Keterbatasan Penelitian Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Setiap Tahapan

terjadinya kerusakan pada unit Exacavator juga semakin besar. Oleh sebab itu, jika unit Excavator tidak diperiksa dengan baik setiap hari pada saat sebelum dioperasikan, dapat mengakibatkan unit Excavator terbakar akibat overheat atau adanya kerusakan mekanikal lainnya. Pada saat menyiapkan lokasi pengeboran dengan unit Dozer, terdapat risiko tabrakan antar unit akibat operator unit Dozer tidak mematuhi jarak aman saat berinteraksi dan mendekati unit bergerak lain yang ada di lokasi pengeboran. Menurut menurut Lucas dan Wilson 1989 dalam Wiwin 2010, tidak konsentrasi dan lalai dalam bekerja merupakan gejala dari stress kerja yang tergolong dalam gejala intelektual diantaranya susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun, produktifitas atau prestasi kerja menurun, dan mutu kerja rendah. Oleh karena itu, tidak adanya konsentrasi kerja dapat memicu terjadinya risiko yang berakibat pada kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja yang berdampak pada produktifitas kerja itu sendiri. Selain itu, pekerja juga berisiko tertabrak unit Dozer akibat kurangnya komunikasi antara pekerja dengan operator unit Dozer yang berada di lokasi kerja dan pekerja tidak mematuhi peraturan untuk mendekati unit berat bergerak. Pada tahap ini juga terdapat risiko unit Dozer terbalik akibat unit Dozer dioperasikan pada area yang tanahnya tidak stabil dan risiko unit Dozer terbakar akibat unit Dozer yang dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah mekanikal lainnya. Pada pekerjaan memasang titik-titik pengeboran, pekerja berisiko terjatuhdi area pengeboran akibat area di lokasi pengeboran memiliki struktur tanah yang berbatu, sehingga jika pekerja kurang hati-hati atau terburu-buru ketika berjalan dapat menyebabkan pekerja terjatuh. Selain itu, pekerja juga berisiko terjatuh dari ketinggian akibat area pengeboran yang berlokasi didekat tebing. Risiko ini juga bisa terjadi jika pekerja kurang hati-hati saat berjalan didekat tebing. Pada saat melakukan pengeboran, unit Drill berisiko terbalik akibat area kerja di lokasi pengeboran memiliki struktur tanah yang berbatu serta memiliki kemiringan tanah yang dapat mengakibatkan unit Drill terbalik. Selain itu, kesalahan operator unit Drill saat mengoperasikan kaki-kaki Jack dari unit Drill ketika berada di lokasi yang miring juga menjadi penyebab unit Drill terbalik. Pada tahap ini juga terdapat risiko unit Drill terbakar akibat unit Drill yang dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau terdapat masalah mekanikal lainnya. Selain itu, terdapat risiko unit Drill tergelincir yang terjadi akibat unit Drill dioperasikan pada saat hujan yang dapat menyebabkan area kerja di lokasi pengeboran menjadi licin. Pada saat memindahkan unit Drill ke titik pengeboran berikutnya, terdapat risiko pipa drill bengkok akibat operator unit Drill tidak menaikan pipa drill dengan full ketika akan berpindah dari titik pengeboran satu ke titik pengeboran berikutnya. Sehingga ketika unit drill berpindah, pipa tersebut masih berada dalam lubang pengeboran dan membentur lubang yang mengakibatkan pipa drill bengkok.

