Latar Belakang Analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler pada kondisi risiko (Studi Kasus: Peternakan Rakyat Milik Bapak Marhaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Ayam Broiler

Rasyaf 2008 memberikan definisi ayam broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang dijual pada umur dibawah delapan minggu dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ciri-ciri khas ayam broiler dibanding daging jenis unggas yang lain diantaranya: rasanya yang khas dan enak, memiliki tekstur daging yang lembut dan banyak, pengolahan yang singkat karena daging ini mudah lunak. Keunggulan-keunggulan sifat yang dimiliki ayam broiler menjadikan budidaya ayam ini dangat diminati. Dua kriteria yang hanya dimiliki ayam broiler adalah hasil utama dan pertumbuhannya. Peternak akan mampu menghasilkan ayam siap potong dalam waktu singkat karena ayam ini memiliki tingkat pertambahan bobot yang relatif cepat bila dibandingkan dengan jenis ayam lainnya. Ayam broiler umur satu sampai dengan lima minggu memiliki tingkat pertumbuhan yang paling baik. Bobot jual antara lima sampai enam minggu bobot ayam broiler telah mencapai sekitar 1,3-1,6 kilogram per ekornya. Bobot ini adalah bobot ayam konsumsi atau dengan kata lain ayam broiler hanya memerlukan siklus waktu maksimum enam minggu dalam setiap satu silkus budidayanya. Jenis-j enis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, 2 Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, HN, Sussex, Bromo, CP 707.

2.2. Sejarah Ayam Broiler di Indonesia

Ayam broiler mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1960-an. Pada awal tahun tersebut peternak sudah mulai memelihara ayam broiler namun belum bersifat komersil. Pada tahun 1980-an ayam ini mulai populer dibudidayakan untuk kegiatan bisnis karena memiliki berbagai kelebihan yang tidak ada pada ayam pedaging lain. Pemerintah mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Pada awal mula ayam 10 broiler mengalami berbagai hambatan karena kalah bersaing dengan ayam kampung yang sedang berkembang pesat. Terjadi persaingan produk antara ayam broiler dan ayam kampung. Namun, dalam perkembangannya ayam broiler dan ayam kampung memiliki segmen pasar yang berbeda sehingga kedua bisnis tersebut berkembang baik. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia Rasyaf, 2008.

2.3. Usaha Peternakan Ayam Broiler

Permintaan tinggi membuat kepastian pasar yang menjadi salah satu penyebab bisnis peternakan ayam broiler berkembang pesat mulai dari skala rumah tangga, menengah sampai besar yang dijalankan perusahaan secara intensif. Berdasakan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.472KptsTN.330696 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras, ditetapkan bahwa usaha peternakan dibagi menjadi tiga kategori yaitu, peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan dan pengusaha peternakan. Peternakan Rakyat adalah usaha peternakan dengan jumlah ternak yang dimiliki kurang dari 15.000 ekor per siklus. Pengusaha Kecil Peternakan adalah usaha peternakan dengan jumlah ternak yang dimiliki kurang dari 65.000 ekor per siklus. Sedangkan Perusahaan Peternakan adalah perusahaan budidaya ayam pedaging yang memiliki skala usaha lebih besar dari 65.000 ekor per siklus. Pada prinsipnya usaha peternakan ayam broiler dibedakan menjadi tiga hal yaitu manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen keuangan. Ketiga prinsip tersebut mencakup beberapa fungsi yang lebih kecil. Fungsi pada prinsip manajemen produksi yakni perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan atau evaluasi Suharno, 2004. Perencanaan merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum kegatan budidaya dilaksanakan. Pada tahapan ini peternak melakukan fungsi pemilihan terhadap komoditi yang akan diusahakan, lokasi dimana kegiatan budidaya akan didirikan, waktu pelaksanaan yang tepat untuk memulai aktivitas, sumber daya manusia yang dipilih, sampai dengan tata cara teknis tentang cara pembudidayaan yang benar. Fungsi pegorganisasian adalah tahapan kedua setelah kegiatan perencanaan di awal. Kegiatan ini menindaklanjuti aktivitas perencanaan sehingga 11 peternak dituntut mampu dalam mengorganisir karyawan dan kegiatan peternakannya. Tahapan terakhir yang merupakan fungsi ketiga yakni evaluasi pada umumnya dilakukan setelah satu siklus budidaya ayam broiler terselesaikan. Usaha peternakan dikatakan berhasil apabila peningkatan produksi persatuan luas dan perolehan pendapatan dapat dicapai secara maksimal dari bisnis budidaya yang dilakukan Rasyaf, 2008. Standar produksi yang bisa dijadikan sebagai indikator adalah pertambahan berat badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan. Keberhasilan teknis budidaya yang diterapkan terlihat dengan bobot ideal yang mampu dicapai dalam waktu yang telah ditentukan. Barang-barang modal yang merupakan input dalam menjalankan usaha budidaya ayam broiler diantaranya ayam, kandang, ransum, alat peternakan dan obat-obatan. Biaya invetasi terbesar bagi para peternak adalah biaya pembuatan kandang. Sedangkan biaya operasional yang memiliki proporsi terbesar dari seluruh jenis pengeluaran adalah biaya pakan yang diberikan pada ternak tiap harinya khususnya pada ayam broiler. Makanan ternak, temperatur lingkungan dan manajemen pemeliharaan merupakan tiga faktor yang sangat penting pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan budidaya Rasyaf, 2008. Pengelolaan pemberian pakan yang baik membuat biaya operasional yang dikeluarkan peternak efektif dan efisien. Pemborosan pakan berakibat pada pembengkakan pengeluaran biaya. Keadaan ini akan berakibat pada proporsi pendapatan yang berkurang. Lingkungan yang mendukung akan membuat tingkat pertumbuhan ayam broiler akan dapat tercapai secara optimal sehingga keuntungan dapat tercapai.

