi nilai itu bagi kemanusiaan dengan alasan yang logis berdasarkan data dan fakta yang telah ditulis sebelumnya. Dengan demikian penilaian siswa
dapat dipertanggungjawabkan secara estetis mengapa karya seni kita katakan indah dan secara visual perwujudan seni yang bermakna.
104 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK
A. Pendekatan Saintiik