6.2.2. Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting

Pada tahap persiapan awal proses peledakan, pekerja memasang signbarikade di areablasting untuk menecegah pekerja yang tidak berkepentingan masuk area blasting. Pada tahap ini pekerja berisiko terperosok ke lubang akibat didalam area peledakan terdapat banyak lubang-lubang peledakan, sehingga jika pekerja kurang hati-hati saat berjalan didekat lubang peledakan dapat menyebabkan pekerja terperosok. Selain itu, pekerja juga berisiko terjatuh dari ketinggian akibat area peledakan berada didekat tebing. Risiko ini juga dapat terjadi jika pekerja kurang hati-hati saat berjalan didekat tebing. Pada tahap ini pekerja juga berisiko tertabrak Truck MMU akibat adanya interaksi antara pekerja dengan Truck MMU didalam area blasting dan pekerja kurang hati-hati saat berienteraksi dengan Truck MMU. Tahap persiapan selanjutnya yaitu, melakukan pengisian bahan peledak kedalam lubang-lubang peledakan.Pada tahap ini, terdapat risikoTruck MMU terbalik akibat Truck dioperasikan pada area tanah yang tidak stabil dan berpotensi longsor. Selain itu, terdapat risiko pekerja terperosok ke lubang peledakan akibat di area peledakan terdapat banyak lubang-lubang peledakan dan pekerja kurang hati-hati saat berjalan didekat lubang peledakan. Tahap persiapan selanjutnya yaitu, pekerja memasang bendera radius jarak aman dan tanda penutup jalan sejauh 300 meter untuk unit dan 500 meter untuk orang. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan unit kendaraan kecil untuk menuju jarak aman yang telah ditentukan. Pada tahap ini, terdapat risiko kecelakaan unit kendaraan kecil di jalan tambang akibat unit kendaraan tidak mematuhi peraturan lalu lintas tambang Pit Traffic Rules seperti, melebihi batas kecepatan overspeed, menyalip overtake tidak sesuai prosedur serta tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas dijalan tambang. Risiko ini juga terjadi akibat faktor fatigue atau kelelahan dari pengemudi unit kendaraan kecil.Fatigue atau kelelahan merupakan rasa letih yang terjadi baik karena kurang tidur, terlalu banyak pekerjaan, atau masalah emosional lainnya yang mengganggu konsentrasi saat bekerja serta menurunkan produktivitas seseorang ILO, 1989. Pada tahap ini juga terdapat risiko unit kendaraan terbalik yang terjadi akibat jalan tambang yang dilalui licin karena hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur, yang menyebabkan unit kendaraan lepas kendali dan menabrak sisi jalan hingga terbalik. Tahap persiapan terakhir yaitu, melakukan pembersihan daerah peledakan. Tahap ini bertujuan untuk memastikan bahwa daerah sekitar lokasi peledakan telah bebas dari unit dan pekerja, sehingga siap untuk dilakukan peledakan. Pada tahap ini terdapat risiko yang sama dengan tahap memasang bendera radius jarak aman dan tanda penutup jalan yaitu, risiko kecelakaan unit kendaraan kecil dan risiko unit kendaraan terbalik. Risiko kecelakaan unit kendaraan kecil di jalan tambang terjadi akibat unit kendaraan tidak mematuhi peraturan lalu lintas tambang Pit Traffic Rules seperti, melebihi batas kecepatan overspeed, menyalip overtake tidak sesuai prosedur serta tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas dijalan tambang. Risiko ini juga terjadi akibat faktor fatigue atau kelelahan dari pengemudi unit kendaraan kecil. Fatigue atau kelelahan merupakan rasa letih yang terjadi baik karena kurang tidur, terlalu banyak pekerjaan, atau masalah emosional lainnya yang mengganggu konsentrasi saat bekerja serta menurunkan produktivitas seseorang ILO, 1989. Risiko unit kendaraan terbalik terjadi akibat jalan tambang yang dilalui licin karena hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur, yang menyebabkan unit kendaraan lepas kendali dan menabrak sisi jalan hingga terbalik. Pada saat pelaksanaan peledakan, terdapat risiko tertimpa lemparan material dari hasil peledakan yang terjadi akibat operator unit dan pekerja berada pada jarak yang terlalu dekat dengan area peledakan saat proses peledakan berlangsung. Selain itu, terdapat risiko terkena ledakan akibat masih terdapat orang di dalam area peledakan saat proses peledakan berlangsung. Pada saat memeriksa daerah peledakan setelah proses peledakan berlangsung, pekerja yang bertugas memeriksa daerah peledakan shotfire berisiko terjatuh akibat area blasting setelah proses peledakan berlangsung akan menjadi berbatu dan memiliki struktur tanah yang tidak rata, sehingga jika pekerja kurang hati-hati saat berjalan dapat mengakibatkan pekerja terjatuh. Selain itu, pekerja juga berisiko terjatuh dari ketinggian akibat area peledakan berada didekat tebing dan pekerja kurang kurang hati-hati saat berjalan didekat tebing. Pada tahap ini juga terdapat risiko terkena ledakan misfire yang terjadi akibat terdapat rangkaian lubang peledakan yang gagal meledak misfire dan dapat meledak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengenai pekerja.Berdasarkan wawancara dengan pekerja pada bagian blasting, misfire dapat terjadi akibat penyambungan kabel pada rangkaian lubang peledakan tidak tersambung atau terisolasi dengan baik, sehingga terdapat rangkaian lubang yang gagal meledak.

