Seniman dan Profesi Hak Cipta Karya Seni Rupa dan Desain

108 Buku Guru kelas XI SMAMASMKMAK

E. Hak Cipta Karya Seni Rupa dan Desain

Hak Atas Kekayaan Intelektual, HAKI, atau Intellectual Property Rights adalah hak hukum yang bersifat eksklusif yang dimiliki oleh para penciptapenemu sebagai hasil aktivitas intelektual dan kreativitas yang bersifat khas dan baru. Karya-karya tersebut dapat berupa hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra serta hasil penemuan invensi di bidang teknologi. Karya-karya di bidang HAKI dihasilkan berkat kemampuan intelektual manusia melalui pengorbanan tenaga, waktu, pikiran, perasaan, dan hasil intuisiilhamhati nurani. Secara hukum HAKI terdiri dari dua bagian, yaitu: Hak Cipta, Copyright, dan Hak Kekayaan Industri, Industrial Property Right, mencakup: paten, merek, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, dan varietas tanaman. Dewasa ini fenomena HAKI telah menjadi permasalahan internasional, terutama sejak ditandatanganinya Agreement Establisshing the World Trade Organization, WTO. Penegakan hukumnya dilaksanakan oleh Badan Penyelesaian sengketa, Dispute Settlement Body, DSB. Dalam hal meningkatkan perlindungan HAKI pada umumnya setiap negara mengacu pada standar yang ditetapkan Agreement on Trade Re-lated Aspect of Intelectual Property Rights, disingkat TRIPs. Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki komitmen kuat terhadap perlindungan HAKI sudah lama terlibat secara aktif baik dalam lingkup nasional, regional, dan internasionl. Sejak tahun 1997 negara kita bergabung dalam World Intellectual Property Organization, WIPO, badan administratif khusus di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Ruang lingkup HAKI seperti dipaparkan secara ringkas di atas, dalam buku ini kita bahas secara terbatas, yakni khusus yang berhubungan dengan hak cipta tentang karya seni, dan hak desain industri yang termasuk dalam lingkup ciptaan seni. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah hasil setiap pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Ketiga bidang ini, akan dibahas dengan rinci sebagai profesi yang mendapatkan perlindungan hak cipta.

1. Seniman dan Profesi

Istilah Pencipta di bidang seni ditengah masyarakat dikenal secara umum sebagai seniman. Dalam cabang seni rupa disebut “perupa” atau “senirupawan” pelukis, pepatung pematung, pegrais graikus, pekeramik keramikus, pendesain desainer, perancang, pengkriya kriyawan, perajin, peilustrasi ilustrator, pekartun kartunis, pekarikatur karikarturis, peinstal seniman instalasi, penampil seniman performance art, pekaligrai seniman kaligrai, dan lain-lain. Dalam cabang seni sastra “pencipta” secara umum dikenal sebagai pesastra alias “sastrawan”, pesyair penyair, pecerpen cerpenis, penovel novelis, peroman penulis roman, peprosa prosais, dan lain-lain. Dalam cabang seni di bidang musik “pencipta” dikenal sebagai pemusik musikus, komposer, pemain musik, penyanyi, dan lain-lain. Dalam bidang teater “pencipta” berarti peteater teaterwan, dramawan, sutradara, pelakon-pemeran aktor, aktris, artis pendukung, penaskah penulis naskah, pedekor dekorator, pecahaya penata cahaya, dan lain-lain. Dalam cabang seni tari secara umum “pencipta” dikenal sebagai petari penari, penata tari koreografer, penata musik pengiring tari, pebusana penata busana, perias penata rias, dan lain-lain. Dalam bidang sinematograi, “pencipta” dapat berarti, penaskah, pelakon, peperan pemeran utama, aktor, artis, pemeran pembantu-pendukung, pekamera Seni Budaya 109 kameramen, pesunting penyunting, editor, pelaku editing, penata laku sutradara, pemusik ilustrasi musik pengiring ilm, pecahaya penata cahaya, pesuara penata suara, peanimasi animator, dan lain-lain. Di bidang ilmu pengetahuan seni, “pencipta” dapat berarti peteliti seni peneliti seni, pesejarah seni sejarahwan seni, peilmu seni ilmuwan seni, sosiolog seni, psikolog seni, antropolog seni, pekritik seni kritikus seni, dan lain-lain. Dari paparan di atas dapat dilihat betapa luas profesi seni yang harus mendapatkan perlindungan hak cipta, dan masing-masing profesi ini secara ideal memerlukan jaminan perlindungan hukum atas kreativitas dan hasil ciptaannya yang unik dalam undang-undang keunikan ini dihargai sebagai hak eksklusif sebagai seniman. Hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun. Di sini tidak kita lihat faktor “pemalsuan” karya seni yang menjadi masalah yang merisaukan di kalangan perupa, terutama pemalsuan karya seni lukis di tingkat nasional maupun internasional. Jadi, undang-undang hak cipta memerlukan pengembangan untuk dapat menampung semua keluhan tentang “pemalsuan” itu. Di samping perlu menampung kecenderungan seni dalam era posmodernisme yang telah menjungkirbalikkan semua kriteria seni modernisme. Sudahkah karya-karya posmodernisme mendapat perlindungan hukum? Atau sudahkah para seniman conseptual art mendapatkan perlindungan hak cipta? Yang terakhir ini kiranya perlu dipertimbangkan, mengingat dalam undang-undang disebutkan “perlindungan hak cipta hanya diberikan pada perwujudan suatu ciptaan dan bukan pada ide, prosedur, metode pelaksanaan atau konsep-konsep matematis semacamnya”. Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya seni harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar. Dengan demikian, conseptual art lebih mementingkan makna konsep sebagai seni dibandingkan dengan karya jadinya, jelas menjadi persoalan yang memerlukan pengkajian lebih lanjut. Dalam hal ini mendengar dan mempertimbangkan nilai kreativitas atau “ciptaan” seni konseptual merupakan tindakan yang arif. Agar kehadiran UUHC benar-benar memberikan perlindungan kepada seniman, dan bukan sebaliknya.

2. Seni dan Budaya Indonesia