Seni Budaya 59
4.3. Menyajikan hasil pengembangan gerak tari berdasarkan tata teknik pentas 4.4. Membuat tulisan mengenai bentuk, jenis, nilai estetis, fungsi dan tata pentas
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada kegiatan ini diharapkan siswa mampu menerapkan fungsi, bentuk, jenis dan nilai estetis tari kreasi sesuai iringan dan merancang kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
berbasis masalah Problem Based Learning.
PETA KONSEP
Penerapan Karya Tari Kreasi
Fungsi Tari Bentuk Tari
Jenis Tari Nilai Estetis
MATERI PEMBELAJARAN
A. Fungsi Tari
Soedarsono 1998, membagi fungsi tari pada dua kategori: fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi Primer tari terdiri atas:
1. Tari upacara
Tari yang berfungsi sebagai upacara, apabila tari tersebut memiliki ciri: a. dipertunjukan pada waktu terpilih,
b. tempat terpilih, c. penari terpilih,
d. adanya sesaji.
Tari yang digunakan untuk acara keagamaan di Bali memiliki fungsi upacara dan disakralkan, maka diberi nama tari Wali. Sementara tari yang memiliki fungsi sebagai
pendukung upacara diberi istilah tari Bebali. Adapun tari yang berfungsi sebagai pertunjukan estetis disebut bali-balian. Fenomena yang terjadi di Yogyakarta atau
Surakarta, tentunya berbeda. Di sana terdapat tari yang dipergelarkan hanya untuk acara yang dianggap sakral seperti penobatan raja atau hari peringatan penobatan raja, seperti tari:
Bedhaya, Serimpi, Beksan, dan Wayang Wong. Dalam hal ini guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengamati tari upacara yang ada di daerah sekitar lingkungannya
atau daerah lainnya untuk selanjutnya dikembangkan dan diterapkan menjadi tari kreasi yang mengacu pada tari upacara.
60 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK
2. Tari hiburan pribadi
Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi memiliki ciri gerak yang spontan, dan bergerak untuk kesenangan sendiri. Oleh karena untuk kesenangan sendiri, kadangkala
tidak menghiraukan keindahannya. BapakIbu guru dipersilahkan untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk mengamati, mendiskusikan, dan menemukan tari hiburan
pribadi di lingkungan sendiri atau daerah lainnya, selanjutnya dikembangkan dan diterapkan menjadi tari kreasi baru.
3. Tari penyajian estetis
Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis adalah tari yang disiapkan untuk dipertunjukan. Sudah tentu karena fungsinya untuk pertunjukan, prosesnya melalui latihan
berulang serta memiliki kaidah-kaidah yang harus dipertimbangkan. Selain kaidah estetika yang umum seperti wiraga, wirama, dan wirasa, setiap etnis memiliki rasa keindahan
yang berbeda. Sebagai contoh estetika tari Sunda klasik terekam dalam istilah: wanda ukuranpostur penari, wirama ketrampilan menari yang sesuai dengan iringannya, wirasa
ekspresi menari, sari kedalaman penghayatan, alus harmonisasi. Akan tetapi, tatkala siswa dihadapkan pada tari Jaipongan yang juga dari etnis Sunda, tentu saja kaidah seni
pertunjukannya akan berbeda. Dengan demikian guru dipersilahkan memotivasi siswa untuk mencari, membandingkan, dan menganalisis tari. Selanjutnya, menemukan kaidah
keindahan tari penyajian estetis yang diamatinya. Kemudian, diterapkan menjadi tari kreasi yang terbarukan.
B. Bentuk Tari