6.2.3. Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading

Pada tahap persiapan awal proses loading, operator unit Excavator melakukan prestart check pada unit Excavator yang akan digunakan. Kegiatan prestart check tersebutmerupakan kegiatan rutin yang harus selalu dilakukan oleh operator unit sebelum mengoperasikan unit yang akan digunakan. Prestart check bertujuan untuk memeriksa dan memastikan bahwa unit yang akan digunakan berada dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan. Ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Rijanto 2011, bahwa terdapat aturan dasar yang berlaku untuk alat berat bergerak yaitu, setiap operator harus melakukan pemeriksaan pada peralatannya secara berkala dan melaporkan setiap kerusakan atau suatu sistem atau bagian yang tidak berfungsi. Pemeliharaan yang terjadwal akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi dari peralatan. Pada tahap ini, operator unit berisiko terbentur ketika memeriksa bagian bawah unit, karena bagian bawah unit Excavator cukup rendah bila dibandingkan dengan tinggi operator, sehingga jika operator tidak hati-hati ketika mengangkat kepala, maka akan membentur bagian bawah unit. Operator juga berisiko terkilir ketika berjalan untuk memeriksa unit Excavator secara keseluruhan akibat area kerja di lokasi loading yang berbatu dan terdapat banyak tanah gundukan yang bisa bergerak, sehingga jika operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat berjalan atau ketika memijakan kaki pada batu atau tanah gundukan yang bisa bergerak, dapat menyebabkan operator terkilir. Selain itu, operator juga berisiko tergelincir saat menaiki tangga unit Excavator untuk memeriksa bagian atas kabin unit akibat tangga unit Excavator yang licin setelah hujan atau akibat terkena tumpahan material cair seperti, lumpur dan oli. Risiko lain yaitu, terjepit pintu kabin unit yang terjadi saat operator menutup pintu kabin unit akibat operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat menutup pintu kabin unit. Risiko ini juga dapat terjadi karena operator meletakan jari tangan pada titik jepit pintu kabin yang menyebabkan tangan terjepit. Pada tahap memposisikan unit Excavator di area loading, unit Excavator berisiko amblas akibat area loading memiliki material tanah yang lembek. Selain itu, terdapat risiko unit Excavator terbalik akibat unit Excavator diposisikan pada tanah yang miring atau tidak rata serta risiko tabrakan dengan unit Dozer yang terjadi akibat adanya interaksi antara unit Excavator dan unit Dozer yang sedang membersihkan dan meratakan area loading. Risiko ini juga terjadi akibat kondisi area loading yang terlalu sempit dan memiliki penerangan yang kurang ketika malam hari. Pada tahap memposisikan unit DumpTruck di area loading, unit DumpTruck juga berisiko amblas akibat area loading memiliki material tanah yang lembek. Pada tahap tersebut juga terdapat risiko unit DumpTruck menabrak unit Excavator yang terjadi ketika DumpTruck mundur mendekati unit Excavator untuk melakukan loading. Risiko ini terjadi akibat penerangan yang kurang memadai ketika malam hari dan area loading yang berdebu, sehingga operator unit DumpTruck mengalami kesulitan dalam melihat jarak yang aman untuk mendekati unit Excavator. Risiko lain yaitu, tabrakan dengan unit Dozer yang terjadi karena adanya interaksi antara unit DumpTruck dan unit Dozer yang sedang membersihkan dan meratakan area loading. Risiko ini juga terjadi akibat kondisi area loading yang terlalu sempit dan memiliki penerangan yang kurang ketika malam hari. Selain itu, terdapat risiko unit DumpTruck menabrak unit kendaraan kecil akibat pengemudi unit kendaraan kecil memarkir kendaraan secara sembarangan di area loading. Berdasarkan hasil observasi lapangan, memang banyak ditemukan pengemudi unit kendaraan kecil yang memarkir kendaraannya secara sembarangan dan bukan pada tempat yang telah disediakan. Ini tentu sangat membahayakan nyawa dari pengemudi itu sendiri dan juga unit yang diparkirnya. Berdasarkan wawancara kepada pengemudi unit kendaraan kecil, kebiasaan parkir sembarangan tersebut biasanya dilakukan karena pengemudi merasa tempat parkir yang telah disediakan terlalu jauh dengan lokasi tujuan pengemudi atau dengan alasan hanya sebentar, sehingga pengemudi melakukan shortcut atau melakukan tindakan yang salah untuk mempersingkat pekerjaan dengan memarkir kendaraannya ditempat yang tidak semestinya. Menurut Miner1994, hal tersebut tergolong dalam unsafe behavior dimana hal tersebut merupakan tipe prilaku yang mengarah pada kecelakaan.Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia unsfae act yaitu, sebesar 78 dan kondisi berbahaya unsafe condition sebesar 20 serta faktor lainnya sebesar 2. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa prilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan ditempat kerja Kementrian Tenaga Kerja. Pada saat unit Excavator melakukan loading muatan batubara ke dalam unit DumpTruck, terdapat risiko unit Excavator terbalik akibat area loading yang tidak ratamiring dan juga licin yang disebabkan karena hujan atau akibat tumpahan material cair seperti lumpur dan oli. Pada tahap ini juga terdapat risiko tertimpa material muatan akibat unit kendaraan lain berada terlalu dekat dengan area loading dan tidak menjaga jarak aman dengan unit Excavator yang sedang melakukan loading. Selain itu, terdapat risiko benturan antara bucket Excavator dengan body DumpTruck yang biasanya terjadi akibat faktor fatigue atau kelelahan dari operator unit Excavator, sehingga kurang konsentrasi saat melakukan loading batubara ke dalam DumpTruck. Berdasarkan wawancara dengan petugas safety, faktorfatiguememang merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja terutama kecelakaan kerjapada prosesloading, hauling, dan dumping.Hal ini disebabkan karena pekerjaan loading, hauling, dan dumping tersebut dilakukan selama 24 jam setiap hari, sehingga tingkat kelelahan dari operator unit juga semakin tinggi. Fatigue atau kelelahan merupakan rasa letih yang terus meningkat dan mengganggu pekerjaan, baik karena kurang tidur, beban kerja yang terlalu banyak, atau suatu masalah emosiaonal lainnya. Fatigue biasanya terjadi pada waktu shift malam, karena pada pekerja shift malam akan mengalami gangguan pada pola tidur mereka yang akan memperngaruhi ketahanan fisik pekerja ILO, 1989. Risiko benturan antara bucket Excavator dengan body DumpTruck juga terjadi akibat penggunaan teknik top loading saat melakukan proses loading. Dimana unit Excavator yang melakukan loadingberada sejajar dengan unit DumpTruck, sehingga operator unit Excavator harus mengangkat bucket lebih tinggi agar dapat mencapai buck dari unit DumpTruck. Penggunaan teknik loadingtersebut sangat berisiko untuk terjadi benturan. Risiko benturan ini juga dapat diakibatkan oleh penerangan yang kurang memadai saat proses loading dilakukan pada malam hari.

