VII. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN
7.1 Validasi Model Ekonometrika Industri Kelapa Sawit dan Karet
Indonesia Simulasi kebijakan bertujuan untuk menganalisis dampak berbagai
kebijakan dengan cara mengubah nilai peubah kebijakan. Sebelum melakukan simulasi kebijakan perlu dilakukan validasi model untuk melihat apakah nilai
dugaan sesuai dengan aktual dari masing-masing peubah endogen. Pindyck 1991 menunjukkan banyak indikator statistik yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja suatu model yang dapat saling melengkapi terutama pada model yang besar. Indikator statistik yang digunakan untuk
evaluasi model adalah RMSE Root Mean Square Error, RMSPE Root Mean Square Percent Error
dan U Theil Inequality Coefficient. Suatu model dikatakan baik apabila nilai RMSE Root Mean Square Error, RMSPE Root
Mean Square Percent Error dan U Theil Inequality Coefficient semakin kecil.
Dimana nilai U berkisar antara 0 dan 1, jika U sama dengan 1 maka pendugaan model sangat buruk.
Model yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi dengan menggunakan nilai RMSE, RMSPE dan U yang akan disajikan secara lengkap
pada Lampiran 5, hasil validasi model menunjukkan bahwa semua peubah endogen memiliki RMSPE yang cukup kecil yaitu dibawah 50 persen.
Berdasarkan nilai U Theil pada Tabel 45, semua persamaan mempunyai nilai U lebih kecil dari 0.20. Hal ini berarti model secara umum baik untuk
digunakan dalam analisis simulasi alternatif dampak kebijakan. Dalam penelitian
ini dilakukan simulasi historis untuk periode 1994-2008 yang sesuai dengan periode simulasi dasar pada validasi model.
Tabel 45. Validasi Model Industri Kelapa Sawit dan Karet Indonesia
Variable RMS
RMS Bias
Var Covar
Coef Error
Error UM
US UC
U LATMWIT1
156.6 21.6356
0.01 0.99
0.0621 LATMWIT2
22.8163 3.9962
0.03 0.14
0.83 0.0225
LATMWIT3 167.7
18.387 0.04
0.96 0.0544
LATMRET1 48.6016
2.4525 0.13
0.02 0.85
0.0118 LATMRET2
8.1569 4.4498
0.25 0.08
0.67 0.0215
LATMRET3 6.0253
3.6066 0.07
0.15 0.79
0.0183 YWIT1
0.2201 8.1475
0.12 0.88
0.0404 YWIT2
0.3744 12.0666
0.01 0.09
0.9 0.0533
YWIT3 0.3376
9.9232 0.3
0.7 0.0489
YRET1 0.0363
5.4825 0.08
0.15 0.77
0.0252 YRET2
0.0646 5.5959
0.05 0.95
0.0292 YRET3
0.1214 9.3425
0.04 0.02
0.94 0.0445
QCPO1 360.2
24.9366 0.01
0.04 0.95
0.0493 QCPO2
227.9 11.7109
0.01 0.99
0.0667 QCPO3
621.8 16.38
0.02 0.06
0.92 0.0592
QCPO 1053.4
14.2379 0.04
0.96 0.0503
QRET1 79.5278
5.7174 0.01
0.09 0.9
0.0262 QRET2
14.8395 6.8733
0.05 0.33
0.62 0.0351
QRET3 15.0143
6.8187 0.02
0.05 0.93
0.033 QRET
86.686 4.5148
0.02 0.1
0.88 0.0222
XCPO 979.1
47.8906 0.07
0.93 0.0683
XRET 88.4046
4.8752 0.02
0.24 0.74
0.0255 DCPOMG
1008 45.3727
0.08 0.92
0.1637 DRETIB
9.9931 15.0844
0.02 0.06
0.93 0.0396
HCPOR 997.9
19.7409 0.01
0.2 0.79
0.1056 HRETR
1894.3 20.6511
0.03 0.15
0.81 0.1022
PCPOR 127.2
25.7597 0.07
0.38 0.54
0.1295 PRETR
291.3 22.7934
0.06 0.33
0.62 0.1093
DDCPO 1008
30.705 0.02
0.98 0.1295
DDRET 9.9931
8.3349 0.02
0.06 0.93
0.0229
7.2 Evaluasi Dampak Berbagai Alternatif Kebijakan Ekonomi
Ada enam skenario yang dibuat untuk mengevaluasi dampak kebijakan ekonomi pada simulasi historis yaitu penurunan tingkat suku bunga, kenaikan
harga pupuk, kenaikan upah di subsektor perkebunan, depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, penurunan pajak ekspor dan kombinasi penurunan
tingkat suku bunga dan kenaikan harga pupuk. Evaluasi terhadap hasil simulasi dilakukan dengan memperhatikan
perubahan yang ditimbulkan oleh penerapan masing-masing skenario. Hasil simulasi dapat berdampak positif maupun negatif atau tidak memberikan dampak
sama sekali pada masing masih peubah endogen. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan nilai-nilai prediksi yang diperoleh dari simulasi dasar sebelum
ada perubahan dengan nilai-nilai prediksi setelah penerapan alternatif kebijakan. Evaluasi lebih ditekankan terhadap keragaan indutri kelapa sawit dan karet
Indonesia. Hasil simulasi historis secara lengkap disajikan pada Lampiran 6 dan dampak berbagai alternatif kebijakan terhadap keragaan industri kelapa sawit dan
karet Indonesia disajikan pada Tabel 46.
7.2.1 Kebijakan Menurunkan Suku Bunga 15 persen.
Skenario kebijakan menurunkan suku bunga sebesar 15 persen akan berdampak positif pada luas areal tanaman perkebunan baik untuk komoditi
kelapa sawit maupun komoditi karet. Dengan penurunan tingkat suku bunga diharapkan ada insentif bagi petani meningkatkan modal melalui pinjaman modal
dari bank. Begitu juga halnya dengan petani yang memiliki modal dengan adanya penurunan suku bunga akan lebih baik menginvestasikan modalnya untuk
pengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit atau karet dari pada menabung di bank.
Penurunan tingkat suku bunga sebesar 15 persen akan menyebabkan peningkatan luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit perkebunan rakyat