xvii Tabel 5.10 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling
188 Tabel 5.11 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 198
Tabel 5.12 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Drilling 202
Tabel 5.13 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Blasting 205
Tabel 5.14 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Loading 208
Tabel 5.15 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Hauling 211
Tabel 5.16 Hasil Tingkat Risiko Keselamatan Kerja Pada Tahap Dumping 213
DAFTAR GAMBAR
xviii Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja di PT. Thiess Contractors
Indonesia Sangatta Main Project Tahun 2012 5
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko 31
Gambar 2.2 Bagan Proses Penambangan Batubara 46
Gambar 3.1Kerangka Konsep 49
Gambar 5.1Map Lokasi Tambang Sangatta Mine Project 72
Gambar 5.2 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project
74 Gambar 5.3 SusunanPengurusP2K3 PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine
Project 78
Gambar 5.4 Area Proyek Penambangan Batubara di PT. Thiess Contarctors Indonesia Sangatta Mine Project
80 Gambar 5.5 Mesin Drilling Proses Pekerjaan Drilling
83 Gambar 5.6 Proses Blasting
86 Gambar 5.7 Proses Loading dengan Teknik Normal
88 Gambar 5.8 Proses Loading dengan Teknik Top Loading dan Double Loading
89 Gambar 5.9 Proses Hauling
92 Gambar 5.10 Proses Dumping
93
DAFTAR LAMPIRAN
xix Lampiran 1Struktur Organisasi di PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine
Project Lampiran 2JSEA proses Drilling
Lampiran 3JSEA proses Blasting Lampiran 4JSEA proses Loading, Hauling dan Dumping
Lampiran 5 Risk Assesment Drilling Lampiran 6 Risk Assesment Blasting
Lampiran 7 Risk Assesment Loading Lampiran 8 Risk Assesment Hauling
Lampiran 9 Risk Assesment Dumping Lampiran 10 Site Manajemen Proyek
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan
menggunakan alat-alat produksi yang semakin komplek. Semakin kompleknya peralatan yang digunakan, semakin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi
dan semakin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan pengamanan dan pengendalian sebaik mungkin.
Menurut data International Labor Organization ILO yang diterbitkan dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dunia pada 28 April 2010, tercatat
setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja dan
terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia. Negara Amerika saja, angka kematian akibat kecelakaan kerja semakin
meningkat. Menurut The Bureau of Labor Statistics, bahwa telah terjadi kenaikan angka kematian akibat kecelakaan kerja sebesar 3 dari perbandingan antara tahun
2009 dan 2010. Sektor konstruksi paling banyak terjadi kecelakaan kerja yang mengakibakan kematian di Amerika Serikat dengan jumlah kasus kematian sebesar
774 kasus.
Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia pun masih tergolong tinggi, tahun 2008 terjadi
sebanyak 59.164 kasus kecelakaan kerja dengan korban meninggal sebanyak 20.188 orang dan terdapat 62.960 kasus di tahun 2009 meningkat dari tahun 2008 dengan
jumlah korban meninggal sebanyak 19.979 orang. Jumlah kecelakaan kerja tersebut meningkat kembali pada tahun 2010 sebanyak 66.488 kasus dengan korban
meninggal sebanyak 19.873. Sedangkan pada tahun 2011 kasus kecelakaan meningkat sangat tinggi menjadi 108.606 kasus dengan korban meninggal sebanyak
31.195 orang. Badan Pusat Statistik, 2011. Kecelakaan tersebut tentunya menimbulkan kerugian yang besar, baik itu
kerugian material dan fisik Anizar, 2010. Menurut Suma’mur 1996, kecelakaan
tidak terjadi kebetulaan, melainkan ada sebabnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja di dalam industri, diantaranya peralatan, bahan, cara kerja,
lingkungan dan manusia Sahab, 1997. Oleh sebab itu, sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan usaha-usaha koreksi yang
ditujukan kepada sebab itu, kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang kembali. Hal yang paling mendasar dalam pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan
mengetahui keberadaan sumber-sumber bahaya dan risiko yang dapat menyebabkan kecelakaan. Dengan mengetahui sumber-sumber bahaya dan risiko tersebut, maka
dapat dilakukan berbagai upaya pencegahannya. Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisis risiko untuk menentukan
besarnya suatu risiko dan peringkat risiko. Sehingga dapat dilakukan pemilihan risiko
yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan Ramli, 2010.
PT. Thiess Contractors Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi dan pertambangan. Sangatta Mine Project merupakan salah
satu proyek tambang PT. Thiess Contractors Indonesia terbesar yang berlokasi di kota Sangatta, kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Sangatta Mine Project
ini memiliki beberapa departemen yang saling berhubungan yaitu, departemen Mining, Plant, Safety, Warehouse, dan Supply Chain. Setiap departemen tersebut
memiliki aktifitas kegiatan yang berbeda-beda pada setiap tahapan pekerjaannya. Departemen Mining memiliki kegiatan Mining Operation yaitu, mulai dari kegiatan
pembukaan lahan Land Clearing, pembersihan tanah pucuk Top Soil, kegiatan penambangan batuan tertutup Over Burden dan kegiatan penambangan batubara.
Pada proses kegiatan penambangan batubara di PT. Thiess Contractors Indonesia, Sangatta Mine Project mempunyai tingkat kekritisan risiko serta potensial
bahaya yang paling tinggi, karena dalam proses produksinya banyak menggunakan alat-alat berat bergerak seperti, DumpTruck, Dozer, dan Excavator dan mesin-mesin
besar seperti, mesin Drilling untuk pengeboran dengan area kerja yang berbahaya pada setiap tahapan kerjanya. Seperti pada tahap peledakan blasting, dimana area
blasting merupakan area yang sangat berbahaya bagi pekerja, karena terdapat lubang- lubang peledakan yang memiliki kedalaman 12-15 meter yang dapat menyebabkan
pekerja terperosok kedalam lubang tersebut. Selain itu, terdapat bahan peledak yang sewaktu-waktu dapat meledak dengan sendirinya dan membahayakan para pekerja.
Area kerja penambangan batubara juga sangat berbahaya dengan adanya interaksi antara unit kendaraan besar dengan pekerja yang ada di lokasi kerja, interaksi antar
unit kendaraan besar, potensi terjadinya longsor di area kerja, serta masih banyak lagi bahaya yang terdapat di area kerja penambangan batubara.
Oleh karena itu, perusahaan telah melakukan identifikasi risiko pada proses kegiatan penambangan batubara sebagai upaya mencegah terjadinya kecelakaan
kerja. Namun berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, identifikasi risiko pada kegiatan penambangan batubara terakhir dilakukan pada tahun 2005 dan sampai pada
tahun 2013 belum ada perbaikan pada hasil identifikasi risiko tersebut, sehingga hasil identifikasi risiko sudah tidak sesuai dengan kondisi lapangan sekarang. Pada hasil
identifikasi risiko tersebut juga belum mengidentifikasi setiap langkah kerja dari masing-masing tahapan kegiatan penambangan batubara, sehingga terdapat bahaya
dan risiko yang belum teridentifikasi. Ini mengakibatkan hampir setiap tahunnya masih saja terjadi kecelakaan kerja
yang menimbulkan kerugian yang besar bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Safety di perusahaan serta melakukan
observasi terkait data laporan kecelakaan pada tahun 2012, proses kegiatan penambangan batubara di bagian departemen Mining Operation merupakan kegiatan
yang paling banyak terjadi kecelakaan. Jumlah kasus kecelakaan pada setiap departemen tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 1.1.