6.2.4. Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling

Pada tahap hauling ini, unit DumpTruck yang telah melakukan loading muatan batubara kemudian membawa muatan batubara tersebut ke tempat penyimpanan stock pile. Tahap perjalanan dari tempat loading menuju ke tempat penyimpanan inilah yang disebut dengan tahap hauling. Pada tahap ini, unit DumpTruck berisiko menabrak unit lain di jalan tambang akibat adanya interaksi yang padat dengan unit DumpTruck lain atau alat bergerak lain dijalan tambang. Risiko ini juga terjadi akibat unit DumpTruck dioperasikan dengan tidak aman seperti, melebihi kecepatan yang ditentukan Overspeed, menyalip Overtake tidak sesuai prosedur, serta tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Risiko ini juga terjadi akibat faktor fatiguekelelahan dari operator unit DumpTruck. Risiko lain yaitu, tabrakan antar unit yang terjadi akibat jalan tambang yang dilalui terlalu sempit dan interaksi antar unit kendaraaan dijalan tambang sangat padat. Risiko ini juga terjadi akibat unit DumpTruck melewati persimpangan jalan dan tidak tersedianya rambu-rambu dipersimpanga jalan. Selain itu, terdapat risiko unit DumpTruck menabrak tanggul terjadi akibat jalan tambang yang dilalui bergelombang atau tidak rata dan licin setelah hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur. Pada tahap ini juga terdapat risiko unit DumpTruck terbalik akibat unit DumpTruck dioperasikan melewati jalan yang kemiringannya melebihi 10 serta risiko unit DumpTruck terbakar akibat unit DumpTruck yang dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah mekanikal lainnya.

