110 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK
Undang-Undang Hak Cipta berlaku bagi semua ciptaan warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia. Semua ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia,
dan bukan badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia. Semua penciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan
hukum Indonesia, dengan ketentuan: a. Negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dengan Negara
Republik Indonesia; atau b. Negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian
multilateral yang sama mengenai perlindungan hak cipta. Jadi jelas bahwa UUHC tidak hanya berlaku dalam tataran nasional, melainkan berlaku juga dalam tataran internasional.
3. Eksploitasi Seni Budaya Tradisional
Pengarang, seniman dan pencipta dari masyarakat tradisional atau pedesaan jarang menerima imbalan inansial yang memadai untuk kekayaan intelektual berupa Pengetahuan Tradisional
yang dieksploitasi. Sebagai contoh misalnya, seorang Achim Sibeth antropolog memasuki wilayah masyarakat desa di Tanah Batak dan kemudian menulis buku Living with Ancestors
he Batak People of Island of Sumatra. Sebuah buku Antropologi kebudayaan yang lengkap, termasuk Art and Craft, Batak Script and Literature, Black-smith’s work, Bronze Work, Works
of goldsmiths and silversmiths, Textil, Ulos, Dance and Music, Domestic Architecture Toba and Karo Batak, dan dengan bebas memotret karya-karya itu untuk ilustrasi penerbitan buku
239 halaman itu. Fenomena pemberlakuan hak cipta pada kasus ini paling tidak menyajikan dua masalah: a Achim Sibeth, memperoleh untung dari penjualan buku, sementara mas-
yarakat desa tidak mendapatkan imbalan inansial apapun. b Karena buku itu mempunyai nilai budaya atau spiritual untuk seluruh masyarakat Batak, maka pemanfaatan komersial
seperti itu dapat menyinggung perasaan masyarakat, misalnya, cerita adat yang kerahasiaannya dijaga ketat dan bersifat sangat penting dan dipelihara secara turun temurun oleh masyarakat
Batak secara terbuka diungkapkan kepada dunia. Adakah perlindungan hukum bagi kasus seperti ini? Dalam hal ini Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah,
sejarah, dan benda budaya nasional lainnya. Negara memegang hak cipta atas folkor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad,
lagu, kerajinan tangan, koreograi, tarian, kaligrai, lukisan, patung, topeng, wayang, ornamen, arsitektur, batik, reog, tari, drama, dan banyak lagi karya seni lainnya. Namun pelaksanaan
hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak dikenal seperti ini diatur dengan peraturan pemerintah. Dan kita berharap peraturan itu akan segera “diciptakan” dengan memperhatikan
kepen-tingan masyarakat banyak yang menjadi subjek dan objek penerapan Hak Cipta.
4. Undang-Undang Desain Industri
Untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi pedesain sebagai
bagian dari sistem hak kekayaan intelektual. Hal ini terkait dengan seni budaya etnis bangsa Indonesia yang sangat beraneka ragam sebagai sumber pengembangan desain industri.
Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri,
Seni Budaya 111
atau kerajinan tangan. Pedesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri. Desain Industri yang mendapat perlindungan adalah desain baru. Desain industri
dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Yang berhak memperoleh hak desain industri
adalah pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pedesain. Dalam hal ini, pendesain terdiri dari beberapa orang secara bersama, hak desain industri diberikan kepada mereka
secara bersama, kecuali bila diperjanjikan lain. Desain industri dalam konteks ini merupakan bidang profesi yang memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak desain industri yang
dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan barang industri itu.
5. Hak Cipta dan Pemalsuan Lukisan
Undang-Undang Hak Cipta tidak membahas masalah “pemalsuan lukisan”, suatu fenomena yang mendunia, termasuk di Indonesia. Karya-karya pelukis Indonesia terkemuka seperti Raden
Saleh, Afandi, S.Soedjojono, Basoeki Abdullah, Hendra Gunawan, Trubus, Dullah, Le Man Fong, Ahmad Sadali, Popo Iskandar, Jeihan, sekedar contoh, banyak dipalsukan orang untuk
mendapatkan keuntungan inansial. Dalam undang-undang hak cipta belum ada pasal-pasal yang berkaitan dengan pemalsuan lukisan ini. Deskripsi berikut kiranya dapat memberikan
wawasan baru tentang hal ini.
Eddy Soetriyono melaporkan “Kasus yang baru dan menghentak masyarakat pencinta seni rupa di Indonesia adalah soal “lukisan kembar” Raden Saleh dalam lelang Christie’s bertajuk
Southeast Asian and Modern Indian Painting, Including Contemporary Art, edisi 29 Mei 2005, di Hongkong. Balai lelang ini menawarkan lot 21 berupa lukisan Raden Saleh berjudul
deskriptif: A Family promenades along a path with two tigers in wait and the Borobudur in the background, berukuran 112 x 156 cm dan ditandatangani dengan tahun 1849. Lukisan ini
“hampir” dengan seluruh bagiannya mirip dengan karya Raden Saleh yang pernah dilelang di Sotheby’s bertajuk Southeast Asian Painting edisi 3 Oktober 1999 di Singapura dengan
judul Lying in Wait Mengintai dan sudah terbeli dengan harga S 2.423.750 sekitar Rp 14 milyar. Kedua lukisan itu dinyatakan “asli” oleh ahli yang sama.”
Sumber: Dok. Kemendikbud
Gambar 3.1 Raden Saleh, Mengintai.
112 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK
6. Dewan Hak Cipta