Perhitungan Nilai Break Even Point Nilai Kelayakan pada Peternakan Ayam Broiler dengan Pola Mandiri

77 NPV Rp 189.204.443, nilai Net BC 2,438, nilai IRR 32,953 persen dan PP 2 tahun 10 bulan. Hasil tersebut memenuhi standar kelayakan pada empat kriteria proyek layak untuk dijalankan. Informasi harga yang dipakai dalam perhitungan didasarkan kondisi yang telah diterima peternak selama proses pembesaran ayam broiler. Harga terbaik, kondisi harga normal dan kondisi harga terburuk terjadi sebanyak dua kali dalam satu tahun.

6.3.3. Perhitungan Tingkat Risiko

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dari kondisi risiko harga dan risiko produksi kemudian dapat dilakukan perbandingan risiko manakah yang memiliki tingkatan risiko yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah. Perhitungan tingkat risiko didasari pada tingkat probabilitas kejadian risiko produksi dan risiko harga mungkin terjadi. Tabel 24. Probabilitas dari Ketiga Kondisi pada Risiko Produksi Kondisi Peluang NPVi Rp Terbaik 0,222 95.975.321 Normal 0,444 129.770.406 Terburuk 0,333 150.451.125 Probabilitas pada kondisi risiko produksi terbaik bernilai 0,22. Pada kondisi risiko produksi normal peluang terjadinya adalah 0,44 dan pada kondisi terburuk peluang terjadinya adalah 0,33. Sedangkan probabilitas pada risiko produksi harga kondisi terbaik, normal dan terburuk nilainya adalah sama besar yaitu 0,33. Nilai probabilitas tersebut sama karena peluang kejadian tiga kondisi tersebut adalah dua periode selama enam periode dalam satu tahun pelaksanaan kegiatan peternakan. Tabel 25. Probabilitas dari Ketiga Kondisi pada Risiko Harga Kondisi Peluang NPVi Rp Terbaik 0,333 213.703.683 Normal 0,333 204.516.468 Terburuk 0,333 189.204.443 78 Selain peluang terjadinya kejadian, komponen lain yang perlu dipertimbangkan untuk menghitung risiko adalah nilai NPV yang diharapkan E NPV. Nilai output E NPV menunjukkan harpan dari pelaku usaha terhadap manfaat bersih yang ingin diterima selama usaha berjalan. Dari kedua komponen tersebut dapat dihitung nilai standar deviasi dan koefisien variasi untuk kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan tingkat risiko yang dihadapi akibat dari risiko harga dan risiko produksi peternakan milik Bapak Marhaya. Tabel 26. Tingkat Risiko yang Terjadi pada Ketiga Skenario dalam Risiko Produksi dan Harga Jenis Risiko NPV yang diharapkan Rp Standar Deviasi Koefisien Variasi Tingkat Risiko Harga 202.474.865 135.151.257 0,667 Rendah Produksi 28.853.210 83.076.790 2,879 Tinggi Nilai ENPV pada risiko harga bernilai positip sedangkan pada risiko produksi bernilai negatip. Nilai NPV yang diharapkan pada risiko harga Rp 202.474.865 dan pada risiko produksi Rp 28.853.210. Semakin besar nilai NPV yang diharapkan dari perhitungan maka tingkat risiko yang dihasilkan semakin rendah. Standar desiasi yang menjadi indikator penyimpangan rata-rata. Nilai standar deviasi yang dihasilkan jenis risiko harga lebih tinggi dari nilai standar deviasi yang dihasilkan risiko produksi. Koefisien variasi dari jenis risiko harga adalah 0,667 dan dari jenis risiko produksi adalah 2,879. Nilai koefisien variasi juga sama dengan makna standar deviasi. Nilai tersebut dijadikan penentu risiko bahwa risiko produksi lebih berpengaruh negatif pada bisnis peternakan ayam broiler dibandingkan risiko harga pada peternakan sistem kemitraan. Dari tiga nilai yang dihasilkan indikator risiko tersebut dapat dikatakan bahwa jenis risiko produksi lebih tinggi daripada risiko harga jual pada peternakan ayam broiler milik Bapak Marhaya. Untuk meminimalkan risiko produksi yang dihadapi manajemen risiko dapat dilakukan dengan pemilihan anak kandang yang memiliki pengalaman pemeliharaan ayam yang baik dan melakukan perawatan rutin terhadap fasilitas produksi yang digunakan. Langkah pencegahan adalah cara terbaik untuk meminimalisir kerugian akibat adanya risiko produksi. Cara yang dapat ditempuh oleh peternakan adalah 79 dengan melakukan pemberian vaksin dan vitamin dengan jadwal dan dosis yang tepat. Selain itu, sistem pengelolaan yang bersih emnjadi penentu keberhasilan kegiatan operasional pembesaran ayam broiler. Tujuannya adalah mengurangi tingkat kematian dan efisiensi konversi pakan ke bobot badan ayam. Dengan pengambilan langkah tersebut maka hasil panen berada di pencapaian optimal.