6.2.5. Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping

Pada tahap awal dari proses dumping, unit DumpTruck mulai memasuki area yang ditentukan sebagai area dumping. Pada tahap ini, unit DumpTruck berisiko tergelincir akibat kondisi jalan masuk menuju area dumping licin setelah hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur. Selain itu, terdapat risiko tabrakan dengan unit lain akibat jalan masuk area dumping yang dilalui terlalu sempit dan penerangan yang kurang memadai ketika malam hari, sehingga mengurangi jarak pandang dari operator unit DumpTruck. Setelah memasuki area dumping, unit DumpTruck harus melakukan manuver di area dumping. Tahapan manuver di lokasi dumpingdilakukan dengan cara DumpTruck memutar di lokasi dumping dan bergerak mundur mendekati lokasi yang menjadi area dumping. Ini bertujuan untuk mempermudah unit DumpTruck saat menurunkan muatan batubara di areadumping yang telah disediakan. Pada tahap ini unit DumpTruck berisiko menabrak tanggul pengaman disisi area dumping akibat area dumping yang terlalu sempit dan tidak mencukupi ketika unit DumpTruck akan melakukan manuver. Risiko ini juga terjadi akibat operator unit DumpTruck tidak hati-hati dan terburu-buru saat melakukan manuver di area dumping. Pada saat melakukan manuver, unit DumpTruck juga berisiko menabrak unit lain yang terjadi akibat adanya interaksi yang padat antar unit di areadumping. risiko ini juga terjadi akibat operator DumpTruck tidak hati-hati dan terburu-buru saat manuverdi areadumping. Selain itu, unit DumpTruck juga berisiko menabrak unit kendaraan kecil akibat unit kendaraan kecil yang memarkir kendaraannya secara sembarangan di areadumping. Berdasarkan hasil observasi lapangan, memang banyak ditemukan pengemudi unit kendaraan kecil yang memarkir kendaraannya secara sembarangan dan bukan pada tempat yang telah disediakan. Ini tentu sangat membahayakan nyawa dari pengemudi itu sendiri dan juga unit yang diparkirnya. Berdasarkan wawancara kepada pengemudi unit kendaraan kecil, kebiasaan parkir sembarangan tersebut biasanya dilakukan karena pengemudi merasa tempat parkir yang telah disediakan terlalu jauh dengan lokasi tujuan pengemudi atau dengan alasan hanya sebentar, sehingga pengemudi melakukan shortcut atau melakukan tindakan yang salah untuk mempersingkat pekerjaan dengan memarkir kendaraannya ditempat yang tidak semestinya. Menurut Miner1994, hal tersebut tergolong dalam unsafe behavior dimana hal tersebut merupakan tipe prilaku yang mengarah pada kecelakaan.Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia unsfae act yaitu, sebesar 78 dan kondisi berbahaya unsafe condition sebesar 20 serta faktor lainnya sebesar 2. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa prilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan ditempat kerja Kementrian Tenaga Kerja. Risiko lain yang ada pada saat unit DumpTruck manuveryaitu, unit DumpTruck terbalik akibat kondisi jalan disekitar area dumping tidak memadai seperti, bergelombang atau miring dan operator unit DumpTruck terburu-buru saat melakukan manuver di area dumping. Pada tahap unit DumpTruck melakukan dumping,terdapat risiko unit DumpTruck terperosok akibat lokasi area dumping mengalami keretakan, sehingga tidak kuat menahan beban dari unit DumpTruck ketika akan melakukan dumping. Keretakan dari area dumping biasanya terjadi akibat hujan yang membuat tanah menjadi lembek dan berpotensi longsor. Selain itu, unit DumpTruck berisiko terbalik akibat tanggul pengaman safety berm di area dumping rapuh serta tinggi tanggul pengaman di areadumping tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebagai tanggul pengaman yang aman untuk proses dumping, sehingga dapat menyebabkan unit DumpTruck terbalik saat melakukan dumping. Berdasarkan hasil observasi, memang banyak ditemukan tanggul pengaman yang dibuat dengan tidak mengikuti standar yang telah ditetapkan. Dimana, berdasarkan wawancara dengan petugas safety, tinggi tanggul pengaman yang aman dan sesuai standar yaitu, tanggul pengaman harus memiliki tinggi kurang lebih setengah atau lebih dari tinggi ban unit DumpTruck terbesar yang akan melakukan dumping. Setelah melakukan dumping, unit DumpTruck bergerak keluar dari area dumping. Pada tahap ini, unit DumpTruck berisiko tergelincir akibat kondisi jalan keluar dari area dumping licin setelah hujan atau akibat tumpahan material cair seperti, oli dan lumpur. Selain itu, terdapat risiko tabrakan dengan unit lain akibat jalan keluar dari area dumping yang dilalui terlalu sempit dan penerangan yang kurang memadai ketika malam hari.