2.4. Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Broiler

Faktor produksi merupakan berbagai input yang diperlukan dalam menjalankan proses produksi. Input diproses untuk kemudian diproses menjadi output. Faktor produksi dalam peternakan ayam broiler secara umum terbagi menjadi dua, pertama faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetap merupakan faktor produksi yang jumlahnya tidak berubah dengan besaran output yang dihasilkan. Faktor produksi tetap yang diperlukan oleh peternakan ayam broiler adalah kandang dan peralatan. Faktor produksi variabel 12 adalah faktor produksi yang jumlahnya berubah sejalan dengan jumlah output yang dihasilkan. Faktor produksi variabel terdiri atas Day Old Chick DOC, obat, vaksin, vitamin, sekam, listrik, air, minyak tanah dan tenaga kerja Murtidjo, 1992.

2.4.1. Day Old Chick DOC

DOC adalah anak ayam usia satu hari. Bobot anak ayam pada usia ini berkisar 35-40 gram. Anak ayam yang sehat memiliki ciri memiliki mata yang cerah bercahaya, aktif terlihat segar, tidak memperlihatkan cacat fisik, dan tidak ada tinja yang melekat pada duburnya Rasyaf, 2008. Menurut Pramudyati dan Effendy 2009, persyaratan Bibit DOC yang baik dan sehat mempunyai ciri-ciri diantaranya : 1 Bobot tubuh 35-40 gram, 2 Bulu berwarna kuning muda, mengkilap dan mata cerah, 3 Warna paruh dan kulit kaki kuning kecoklatan, 4 Gerakan lincah, 5 Tidak memiliki cacat tubuh, 6 Memiliki nafsu makan yang baik, 7 Tidak terdapat letakan tinja di duburnya, serta 8 Suara nyaring.

2.4.2. Lahan dan Perkandangan

Lokasi merupakan hal yang penting dipertimbangkan dalam memulai budidaya ayam broiler. Lokasi menjadi pertimbangan penting karena ada tumpang tindih kepentingan dalam pemanfaatan suatu areal. Tiga poin yang dapat dijadikan acuan dalam pemilihan lokasi kandang Rasyaf, 2008: 1 Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan atau dipilih tempat yang sunyi 2 Tidak jauh lokasi pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran 3 Lokasi yang dipilih sebaiknya masuk dalam area agribisnis agar terhindar dari penggusuran. Hardjosworo dan Rukmiasih 2000, menyatakan unggas pedaging sebaiknya dipelihara dalam kandang agar memiliki ruang gerak yang terbatas. Pembatasan ruang gerak dimaksudkan agar pakan yang diberikan pada ternak 13 dapat dikonversi secara optimal menjadi daging. Bila ruang geraknya tidak terbatas, energi yang diperoleh dari pakan akan digunakan untuk bergerak. Letak dan arah kandang dimaksudkan untuk mencegah agar sinar matahari tidak terlalu lama ke dalam kandang. Kandang yang baik dibuat poros panjang dan membentang kearah Timur-Barat. Ventilasi yang baik mampu memberikan jaminan terhadap efisiensi penggunaan makanan, sehingga kesehatan dan pertumbuhan terjamin. Ventilasi juga harus dibuat dengan baik agar udara di kandang dapat bertukar secara lancar. Ukuran kandang yang tepat tergantung dari kepadatan jumlah populasi yang dipelihara. Luas kandang yang cukup memberikan ruang gerak yang cukup bagi ternak agar tidak stres dan saling patuk. Ruang gerak yang cukup akan membuat pertumbuhan ayam broiler optimal. Tabel 3 memberikan gambaran yang jelas tentang kebutuhan luas ruang gerak berdasarkan bobot badan unggas. Tabel 3. Ruang Gerak yang Dibutuhkan oleh Ayam Broiler Berdasarkan Bobot Ternak Bobot Badan kg Ruang Gerak m 2 ekor 1,4 1,8 2,2 2,5 3,0 0,06 0,08 0,1 0,13 0,16 Sumber: Hardjosworo dan Rukmiasih 2000

