215
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi dan wawancara. Observasi yang dilakukan hanya berdasarkan subjektifitas peneliti. Hal ini disebabkan karena
kesibukan petugas safety di perusahaan yang tidak bisa mendampingisaat proses observasi dilakukan. Wawancara yang dilakukan hanya menggunakan telepon, hal ini
disebabkan karena keterbatasan waktu penelitian. Identifikasi dan analisis yang dilakukan pada proses penambangan batubara di bagianMining Operation PT. Thiess
Contractors Indonesia Sangatta Mine Project hanya terbatas pada risiko keselamatan kerja saja, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu penelitian.
6.2 Pembahasan Hasil Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses
Penambangan Batubaradi PT. Thiess Contractors Indonesia Tahun 2013.
Hasil identifikasi dilakukan dengan menggunakan data primer berupa observasi lapangan dan wawancara kepada petugas K3, pengawas lapangan dan
pekerja pada proses penambangan batubara. Dari hasil identifikasi di dapatkan bahwa tahapan proses kerja penambangan batubaraterdiri dari,drilling, blasting, loading,
hauling, dan dumping. Dari risiko yang telah di identifikasi, risiko keselamatan kerja yang terdapat padaproses penambangan batubara di PT Thiess Contractors Indonesia,
Sangatta Mine Project berdasarkan kelompok bahaya keselamatan safety hazard termasuk pada jenis bahaya mekanik.
6.2.1. Identifikasi Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling
Pada tahap persiapan awal proses drilling, operator unit Drill melakukan prestart check pada unit Drill yang akan digunakan untuk memastikan bahwa unit
Drill berada dalam kondisi yang baik. Kegiatan prestart checktersebutmerupakan kegiatan rutin yang harus selalu dilakukan oleh operator unit sebelum
mengoperasikan unit yang akan digunakan. Prestart check bertujuan untuk memeriksa dan memastikan bahwa unit yang akan digunakan berada dalam kondisi
baik dan tidak ada kerusakan. Ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Rijanto 2011, bahwa terdapat
aturan dasar yang berlaku untuk alat berat bergerak yaitu, setiap operator harus melakukan pemeriksaan pada peralatannya secara berkala dan melaporkan setiap
kerusakan atau suatu sistem atau bagian yang tidak berfungsi. Pemeliharaan yang terjadwal akan meningkatkan keselamatan dan efisiensi dari peralatan.
Pada saat melakukan prestart check, operator unit Drill berisiko terbentur body unit Drill ketika memeriksa bagian bawah unit. Hal ini disebabkan karena
bagian bawah unit Drill cukup rendah bila dibandingkan dengan tinggi operator, sehingga jika operator tidak hati-hati ketika mengangkat kepala, maka akan
membentur bagian bawah unit. Operator unit Drill juga berisiko terkilir ketika berjalan untuk memeriksa unit Drill secara keseluruhan akibat area kerja pengeboran
yang berbatu dan terdapat banyak gundukan-gundukan tanah yang mudah bergerak, sehingga jika operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat berjalan atau ketika
memijakan kaki pada batu atau gundukan tanah yang mudah bergerak, dapat menyebabkan operator terkilir.
Selain itu, operator juga berisiko tergelincir saat menaiki tangga unit Drill untuk memeriksa bagian atas kabin unit akibat tangga unit Drill yang licin setelah
hujan atau akibat terkena tumpahan material cair seperti, lumpur dan oli. Risiko lain yang terdapat pada tahap ini yaitu, terjepit pintu kabin unit yang terjadi saat operator
menutup pintu kabin unit akibat operator kurang hati-hati dan terburu-buru saat menutup pintu kabin unit. Risiko ini juga dapat terjadi karena operator meletakan jari
tangan pada titik jepit pintu kabin yang menyebabkan tangan terjepit. Pada saat memindahkan lumpur atau material batuan untuk persiapan lokasi
pengeboran menggunakan unit Excavator terdapat risiko unit Excavator terbalik yang terjadi akibat unit Excavator dioperasikan pada area yang tanahnya tidak stabil.
Selain itu, terdapat risiko unit Excavator terbakar akibat unit Excavator yang dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah
mekanikal lainnya. Risiko ini bisa terjadi akibat tidak dilakukan pemeriksaan terhadap unit Excavator yang akan digunakan, sehingga tidak terdeteksi adanya
masalah atau kerusakan pada unit Excavator yang dapat menyebabkan unit Excavator terbakar.
Hal ini disebabkan karena, kegiatan tersebut dilakukan setiap hari, sehingga frekuensi penggunaan unit Excavator juga semakin sering dan kemungkinan
terjadinya kerusakan pada unit Exacavator juga semakin besar. Oleh sebab itu, jika unit Excavator tidak diperiksa dengan baik setiap hari pada saat sebelum
dioperasikan, dapat mengakibatkan unit Excavator terbakar akibat overheat atau adanya kerusakan mekanikal lainnya.
Pada saat menyiapkan lokasi pengeboran dengan unit Dozer, terdapat risiko tabrakan antar unit akibat operator unit Dozer tidak mematuhi jarak aman saat
berinteraksi dan mendekati unit bergerak lain yang ada di lokasi pengeboran. Menurut menurut Lucas dan Wilson 1989 dalam Wiwin 2010, tidak konsentrasi
dan lalai dalam bekerja merupakan gejala dari stress kerja yang tergolong dalam gejala intelektual diantaranya susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah
lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun, produktifitas atau prestasi kerja menurun, dan mutu kerja rendah. Oleh karena itu, tidak adanya konsentrasi kerja
dapat memicu terjadinya risiko yang berakibat pada kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja yang berdampak pada produktifitas kerja itu sendiri.
Selain itu, pekerja juga berisiko tertabrak unit Dozer akibat kurangnya komunikasi antara pekerja dengan operator unit Dozer yang berada di lokasi kerja
dan pekerja tidak mematuhi peraturan untuk mendekati unit berat bergerak. Pada tahap ini juga terdapat risiko unit Dozer terbalik akibat unit Dozer dioperasikan pada
area yang tanahnya tidak stabil dan risiko unit Dozer terbakar akibat unit Dozer yang dioperasikan berada pada kondisi yang tidak aman seperti, overheat atau masalah
mekanikal lainnya.