6.3 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Setiap Tahapan

Proses Penambangan Batubaradi PT. Thiess Contractors Indonesia, Sangatta Mine Project 6.3.1 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling a. Melakukan Prestart Check 1. Terbentur body unit Risiko ini terjadi ketika operator memeriksa bagian bawah unit Drill, dimana bagian bawah unit Drill cukup rendah bila dibandingkan dengan tinggi operator, sehingga jika operator tidak hati-hati ketika mengangkat kepala, maka dapat membentur bagian bawah unit Drill. Risiko tersebut mungkin saja dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan bertahun-tahun, sehingga termasuk dalam kategori conceivable. Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu, melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP mengenai tahap prestart check. Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko terbentur body unit yaitu, kurangnya kewaspadaan operator ketika memerikssa bagian bawah unit Drill. Oleh sebab itu, dengan melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko terbentur body unit, sehingga risiko terbentur body unit jarang terjadi. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan upaya tambahan dengan memasang warning sign pada unit terkait risiko benturan untuk meningkatkan kewaspadaan dari operator ketika akan melakukan prestart check. Menurut sumber dari situs qhsedepartement yang diakses pada tanggal 30 juli 2013, Terdapat beberapa manfaat dari pembuatan warning sign seperti, menarik perhatian terhadap adanya keselamatan dan kesehatan kerja, menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat, memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan, serta mengingatkan para pekerja untuk menggunakan peralatan perlindungan diri. Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena tahap melakukan prestart check hanya dilakukan satu kali setiap hari yaitu, diawal shift. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih rendah karena, tahap prestart checkmemang harus dilakukan sebelum operator mengoperasikan unit Drill.Sedangkan tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategori noticeable, karena pada risiko tersebut hanya terjadi cidera ringan atau memar pada bagian kepala. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah menyediakan APD lengkap terutama safety helm bagi para operator unit saat melakukan prestrat check. Oleh sebab itu, dengan menggunakan safety helm dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko terbentur. Menurut Rijanto 2011, safety helmmerupakan alat pelindung diri yangdirancang untuk dapat melindungi kepala dari benturan dengan suatu benda dan tususkan benda-benda yang jatuh. American National Standard Institute ANSI Z89.1 – 1986 juga mengatakan bahwa safety helm merupakan suatu alat yang dipakai untuk memberikan perlindungan untuk kepala, atau bagian- bagiannya, terhadap benturan dengan benda-benda yang ada disekitar lingkungan kerja. 2. Terkilir Pada tahap melakukan prestart check, operator juga berisiko terkilir akibat area pengeboran memiliki struktur tanah yang berbatu serta terdapat gundukan tanah yang mudah bergerak, sehingga jika operator kurang hati-hati saat berjalan atau ketika memijakan kaki pada gundukan tanah yang mudah bergerak, dapat mengakibatkan operator terkilir. Kemungkinan terjadinya risiko ini termasuk dalam kategori conceivable yaitu, mungkin saja dapat terjadi namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan bertahun-tahun. Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan yaitu dengan, melakukan perataan tanah di lokasi pengeboran, melakukan safety briefing sebelum bekerjaserta menyediakan SOP mengenai tahap prestart check. Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko terkilir yaitu, area pengeboran yang tidak rata sehingga dengan melakukan perataan tanah di lokasi pengeborandapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko terkilir. Sedangkan dengan melakukan safety briefing sebelum bekerjaserta menyediakan SOP mengenai tahap prestart check dapat meningkatkan kewaspadaan dari operator ketika melakukan prestart check. Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena tahap melakukan prestart check dilakukan satu kali setiap hari yaitu, dilakukan pada awal shift. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih rendah karena, tahap prestart check memang harus dilakukan sebelum operator mengoperasikan unit Drill. Sedangkan tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategori noticeable, karena akibat terburuk pada risiko tersebut hanya menyebabkan cidera ringan atau memar pada bagian kaki. Hal ini disebabkan karena, perusahaan telah menyediakan APD lengkap terutama safety shoes bagi para operator unit saat melakukan prestrat check. Oleh sebab itu, dengan menggunakan safety shoes dapat mengurangi konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko terkilir. Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa perusahaan telah melakukan upaya pengendalian dengan baik untuk mengurangi tingkat kemungkinan, dan konsekuensi dari risiko terkilir. Namun, sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa area pengeboran sudah rata, sehingga aman bagi operator dan pekerja lain yang berada di lokasi pengeboran.Menurut Handoko 1995, pengawasan perlu dilakukan untuk mengamati setiap pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi kesalahan atau kejadian diluar rencana kerja. 3. Tergelincir Risiko lain yang terjadi saat operator melakukan prestart check yaitu, risiko tergelincir yang terjadi saat operator menaiki tangga unit untuk memeriksa bagian atas kabin unit. Risiko ini terjadi akibat tangga unit yang licin setelah hujan atau terkena tumpahan material cair seperti, lumpur dan oli. Kemungkinan risiko ini untuk terjadi termasuk dalam kategori conceivable yaitu, mungkin saja dapat terjadi namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan bertahun- tahun. Perusahaan telah melakukan beberapa pengendalian seperti, memasang handrail pada tangga unit, memasang warning signpada tangga unit tentang “gunakan Tiga Titik Tumpu” saat menaiki tangga unitserta melakukan safety briefing sebelum bekerja. Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko tergelincir adalah tangga unit Drill yang licin. Oleh sebab itu, dengan melakukan pengendalian yang telah dilakukan perusahaan seperti, memasang handrail pada tangga unit, memasang warning sign pada tangga unit serta melakukan safety briefing sebelum bekerja, dirasa cukup efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko tergelincir. Namun, pengendalian tersebut tidak menghilangkan bahaya dari tangga unit yang licin dan hanya meningkatkan tingkat kewaspadaan dari operator unit, sehingga perusahaan sebaiknya perlu melakukan upaya pengendalian tambahan seperti memasang lapisan anti slip pada tangga unit untuk menghilangkan bahaya licin yang terdapat pada tangga unit, sehingga tingkat kemungkinan terjadinya risiko tergelincir dapat diturunkan. Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena tahap melakukan prestart check dilakukan satu kali setiap hari yaitu, dilakukan pada awal shift. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih rendah karena, tahap prestart check memang harus dilakukan sebelum operator mengoperasikan unit Drill. Sedangkan tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategori serious, karena akibat terburuk apabila tergelincir dari tangga unit Drill yaitu dapat menyebabkan cidera serius pada operator. Hal ini disebabkan karena tangga dari unit Drill memiliki ketinggian kurang lebih 2 meter dan berdiri vertikal, sehingga jika operator tersebut tergelincir dari tangga, akan mengakibatkan operator terjatuh dan menyebabkan cidera yang cukup serius. 4. Terjepit pintu kabin Pada tahap melakukan prestart check, operator unit juga berisiko terjepit pintu kabin unit yang terjadi ketika operator menutup pintu kabin unit. Risiko ini terjadi akibat operator meletakan jari tangan pada titik jepit pintu kabin unit yang menyebabkan tangan terjepit.Risiko ini mungkin dapat terjadi, namun tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan bertahun-tahun, sehingga termasuk dalam kategori conceivable. Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu, melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP mengenai tahap prestart check. Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko terjepit pintu kabin yaitu, kurangnya kewaspadaan operator ketika menutup pintu kabin. Oleh sebab itu, dengan melakukan safety briefing sebelum bekerja serta menyediakan SOP dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko terjepit pintu kabin unit, sehingga risiko terjepit pintu kabin unit jarang terjadi. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan upaya tambahan dengan memasang warning sign pada unit terkait risiko terjepit untuk meningkatkan kewaspadaan dari operator ketika akan melakukan prestart check. Menurut sumber dari situs qhsedepartement yang diakses pada tanggal 30 juli 2013, Terdapat beberapa manfaat dari pembuatan warning sign seperti, menarik perhatian terhadap adanya keselamatan dan kesehatan kerja, menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat, memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan, serta mengingatkan para pekerja untuk menggunakan peralatan perlindungan diri. Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena tahap melakukan prestart check hanya dilakukan satu kali setiap hari yaitu, diawal shift. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih rendah karena, tahap prestart check memang harus dilakukan sebelum operator mengoperasikan unit Drill. Sedangkan tingkat konsekuensi risiko ini termasuk dalam kategori serious, karena akibat terburuk apabila terjepit pintu kabin yaitu dapat menyebabkan cidera serius pada bagian tangan atau jari dari operator. Hal ini disebabkan karena, belum terdapat upaya pengendalian yang telah dilakukan perusahaan untuk mengurangi konsekuensi dari risiko terjepit pintu kabin.Oleh sebab itu, perusahaan sebaiknya menyediakan APD seperti safety gloves yang dapat menghalangi jari tangan terjepit secara lanagsung, sehingga dengan menggunakan safety gloves tersebut dapat mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkanterjepit pintu kabin.