2.4.3. Ransum

Ransum merupakan kumpulan bahan makanan pokok yang diberikan kepada ternak dengan komposisi bahan yang telah disusun dengan mengikuti aturan tertentu. Aturan tersebut megikuti nilai kebutuhan gizi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Kebutuhan nilai gizi ayam broiler berbeda bergantung pada umur ternak. Semakin besar umur ternak maka kebutuhan gizi ternak tersebut juga semakin tinggi. Kebutuhan gizi ayam broiler diperliharkan oleh Tabel 4. 14 Tabel 4. Kebutuhan Zat Nutrisi yang diperlukan Ayam Broiler Jenis unggas Umur minggu Zat Nutrisi Energi kkalkg Protein Metionin Lisin Ca P Ayam ras 0-3 3-6 6-8 3.200 3.200 3.200 23,00 20,00 18,00 0,50 0,38 0,32 1,10 1,00 0,85 1,00 0,90 0,80 0,45 0,35 0,30 Sumber: Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000 Standar kebutuhan pakan bervariasi, tergantug dari bibit DOC yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan pembibitan. Susunan ransum yang diperlukan untuk ayam broiler harus mengandung zat-zat yang diperlukan berdasarkan umur yang diperlihatkan oleh Tabel 5. Besarnya pakan yang digunakan mempengaruhi perhitungan konversi pakan. Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diperlukan dengan pertumbuhan berat badan. Bell dan Weaver 2002 memberikan standar FCR broiler yang dipelihara selama 35-38 hari adalah lebih kecil dari 1,83 kilogram pakan. Dengan kata lain 1,83 kilogram pakan diberikan kepada ternak untuk mendapatkan bobot hidup unggas 1 kilogram. Tabel 5. Kebutuhan Zat Nutrisi yang diperlukan Ayam Broiler Berdasarkan Umur Fase Starter 0-4 minggu Fase Finisher 5-8 mingggu ME kkalkg Protein Lemak Lemak Kasar 2.800-3.00 23-24 7 4 3.000-3.200 21-22 7 4 Sumber: Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000

2.4.4. Obat dan Vaksinasi

Vaksin merupakan bahan yang dibuat dari bahan mikroorganisme atau komponen antigen dari virus atau bakteri tersebut. Vaksin diperlukan untuk menimbulkan kekebalan dalam tubuh unggas. Obat merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menghambat atau menghentikan perkembangbiakkan mikroorganisme Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000. 15

2.4.5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengelola proses produksi. Kualitas sumber daya manusia yang digunakan mempengaruhi kualitas ternak yang dihasilkan. Tenaga kerja pada peternakan ayam broiler yang dikelola secara manual tanpa alat-alat otomatis untuk 2.000 ekor ayam broiler mampu dipelihara oleh satu orang pria dewasa. Untuk 6.000 ekor cukup dipakai tenaga kerja satu orang pria dewasa sebagai tenaga kandang yang biasa disebut anak kandang dan bertugas dalam pemeliharaan keseharian di kandang. Tenaga kerja tetap, tanaga kerja harian dan tenaga kerja harian lepas maupun kontrak adalah tenaga kerja yang digunakan dalam satu peternakan Rasyaf, 2008.

2.4.6. Biaya Input

Dalam ilmu ekonomi biaya diartikan sebagai semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga yang berlaku di pasar, Gilarso 2003. Biaya merupakan nilai output yang diperlukan untuk memproduksi output Lipsey et. al, 1995. Dari beberapa difinisi tersebut, ada beberapa komponen penting yang terdapat dalam definisi suatu biaya. Yang pertama, pengorbanan merupakan pemakaian faktor-faktor produksi atau sumber-sumber ekonomi. Kedua, dinilai dalam uang artinya semua pengorbanan yang dikeluarkan dalam proses produksi diperhitungkan dalam bentuk nilai uang, yakni biaya yang benar-benar dikeluarkan biaya eksplisit maupun biaya yang secara ekonomis harus dihitung tetapi bukan dalam bentuk pengeluaran uang riil biaya implisit. Terakhir, penilaian biaya tersebut berdasarkan harga pasar yang berlaku agar nilai yang dihitung relevan. Biaya merupakan komponen yang dipengaruhi oleh besaran skala produksi yang dilakukan peternak. Semakin besar skala peternakan maka biaya yang diperlukan semakin besar. Biaya yang digunakan dalam kegiatan budidaya ayam broiler adalah seluruh biaya dalam pengadaan input dan tenaga kerja dalam satu siklus produksi.

2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tinjauan mengenai penelitian yang relevan dilakukan untuk membantu melihat gambaran awal terhadap kajian penelitian yang akan dilakukan. Penelitian