b. Memindahkan lumpurmaterial batuan dengan unit Excavator

1. Unit Excavator terbalik Pada tahap ini, terdapat risiko unit Excavator terbalik akibat unit Excavator dioperasikan pada area yang tanahnya tidak stabil atau tidak rata. Risiko ini mungkin saja dapat terjadi namun jarang, sehingga kemungkinan risiko tersebut termasuk dalam kategori unusualy. Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, melakukan perataan tanah di area pengeboran, memberikan pelatihan bagi operator unit Excavator, serta menyediakan SOP mengenai pengoperasian unit Excavator. Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko unit Excavator terbalik yaitu, struktur tanah di area pengeboran yang tidak stabil atau tidak rata, sehingga dengan melakukan melakukan perataan tanah di area pengeboran dapat mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko unit Excavator terbalik menjadi jarang terjadi. Namun, sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan di area pengeboran untuk memastikan bahwa area pengeboran sudah rata, sehingga aman bagi unit Excavator untuk beroperasi. Menurut Handoko 1995, pengawasan perlu dilakukan untuk mengamati setiap pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi kesalahan atau kejadian diluar rencana kerja. Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategori frequently, karena tahap memindahkan material batuanlumpur dengan unit Excavator hanya dilakukan satu kali setiap hari yaitu, sebelum kegiatan pengeboran dilakukan. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih rendah, karena pekerjaan memindahkan lumpurmaterial batuan memang harus dilakukan untuk membersihkan lokasi pengeboran dari material lumpur dan batuan agar mempermudah proses pengeboran dan mencegah unit Drill terbalik akibat lokasi pengeboran yang berbatu dan tidak rata. Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategoriserious, karena akibat terburuk dari risiko tersebut dapatmengakibatkankerusakan yang cukup besar pada unit, cidera pada operator dan terhentinya proses produksi sementara waktu.Hal ini disebabkan karena, belum terdapat upaya pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat konsekuensi yang ditimbulkan dari risiko tersebut, sehingga tingkat konsekuensinya masih berada pada tingkat yang serius. 2. Unit Excavator terbakar Pada tahap ini juga terdapat risiko unit Excavator terbakar akibat unit Excavator yang dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah mekanikal lainnya. Kemungkinan terjadinya risiko ini termasuk dalam kategori unusualy, yaitu risiko ini mungkin saja dapat terjadi, namun kejadian tersebut jarang terjadi. Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan,membuat program prestart check, memberikan pelatihan bagi operator unit Excavator, melakukan safety briefingsebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai pengoperasian unit Excavator. Dari pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko unit Excavator terbakar yaitu, akibat adanya masalah mekanik atau unit Excavator overheat. Oleh sebab itu, dengan melakukan prestart checksebelum menggunakan unit Excavator dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko unit terbakar akibat masalah tersebut. Ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Rijanto 2011, bahwa terdapat aturan dasar yang berlaku untuk alat berat bergerak yaitu, setiap operator harus melakukan pemeriksaan pada peralatannya secara berkala dan melaporkan setiap kerusakan atau suatu sistem atau bagian yang tidak berfungsi. Pemeliharaan yang terjadwal akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi dari peralatan. Tingkat paparan pada tahap ini termasuk dalam kategorifrequently, karena tahap memindahkan material batuanlumpur dengan unit Excavator hanya dilakukan satu kali setiap hari yaitu, sebelum kegiatan pengeboran dilakukan. Tingkat paparan tersebut sudah tidak dapat diturunkan menjadi kategori yang lebih rendah, karena pekerjaan memindahkan lumpurmaterial batuan memang harus dilakukan untuk membersihkan lokasi pengeboran dari material lumpur dan batuan agar mempermudah proses pengeboran dan mencegah unit Drill terbalik akibat lokasi pengeboran yang berbatu dan tidak rata. Sedangkan tingkat konsekuensi dari risiko ini termasuk dalam kategori veryserious, karena akibat terburuk dari risiko ini yaitu kerusakan yang parah pada unit Excavator dan mengakibatkan cacat atau penyakit yang permanen pada operator. Namun, risiko ini tidak sampai menyebabkan kematian karena, perusahaan telah melakukan upaya pengendalian dengan membuat tombol untuk mengaktifkan APAR yang ada diunit secara otomatis ketika terjadi kebakaran pada unit.

c. Menyiapkan lokasi drill dengan unit Dozer

1. Tabrakan antar unit Pada tahap ini, terdapat risiko tabrakan antar unit yang terjadi akibat operator unit Dozer tidak mematuhi jarak aman saat berinteraksi dan mendekati unit bergerak lain yang ada di lokasi pengeboran. Risiko ini memiliki tingkat kemungkinan yang termasuk dalam kategori unusualyyaitu, mungkin saja dapat terjadi namun jarang. Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan, membuat tanggul pengaman antara unit Drill dan unit Dozer, membuat peraturan jarak aman antar unit, memberikan pelatihan bagi operator unit Dozer, melakukan safety briefing sebelum bekerja, serta menyediakan SOP mengenai pengoperasian unit Dozer. Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko tabrakan antar unit adalah kelalaian operator akibat tidak mematuhi jarak aman saat berinteraksi dan mendekati unit bergerak lain yang ada di lokasi pengeboran. Oleh sebab itu, dengan membuat tanggul pengaman antara unit Drill dan unit Dozer, memberikan pelatihan bagi operator unit Dozer,

Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Kepuasan Tenaga Kerja pada Bagian Produksi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur

4 58 187

Revegetasi Tebing dengan Metode Rambatan pada Lahan Pasca Penambangan Batubara PT Mandiri Intiperkasa, Nunukan Kalimantan Timur

7 21 147

INVESTIGASI KECELAKAAN BERAT DI PT LEIGHTON CONTRACTORS INDONESIA WAHANA COAL MINE PROJECT

0 9 80

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT LEIGHTON CONTRACTORS INDONESIA WAHANA COAL MINE PROJECT

0 6 59

KAJIAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN (K3L) PADA PROSES BLASTING DI AREA PERTAMBANGAN BATUBARA PT. CIPTA KRIDATAMA JOBSITE MAHAKAM SUMBER JAYA KALIMANTAN TIMUR

3 20 122

PERSEPSI KARYAWAN PADA KUALITAS MEDIA INTERNAL DANAKSESIBILITAS INFORMASI PADA PERUSAHAAN PT THIESS PERSEPSI KARYAWAN PADA KUALITAS MEDIA INTERNAL DAN AKSESIBILITAS INFORMASI PADA PERUSAHAAN PT THIESS CONTRACTORS INDONESIA-INCO PROJECT DI SOROWAKO (Peneli

0 3 16

PENDAHULUAN PERSEPSI KARYAWAN PADA KUALITAS MEDIA INTERNAL DAN AKSESIBILITAS INFORMASI PADA PERUSAHAAN PT THIESS CONTRACTORS INDONESIA-INCO PROJECT DI SOROWAKO (Penelitian untuk Audit Komunikasi Organisasi).

0 5 39

PENUTUP PERSEPSI KARYAWAN PADA KUALITAS MEDIA INTERNAL DAN AKSESIBILITAS INFORMASI PADA PERUSAHAAN PT THIESS CONTRACTORS INDONESIA-INCO PROJECT DI SOROWAKO (Penelitian untuk Audit Komunikasi Organisasi).

0 2 26

Studi Komposisi Mikroskopis Dan Peringkat Batubara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

0 0 7

BIOMARKA KETON DAN ASAM BATUBARA MIOSEN DARI PIT INUL SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR

0 0 85